Kepada Siapa Akhir Telah Datang

Pelajaran 10, Triwulan ke-2, 31 Mei-Juni 6, 2025

img rest_in_christ
Bagikan Pelajaran ini
sharethis sharing button
copy sharing button
email sharing button
whatsapp sharing button
facebook sharing button
twitter sharing button
telegram sharing button
messenger sharing button
line sharing button
wechat sharing button
vk sharing button
tencentqq sharing button
weibo sharing button
kakao sharing button
Download PDF

Sabat Sore, 31 Mei

Ayat Hafalan:

“Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba. Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!” KJV – 1 Korintus 10:11-12


Sesuatu interpretasi Injil yang gagal membangun struktur kebenaran yang kokoh, membawakan suatu pelajaran yang sangat penting bagi masa kini adalah keliru, tidak diilhami oleh Roh Kebenaran – suatu perkara yang sia-sia.

Injil sebagaimana diketahui oleh setiap penyelidik Alkitab adalah dimaksudkan untuk menjadi kebenaran sekarang pada masa-masa tertentu - “makanan pada waktunya”, terutama disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan umat. “Sekarang segala perkara ini telah berlaku atas mereka itu untuk menjadi teladan : maka sekaliannya itu telah ditulis sebagai nasehat bagi kita terhadap siapa akhir dunia akan datang.” 1 Korintus 10 : 11. Dengan kata lain, Injil adalah sama dengan surat obligasi jangka panjang, atau surat-surat berharga, yang akan berlaku pada sesuatu masa tertentu. Jadi jelaslah, bahwa masa yang ditentukan oleh Ilham itu adalah seolah-olah masa dimana seseorang harus menguangkan surat-surat berharga itu.

Hal ini khususnya tepat berlaku dengan Kitab Wahyu dan karena kita telah sampai pada waktu yang tepat untuk mana Kitab itu ditulis, kita sekarang melalui pengalaman dapat dengan sepenuh hati dan tanpa ragu-ragu mengulangi: "Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Wahyu 1:3.

Minggu, 1 Juni

Murka Anak Domba


Bacalah Wahyu 6:12-17. Perhatikanlah rincian dari tanggapan orang-orang ini ketika melihat peristiwa-peristiwa di akhir zaman yang tiba-tiba terjadi. Apa yang Anda perhatikan tentang tanggapan mereka?



Dalam ayat-ayat ini digambarkan nasib, ketakutan, dan hati nurani yang hancur bagi semua orang yang tidak dapat bertahan pada hari Penghakiman orang hidup, hari Tuhan yang besar dan mengerikan itu – murka Anak Domba pada “masa kesusahan yang belum pernah terjadi sebelumnya” (Dan. 12:1), hari setelah kemunculan “nabi Elia” contoh saingan (Mal. 4:1), – ya, hari di mana mereka yang tidak mengenakan pakaian kawin akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, dan di sana mereka akan menggertakkan gigi (Mat. 22:11-13).

Juga dalam ayat-ayat ini (Wahyu 6:14-17), Roh Kebenaran menegaskan, “ada dua pihak yang muncul ke permukaan. Satu pihak membiarkan diri mereka disesatkan dan berpihak kepada mereka yang berselisih dengan Tuhan. Mereka salah menafsirkan pekabaran-pekabaran yang dikirimkan kepada mereka, dan mengenakan jubah kebenaran diri mereka sendiri.” – Testimonies, Vol. 9, hlm. 268.

Bacalah Matius 24:36-44. Pelajaran apa yang Yesus katakan kepada kita yang harus kita ambil dari kisah Nuh?

Dosa-dosa yang menuntut pembalasan terhadap dunia sebelum air bah masih ada sampai sekarang. Rasa takut akan Allah telah disingkirkan dari hati manusia. Hukum-Nya diperlakukan dengan acuh tak acuh dan hina. “Sama seperti pada zaman sebelum air bah mereka makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai pada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, dan mereka tidak mengetahuinya sampai air bah itu datang dan menghanyutkan mereka semua, demikian juga halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.” Matius 24:38, 39. Allah tidak mengutuk manusia sebelum air bah karena makan dan minum. Dia telah memberikan hasil bumi untuk memenuhi kebutuhan fisik mereka. Dosa mereka adalah mengambil karunia-karunia ini tanpa rasa syukur kepada Sang Pemberi, menuruti selera tanpa pengendalian. Menikah adalah sah menurut hukum. Ia memberikan petunjuk khusus mengenai peraturan ini, membalutnya dengan kesucian dan keindahan. Tetapi pernikahan telah diselewengkan dan dibuat untuk melayani hawa nafsu. EP 57.5

Senin, 2 Juni

Penginjilan Nuh


Yesus berkata bahwa keadaan dunia akan menyerupai “zaman Nuh” dalam Matius 24:37-39. Bandingkan ayat ini dengan Kejadian 6:1-8. Apakah kondisi-kondisi moral yang menyebabkan terjadinya Air Bah? Persamaan apa yang ada di antara kedua masa itu?

  Meskipun sejak kematian Habel hingga kelahiran Set (Kej. 4:25), Kain adalah satu-satunya anak Adam yang masih hidup, namun baik dia maupun keturunannya bukanlah pengikut Allah; jadi mereka adalah “anak-anak manusia.” Tetapi Set dan keturunannya, yang memiliki roh Habel, memanggil nama Tuhan, dan mereka adalah “anak-anak Allah.” Kejadian 6:2.

Oleh karena itu, karena ada dua kelas penyembah yang berbeda (yang benar dan yang salah) yang berhubungan erat satu sama lain, maka menjadi penting untuk memberikan gelar kepada diri mereka masing-masing untuk membedakan antara pengikut manusia dan pengikut Allah. Keturunan Set adalah yang pertama kali menyebut “diri mereka sendiri dengan nama Tuhan”, sama seperti orang-orang Yahudi yang lama kemudian menerima Kristus adalah yang pertama kali menyebut diri mereka sebagai orang Kristen. Dan sama seperti orang-orang Yahudi yang menolak Kristus terus menyebut diri mereka sebagai orang Yahudi, demikian pula keturunan Kain terus menyebut diri mereka sebagai “anak-anak manusia.”

Dari ayat ini muncul bukti bahwa praktik-praktik keagamaan yang ceroboh dan tidak peduli yang kita lihat sekarang ini, dengan roh penganiayaan terhadap mereka yang menyembah Allah persis seperti yang diperintahkan-Nya, berawal dari Kain; juga bahwa dari Habel lah pengaruh ketaatan itu berasal, yang bahkan berlanjut hingga hari ini. Oleh karena itu, di dunia ini masih ada “anak-anak manusia” dan juga “anak-anak Allah”, para pengikut manusia dan para pengikut Allah. Dan sama seperti agama “anak-anak manusia” pada masa itu seperti yang dipraktikkan oleh bapa mereka, Kain, – bukan berdasarkan perintah Tuhan, tetapi menurut pilihan mereka sendiri, – demikian pula agama anak-anak manusia pada masa kini. Banyak orang masih beribadah dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh nenek moyang mereka, tidak mau berusaha sedikitpun untuk mengetahui perbedaan antara yang palsu dan yang benar, tetapi secara alamiah dan tanpa berpikir panjang terus berjalan menuju kebinasaan mereka, seperti babi-babi di Gadara yang melompati tebing menuju laut (Matius 8:32; Markus 5:13).

Tetapi meskipun nama yang suci yang disandang oleh anak-anak Set pada waktu itu, banyak di antara mereka yang bercampur dengan anak-anak manusia, yaitu “anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang dikehendaki mereka.” Kejadian 6:2. Praktik jahat ini dengan cepat membawa kejahatan anak-anak manusia ke dalam rumah anak-anak Allah. “Ketika dilihat Allah, bahwa kejahatan manusia telah menjadi sangat besar di bumi, dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan. Maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. Berfirmanlah TUHAN: “Aku akan memusnahkan manusia yang telah Kuciptakan dari muka bumi, baik manusia, baik binatang melata, baik binatang melata, baik unggas di udara, sebab menyesallah Aku bahwa Aku telah menjadikan mereka.” “Sebab sesungguhnya Aku akan mendatangkan air bah meliputi bumi untuk memusnahkan segala yang hidup dan bernyawa di kolong langit; segala yang ada di bumi akan mati binasa.” Kejadian 6:5-7, 17.

Sambil menantikan zaman kita sendiri, Yesus menyatakan: “Sebab sama seperti pada zaman sebelum air bah mereka makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai pada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, tetapi mereka tidak mengetahuinya sampai air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian juga halnya kelak pada hari kedatangan Anak Manusia.” Matius 24:38, 39. Oleh karena itu, bukankah seharusnya “anak-anak Allah” di zaman ini lebih memperhatikan contoh-contoh ini dan memisahkan diri mereka dari “anak-anak perempuan manusia”?

Pelajaran-pelajaran ini mengajarkan bahwa setiap individu sendiri, tanpa pengaruh orang lain harus memutuskan untuk mengetahui dan mempraktekkan Kebenaran jika ia ingin melepaskan diri dari jaring-jaring Musuh yang tak terlihat yang terbentang di sepanjang jalan kakinya. Dia sekarang harus mengetahui yang terburuk dari kasusnya sendiri jika dia ingin mempertahankan mahkota kehidupan kekal, hartanya yang paling berharga. Jika tidak, dia akan kehilangannya.

Selasa, 4 Juni

Kisah Sodom dan Gomora


Bacalah 2 Petrus 2:4-11, Yudas 5-8, dan Yehezkiel 16:46-50 – dan catatlah semua rinciannya. Apakah kondisi moral yang menyebabkan kehancuran kota-kota tersebut, dan apakah kesamaannya dengan yang terjadi saat ini?

 Di kota Sodom terdapat kepelesiran, pesta pora dan mabuk-mabuk. Nafsu-nafsu yang paling jahat dan paling kejam merajalela tidak terkendalikan. Orang banyak dengan terang-terangan menghina Allah dan hukum-Nya, dan bersuka-suka dalam perbuatan-perbuatan yang kejam. Sekalipun di hadapan mereka ada contoh dari dunia sebelum air bah, dan mengetahui bagaimana murka Allah telah dinyatakan di dalam kebinasaan mereka, tetapi mereka tetap mengikuti jalan hidup yang jahat. PP 157.1

Pada waktu Lot pindah ke Sodom, kejahatan belum merajalela, dan Allah di dalam rahmat-Nya membiarkan pancaran-pancaran terang bersinar di tengah-tengah kegelapan moral. Apabila Abraham menyelamatkan orang-orang tawanan dari bangsa Elam, perhatian orang banyak tertarik kepada iman yang benar. Abraham bukanlah seorang yang asing kepada penduduk kota Sodom, dan perbaktiannya kepada Allah yang tidak kelihatan itu telah menjadi bahan ejekan di antara mereka, tetapi kemenangannya terhadap satu kekuatan yang jauh lebih besar daripadanya dan sikapnya yang penuh kemurahan terhadap para tawanan dan barang-barang rampasan itu, telah menimbulkan perasaan heran dan kagum. Sementara keahlian dan keberaniannya itu dikagumi, tidak seorang pun yang dapat mengelakkan diri dari satu keyakinan bahwa satu kuasa Ilahi telah menjadikannya sebagai seorang pemenang. Dan rohnya yang agung dan tidak mementingkan diri, yang sangat berbeda dengan penduduk Sodom yang hanya mementingkan diri sendiri, merupakan bukti yang lain akan adanya keunggulan pada agama yang ia telah hormati oleh karena keberanian dan kesetiaannya. PP 157.2

Di seluruh kota itu tidak terdapat sekalipun hanya sepuluh orang yang benar; tetapi sebagai jawaban atas doa Abraham, satu orang yang takut akan Allah ditarik dari kebinasaan. Perintah itu diberikan dengan sangat tegas: “Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di mana pun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap.” Ragu-ragu atau sikap berlambatan dalam hal ini berarti kebinasaan. Melemparkan satu pandangan kepada kota itu, berlambatan sesaat karena rasa menyesal telah meninggalkan rumah yang sangat indah itu, akan mengakibatkan hilangnya nyawa mereka. Topan pehukuman Ilahi hanya tinggal menunggu agar pengungsi-pengungsi yang malang ini lari untuk menyelamatkan diri. PP 160.2

Api yang membakar kota-kota di padang itu memancarkan terang amaran sampai ke zaman kita sekarang ini. Kepada kita diberikan satu pelajaran yang khidmat dan menakutkan bahwa sekalipun Allah yang penuh rahmat itu bersikap panjang sabar terhadap orang-orang yang melanggar, ada satu batas di mana lebih daripada itu manusia tidak akan dibiarkan terus-menerus berbuat dosa. Bilamana tiba kepada batas itu, panggilan rahmat akan ditarik dan pehukuman pun mulailah. PP 162.3

Penebus dunia ini menyatakan bahwa ada dosa-dosa yang lebih besar daripada dosa-dosa untuk mana Sodom dan Gomora telah dibinasakan. Mereka yang mendengar panggilan Injil yang mengajak orang berdosa untuk bertobat dan tidak mempedulikannya, adalah lebih bersalah kepada Allah daripada penduduk yang ada di padang Sodom. Dan lebih besar lagi adalah dosa mereka yang mengaku kenal Allah dan menurut hukum-hukum-Nya, tetapi menyangkal Kristus di dalam tabiat serta hidup mereka sehari-hari. Di dalam terang amaran Juruselamat, nasib Sodom adalah satu nasihat yang khidmat, bukan hanya kepada mereka yang bersalah dalam perbuatan dosa, tetapi juga kepada semua yang meremehkan terang serta kesempatan yang dikirimkan dari surga. PP 165.1

Penghakiman Allah akan segera dicurahkan ke atas bumi. “Larilah demi hidupmu” adalah peringatan dari para malaikat Allah. Suara-suara lain terdengar berkata: “Janganlah kamu menjadi gelisah; tidak ada alasan untuk khawatir.” Mereka yang merasa tenang di Sion berseru “Damai dan aman,” sementara surga menyatakan bahwa kehancuran yang cepat akan segera menimpa para pendurhaka. Kaum muda, yang sembrono, yang suka bersenang-senang, menganggap peringatan-peringatan ini sebagai dongeng kosong dan mengabaikannya dengan candaan. Para orang tua cenderung menganggap anak-anak mereka benar dalam hal ini, dan semua orang tidur dengan tenang. Demikianlah yang terjadi pada saat kehancuran dunia lama dan ketika Sodom dan Gomora dilalap api. Pada malam sebelum kehancuran mereka, kota-kota di dataran itu bersorak-sorai dalam kesenangan. Lot diejek karena ketakutan dan peringatannya. Tetapi para pengejek inilah yang binasa dalam kobaran api. Pada malam itu juga pintu kemurahan ditutup selamanya bagi penduduk Sodom yang jahat dan ceroboh. CC 53.4

“Suara yang sama yang memperingatkan Lot untuk meninggalkan Sodom berkata kepada kita, ”Keluarlah kamu dari tengah-tengah mereka, pisahkanlah dirimu,... dan janganlah kamu menjamah yang najis.” (2 Korintus 6:17). Mereka yang menaati peringatan ini akan mendapat perlindungan.” CC 53.5

Rabu, 4 Juni

Hakim atas Seluruh Bumi


Bacalah Kejadian 18:17-32. Apa yang kita pelajari dari ayat-ayat ini tentang karakter Allah dan bagaimana Dia pada akhirnya berencana untuk menangani kejahatan di planet kita?

Di tengah hari yang terik pada satu musim panas, Abraham sedang duduk di pintu tendanya, sambil memandang ke luar kepada padang yang tenang, saat itu ia melihat di kejauhan ada tiga orang sedang mendekat. Sebelum tiba di tendanya, orang-orang asing itu berhenti, seolah-olah sedang berembuk mengenai arah mana yang akan mereka tempuh. Tanpa menunggu untuk dimintai pertolongan, Abraham cepat-cepat bangkit dan apabila mereka akan berpaling ke arah lain, dengan cepat ia mengejar mereka dan dengan sopan santun mengajak mereka untuk menghormati dia dengan singgah di tempat kediamannya untuk beristirahat. Dengan tangannya sendiri ia mengambil air agar mereka dapat mencuci kaki mereka dari debu yang mengotorinya. Ia sendiri memilih makanan mereka, dan sementara mereka beristirahat di bawah naungan yang sejuk itu, maka hidangan pun telah disediakan, dan dengan sikap hormat ia berdiri di samping mereka sementara mereka menikmati keramahtamahannya. Tindakan yang sopan santun ini dianggap penting pada pemandangan Tuhan sehingga itu dicatat dalam firman-Nya; dan seribu tahun kemudian hal itu disebutkan kembali oleh rasul yang diilhami: “Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat.” Ibrani 13:2. PP 138.3

Abraham melihat di dalam diri ketiga orang tamunya itu hanyalah tiga orang pengembara yang keletihan, tidak terlintas dalam pikirannya bahwa di antara mereka ada Satu yang boleh ia sembah tanpa berbuat dosa. Tetapi tabiat sebenarnya dari pada pesuruh-pesuruh surga itu sekarang dinyatakan. Sekalipun mereka ada dalam perjalanan sebagai pelaksana murka Allah, tetapi kepada Abraham, orang yang beriman itu, mereka lebih dulu mengucapkan berkat. Sekalipun TUHAN sangat teliti untuk mencatat kejahatan dan menghukum pelanggaran, Ia tidak suka di dalam pembalasan. Pekerjaan membinasakan adalah satu “perbuatan yang asing” kepada Dia yang tidak terbatas kasih-Nya itu. PP 138.4

“TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia.” Mazmur 25:14. Abraham telah menghormati Allah dan Allah menghormati dia, dengan mengajak dia untuk berunding dan menyatakan kepadanya tentang maksud-maksud Ilahi itu. “Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini?” kata Tuhan. “Sesungguhnya banyak keluh kesah orang tentang Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat berat dosanya. Baiklah Aku turun untuk melihat, apakah benar-benar mereka telah berkelakuan seperti keluh kesah orang yang telah sampai kepada-Ku atau tidak; Aku hendak mengetahuinya.” Kejadian 18:20, 21. Allah mengetahui dengan baik ukuran dari pada kesalahan Sodom; tetapi Ia berkata-kata dalam cara manusia, agar keadilan tindakan-Nya itu dapat dipahami. Sebelum menjatuhkan hukuman ke atas diri orang-orang yang melanggar, Ia sendiri akan turun untuk mengadakan pemeriksaan terhadap kehidupan mereka, jikalau mereka belum melampaui batas kemurahan Ilahi, Ia masih akan tetap memberikan kesempatan untuk bertobat. PP 139.1

Dua dari antara pesuruh-pesuruh surga itu pergi, meninggalkan Abraham bersama dengan Dia yang sekarang ini ia telah ketahui, yaitu Anak Allah. Dan manusia yang penuh iman itu mengadakan permohonan demi kepentingan penduduk Sodom. Dulu ia pernah menyelamatkan mereka oleh pedangnya, sekarang ia berusaha menyelamatkan mereka dengan doanya. Lot dan keluarganya masih tinggal di sana; dan kasih yang tidak mementingkan diri yang telah mendorong Abraham untuk menyelamatkan mereka dari bangsa Elam, sekarang berusaha menyelamatkan mereka, jikalau itu adalah kehendak Allah, dari topan hukuman Ilahi. PP 139.2

Dengan rasa hormat serta rendah hati ia menghadapkan permohonannya: “Sesungguhnya aku telah memberanikan diri berkata kepada TUHAN, walaupun aku debu dan abu.” Padanya tidak ada kepercayaan terhadap diri, tidak ada kesombongan akan kebenaran dirinya. Ia tidak menuntut akan diperkenankan oleh Tuhan atas dasar penurutannya atau karena pengorbanan yang telah diadakannya dalam melakukan kehendak-Nya. Ia sendiri adalah orang berdosa dan ia memohon, demi kepentingan orang berdosa. Roh seperti inilah yang harus dimiliki oleh semua orang yang datang menghampiri Allah. Tetapi Abraham menyatakan kepercayaan seorang anak yang sedang memohon kepada bapa yang dikasihinya. Ia datang dekat kepada Pesuruh surga itu, dan dengan sungguh-sungguh ia menghadapkan permintaannya itu. Sekalipun Lot telah menjadi seorang penghuni Sodom, ia tidak ambil bagian dalam kejahatan penduduknya. Abraham berpikir bahwa di dalam kota yang padat penduduknya itu tentu ada orang-orang lain yang menyembah Allah yang benar. Dan dengan pendapat seperti ini ia memohon, “Jauhlah kiranya dari pada-Mu untuk berbuat demikian, membunuh orang benar bersama-sama dengan orang fasik...... Jauhlah kiranya yang demikian dari pada-Mu! Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?” Abraham memohon bukan hanya sekali saja tetapi berulang-ulang. Apabila permohonannya dikabulkan, dengan lebih berani ia terus meminta sehingga ia mendapat jaminan bahwa jikalau saja ada sepuluh orang benar didapati di dalamnya, maka kota itu akan diselamatkan. PP 139.3

Kasih bagi jiwa-jiwa yang akan binasa mengilhami doa Abraham. Sementara ia merasa sudah muak dengan dosa-dosa kota yang jahat itu, ia rindu agar orang-orang berdosa itu dapat diselamatkan. Perhatiannya yang dalam terhadap Sodom menunjukkan rasa khawatir yang harus kita rasakan terhadap orang-orang yang belum bertobat. Kita harus memupuk rasa benci terhadap dosa, tetapi belas kasihan dan kasih bagi orang berdosa. Semua orang di sekeliling kita adalah jiwa-jiwa yang sedang menuju kepada kehancuran, sama-sama tidak berpengharapan, serta mengerikan keadaannya, seperti yang terjadi ke atas Sodom. Setiap hari pintu kasihan bagi beberapa orang telah tertutup. Setiap jam beberapa orang pergi melewati jangkauan rahmat. Dan di manakah suara-suara amaran dan panggilan untuk mengajak orang berdosa lari dari celaka yang mengerikan itu? Di manakah tangan-tangan yang diulurkan untuk menarik mereka kembali dari kematian? Di manakah mereka yang dengan rendah hati dan dengan iman yang teguh memohon kepada Allah bagi orang berdosa? PP 140.1

Roh Abraham adalah roh Kristus. Anak Allah itu sendiri adalah Pengantara yang agung demi kepentingan orang-orang berdosa. Ia yang telah membayar harga tebusannya mengetahui nilai jiwa manusia. Dengan satu roh perlawanan terhadap kejahatan, roh yang hanya ada di dalam diri yang sama sekali tidak bernoda, Kristus menyatakan kepada orang berdosa satu kasih yang dimiliki hanya oleh Satu Pribadi yang tidak terbatas kebajikan-Nya. Di dalam penderitaan salib itu, dengan beban dosa seluruh dunia tertanggung atas diri-Nya, la berdoa bagi pengolok-olok dan pembunuh-pembunuh-Nya, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Lukas 23:34. PP 140.2

Kamis, 5 Juni

Penghakiman Pra-Adven


Bacalah deskripsi tentang pemeriksaan penghakiman yang terdapat dalam Daniel 7:9, 10, 13, 14, 22, 26, dan 27. Apakah fokus utama dalam penghakiman tersebut? Apakah keputusan yang dijatuhkan di akhir proses tersebut? Apakah yang diajarkan kepada kita tentang rencana keselamatan?

“Maka ku pandang sampai tahta-tahta itu diturunkan, dan Dia yang tiada berkesudahan hari-Nya itu duduk, yaitu Dia yang pakaian-Nya putih seperti salju, dan rambut kepala-Nya seperti bulu domba yang amat bersih : tahta-Nya adalah seperti nyala api yang bernyala-nyala, dan roda-roda-Nya seperti api yang membakar habis. Suatu sungai api mengalir dan keluar dari hadapan-Nya : beribu-ribu berkhidmat kepada-Nya, dan sepuluh ribu kali sepuluh ribu menghadap hadirat-Nya : majelis pehukuman itu duduklah, dan kitab-kitab dibuka”. Daniel 7 : 9, 10.

Dalam ayat ini dikemukakan empat fakta yang berhubungan : (1) tahta-tahta itu tidak ada sebelum pemandangan itu terbuka dalam khayal; (2) Dia Yang Tiada Berkesudahan Hari-Nya itu datang lalu duduk setelah tahta-tahta itu didudukkan, (3) kemudian kitab-kitab itu dibuka; (4) sekaliannya itu (tahta-tahta, Dia Yang Tiada Berkesudahan Hari-Nya, dan kitab-kitab) mengungkapkan suatu pemandangan sidang pehukuman. Dan karena kitab-kitab itu adalah jelas merupakan pusat perhatian dalam pemandangan itu, maka dengan sendirinya timbul pertanyaan, Apakah Alasan Bagi Adanya Kitab-Kitab?

Dasar bagi sebuah konsep yang tepat mengenai pehukuman ialah suatu pengertian yang tepat terhadap hakekatnya dan mengenai alasan bagi adanya buku-buku. Mengenai yang terakhir ini Yohanes sebagai pewahyu mengatakan sebagai berikut:

“Maka aku tampak segala orang mati, kecil besar, berdiri di hadapan hadirat Allah; dan buku-buku dibukakan : maka ada sebuah buku yang lain dibukakan, yaitu Kitab Kehidupan; maka segala orang mati itu diadili sesuai dengan segala perkara yang tercatat di dalam buku-buku itu”. Wahyu 20 : 12.

Oleh sebab itu, maka tak dapat dibantah, bahwa kitab-kitab itu berisikan nama-nama maupun catatan-catatan dari semua orang yang akan diadili. Dan tentunya semua nama-nama dan catatan-catatan ini telah ditulis sewaktu setiap orang yang bersangkutan masih hidup. Pemazmur mengatakan : “Matamu melihat selagi janinku masih belum sempurna; dan di dalam kitab-Mu segala anggota tubuhku telah dicatat, sebelum ada terdapat satupun daripadanya, yaitu yang dibentuk pada hari-hari selanjutnya”. Mazmur 139 : 16. “Tuhan akan menghitung, pada waktu Ia mencatat orang banyak itu, bahwa orang ini telah lahir di sana”. Mazmur 87 : 6.

Demikianlah Ilham mengungkapkan bahwa perbuatan setiap orang diperinci dengan ketepatan yang luar biasa di dalam kitab-kitab sorga, dan bahwa alasan bagi adanya kitab-kitab itu dengan sendirinya tidak lepas dari – Alasan Bagi Adanya Sidang Pehukuman Itu.

Bahwa tidak setiap nama yang telah dimasukkan di dalam kitab-kitab Anak Domba akan dapat dipertahankan tetap di sana, ditentukan secara menyedihkan oleh kata-kata Injil berikut ini :

“Maka firman Tuhan kepada Musa, Barangsiapa yang telah berdosa melawan Aku, ia itu akan Ku coret namanya dari dalam kitab-Ku”. Keluaran 32 : 33. “Dan jika seseorang mengurangkan daripada segala perkataan dari kitab nubuatan ini, maka Allah akan menghilangkan bagian-nya dari dalam Kitab Kehidupan, dan keluar dari dalam kota suci, dan dari segala perkara yang ada tertulis di dalam kitab ini”. Wahyu 22 : 19.

Dengan demikian, maka buku-buku itu tentunya berisikan nama-nama dari sejumlah besar gabungan orang-orang, -- baik mereka yang berdiri teguh dalam iman dan terus bertahan dengan sabar sampai kepada kesudahan, dan mereka yang tidak setia. Kristus mengatakan : “Barangsiapa yang kelak tahan sampai kepada kesudahan, ia akan diselamatkan”. Matius 24 : 13. Tetapi mereka yang tidak tahan kelak akan hilang.

“Dan inilah mereka bagaikan yang ditabur di atas tanah yang berbatu-batu; yang apabila mereka itu mendengar Firman, segeralah mereka menyambutnya dengan bersuka-cita hatinya; tetapi tiada ia itu berakar di dalam diri mereka, sehingga dengan demikian itu bertahan hanya seketika saja; setelah itu, apabila datang kesusahan atau aniaya karena sebab Firman itu, maka secepatnya juga mereka meninggalkannya”. Markus 4 : 16, 17.

“Ya Tuhan, pengharapan Israel, semua orang yang meninggalkan Dikau kelak akan malu, dan mereka yang beralih daripada-Ku akan kelak dicatat namanya di dalam tanah, karena mereka telah meninggalkan Tuhan, yaitu sumber dari segala air kehidupan”. Yeremia 17 : 13.

Demikianlah, pasti datang suatu hari perhitungan, suatu hari apabila nama-nama mereka yang didapati tidak pantas bagi kehidupan kekal akan dihapuskan dari dalam Kitab Hayat Anak Domba -- suatu tata kerja untuk mana hanya satu-satunya sebutan yang tepat dapat diberikan, yaitu “pemeriksaan pengadilan” (investigative judgment).

Dan sekarang karena “masanya tiba bahwa pehukuman harus dimulai pada isi rumah Allah .....” “sebab itulah engkau menderita sengsara, sebagai seorang prajurit Yesus Kristus yang baik” (2 Timotius 2 : 3), karena “jika ia itu (pehukuman itu) pertama sekali berlaku atas kita, maka apakah kelak akhir nasib mereka yang tidak mematuhi Injil Allah?” 1 Petrus 4 : 17.

Oleh sebab itu, karena dalam kegenapan masanya, pehukuman itu akan dimulai di dalam rumah Allah, sidang (church) maka setiap orang akan dihadapkan kepada kebutuhan yang mendesak untuk mengetahui – Bagaimana Nama-Nama Dipertahankan Di Dalam Kitab Itu.

Pada saat kita menyambut Kristus sebagai Juruselamat pribadi kita oleh perantaraan Firman Kebenaran, -- pada saat yang termulia itu juga Allah mengampuni kita dari segala dosa kita, lalu tangan-tangan yang ternoda darah karena Golgotha itu memasukkan nama-nama kita ke dalam Kitab Hayat Anak Domba. Kemudian serentak pena malaikat-malaikat mulai mencatat di dalam lembaran samawi rentetan pengalaman kekristenan kita yang hidup atau mati terpisah dari pengalaman kita yang lalu. Bahkan “rambut-rambut kepalamu pun semuanya dihitung”. Matius 10 : 30. Oleh sebab itu “janganlah membiarkan mulutmu membuat tubuhmu berdosa; dan juga janganlah engkau mengatakan di hadapan malaikat itu, bahwa itu hanyalah suatu khilaf adanya”. Pengkhotbah 5 : 6. Karena di dalam pemeriksaan pengadilan itu semua kitab-kitab dibuka dan semua perbuatan yang dilakukan di dalam tubuh dikemukakan secara terbuka bagi suatu perhitungan akhir di hadapan hadirat Dia yang tak berkesudahan hari-Nya itu. Semua orang yang berdiri teguh sampai kepada kesudahan kelak akan dihapuskan dosa-dosa mereka pada waktu itu untuk selama-lamanya dari kitab-kitab itu, dan nama-nama mereka tetap dipertahankan di dalamnya; sebaliknya semua orang yang tidak berhasil menang akan kelak pada waktu itu dipertahankan dosa-dosa mereka di dalam kitab-kitab itu untuk selama-lamanya, lalu nama-nama mereka dicoret dari dalamnya.

Selalu ujian manusia yang terbesar, dan sesuatu ujian yang senantiasa meliputi hampir setiap keputusan yang harus segera diambil, terdapat di dalam terbukanya gulungan suratan -- yaitu di dalam kemajuannya sesuatu pekabaran baru yang melebihi pekabaran yang sudah lampau, --- yaitu kebenaran sekarang. Pada setiap kesempatan yang sedemikian ini setiap orang harus mengambil keputusan : Haruskah saya mematuhi kebenaran baru dan yang tidak terkenal itu dan berjalan dalam terangnya, lalu menggabungkan diri dengan orang-orang yang dianggap hina oleh hampir setiap pemimpin agama di dalam negeri? Ataukah saya harus membiarkan diri saya dihalangi oleh keputusan dan nasehat pihak kependetaan yang di dalam gereja saya?

Bilamana pehukuman dimulai dan kitab-kitab dibuka lalu perkara-perkara dari masing-masing generasi secara bergantian lewat di depan sidang pengadilan, maka ada beberapa generasi mengalami pencoretan hampir seluruh nama orang-orangnya dan bukan dosa-dosanya. Apabila generasi orang-orang yang hidup di masa kedatangan Kristus yang pertama ditimbang pada neraca kaabah kesucian, seluruh bangsa akan didapati ringan sehingga nama-nama mereka akan dihapus dari kitab itu. Dan demikian itulah dalam tingkat yang berbeda-beda ia itu terjadi pada saat setiap pekabaran diperkenalkan dalam setiap zaman. “Berbagai periode yang berbeda-beda dalam sejarah gereja masing-masingnya telah ditandai dengan berkembangnya beberapa kebenaran istimewa, yang disesuaikan kepada berbagai kebutuhan umat Allah pada zaman itu. Setiap kebenaran baru telah membuat jalannya sendiri melawan kebencian dan tantangan; orang-orang yang diberkati dengan terangnya, dicobai dan dianiaya”. – The Great Controversy, p. 609. -

Sesuai dengan itu, “apabila sesuatu pekabaran datang dalam nama Tuhan kepada umat-Nya, tak seorang pun dapat dimaafkan dirinya daripada menyelidiki semua tuntutan pekabaran itu”. Testimonies on Sabbath School Work, p. 65. Buangkanlah semua syakwasangka, semua pikiran pribadi, dan pendapat-pendapat manusia yang tidak memiliki tanda Ilham, dan mereka yang mengatakan dalam kenyataan perbuatan-perbuatannya : “Aku kaya, dan sudah bertambah segala kekayaanku, sehingga tidak memerlukan apa-apa lagi” (kebenaran atau nabi-nabi) Wahyu 3 : 17.

Alkitab dapat dijelaskan dengan benar hanya oleh Roh yang telah mengendalikan penulisannya. Ia “akan menuntun kamu ke dalam semua kebenaran: karena Ia tidak akan berbicara dari hal diri-Nya sendiri; melainkan apapun juga yang didengar-Nya, itulah yang akan dibicarakan-Nya; dan Ia akan menunjukkan kepadamu perkara-perkara yang akan datang” supaya dapat kamu “diperdirikan dalam kebenaran sekarang”. Maka “siapapun ..... yang menghojat melawan Roh Suci (berbicara jahat melawan pekabaran itu) ia itu tidak akan diampuni” kepadanya : karena itulah satu-satunya jalan oleh mana kita dapat diselamatkan (Yohanes 16 : 13; 2 Petrus 1 : 12; Lukas 12 : 10).

Dengan sendirinya, maka bahaya yang terbesar bagi umat bukannya karena mereka mendengar kepada kekeliruan, melainkan karena penolakan mereka melawan kebenaran sekarang. Tuhan berfirman : “Jika sesuatu pebakaran datang, yang tidak kamu mengerti, maka berusahalah agar dapat kamu mendengar semua alasan yang dapat diberikan oleh utusan itu, ..... Kemudian kemukakanlah alasan-alasanmu yang kuat; karena pendirianmu tidak akan dapat digoncang oleh datang berhubungan dengan kesalahan”. -- Testimonies on Sabbath School Work, pp. 65, 66. “Oleh sebab itu hendaklah orang yang menyangka dirinya berdiri supaya memperhatikan supaya jangan ia jatuh”. 1 Korintus 10 : 12.

Oleh sebab itu jelaslah, bahwa setiap sikap yang menunjukkan seseorang tidak mau melakukan penyelidikan secara jujur terhadap setiap pekabaran yang mengaku merupakan kebenaran tambahan, tak dapat dihindari akan membawakan kehancuran atas dirinya sendiri. Sebaliknya di pihak lain orang yang menyambut kebenaran tetapi lalai menghidupkan dan memberitakannya dengan jujur, sehingga dengan demikian itu juga mendatangkan kebinasaan atas dirinya -- terhadap mana Yehezkiel mengamarkan : “Apabila seseorang yang benar berbalik daripada kebenarannya, lalu berbuat kejahatan, dan aku meletakkan sebuah balok penghalang (sebuah pekabaran) di hadapannya, ia akan mati : karena engkau tidak memberikan amaran kepadanya, ia akan mati dalam dosanya, dan kebenarannya yang telah dilakukannya tidak akan diingat lagi; tetapi darahnya akan ku tuntut dari pada tanganmu. Tetapi jika engkau mengamarkan orang benar itu, supaya orang benar itu tidak berdosa, sehingga ia tidak berbuat dosa, maka ia pasti akan hidup, karena ia telah diberi amaran; juga kamu telah melepaskan jiwamu.” Yehezkiel 3 : 20, 21. Tetapi orang-orang jahat akan “dihapuskan dari dalam kitab orang-orang hidup, dan tidak akan ditulis namanya bersama-sama dengan orang-orang benar.” Mazmur 69 : 28. 

Jumat, 6 Juni

Pendalaman

Pada zaman Nuh suatu kutuk yang berganda menimpa bumi ini sebagai akibat pelanggaran Adam dan pembunuhan yang dilakukan oleh Kain. Namun demikian hal itu tidak begitu banyak mengubah wajah alam ini. Memang jelas ada tanda-tanda kebusukan, tetapi bumi ini masih tetap kaya dan indah di dalam pemberian Allah. Bukit-bukit dimahkotai oleh pepohonan yang indah yang menunjang pokok anggur yang sarat oleh buah-buahnya. Padang-padang yang luas yang menyerupai taman ditutupi oleh ribuan bunga. Buah-buahan yang ada di bumi ini beraneka ragam dan hampir-hampir tidak terbatas jumlahnya. Pohon-pohon pada waktu itu jauh melebihi pohon apa pun yang ada sekarang ini di dalam ukuran, keindahan serta kesempurnaan bentuknya; kayunya menunjukkan adanya lapisan-lapisan yang indah serta terbuat dari bahan yang keras dan tahan seperti batu. Emas, perak dan batu-batu permata berlimpah banyaknya. PP 90.1

Umat manusia masih memiliki kesegarannya yang semula. Tetapi beberapa generasi telah berlalu sejak Adam masih diperkenankan memakan buah alhayat yang dapat memperpanjang hidup; dan umur manusia masih diukur dengan abad. Seandainya manusia yang berumur panjang dengan kesanggupan yang tiada taranya untuk berencana dan bekerja itu telah mengabdikan diri untuk melayani Tuhan, mereka tentu akan menjadikan nama Khalik itu satu kepujian di atas dunia ini dan mereka akan merupakan wujud dari maksud Tuhan dalam menjadikan mereka. Tetapi mereka telah gagal melakukan hal ini. Pada masa itu banyak raksasa-raksasa, manusia yang memiliki tubuh dan kekuatan yang besar, terkenal bijaksana, ahli dalam merancang pekerjaan yang paling indah dan mengagumkan; tetapi kesalahan mereka dengan membiarkan diri dalam kejahatan adalah sebanding dengan kesanggupan mental serta keahlian mereka. PP 90.2

Tuhan mengaruniakan kepada orang-orang yang hidup sebelum air bah ini banyak pemberian; tetapi mereka telah menggunakan kelimpahan itu untuk meninggikan diri sendiri dan telah mengubahkannya menjadi laknat dengan memusatkan perhatian mereka kepada pemberian-pemberian tersebut gantinya kepada Dia yang telah memberikannya. Mereka menggunakan emas, perak, batu-batu permata serta kayu-kayu yang indah dan terpilih untuk membangun tempat tinggal mereka dan berusaha untuk saling melebihi satu terhadap yang lainnya dalam keindahan rumah dengan hasil pekerjaan orang-orang yang ahli. Mereka berusaha hanya untuk memuaskan keinginan hati mereka yang sombong dan bersuka-suka dalam kepelesiran dan kejahatan. Dengan tidak menginginkan Allah ada di dalam pengetahuan mereka, segera mereka pun menyangkal adanya Allah. Mereka mengagungkan alam sebagai pengganti Allah yang menjadikan alam ini. Mereka meninggikan kepandaian manusia, menyembah hasil pekerjaan tangan mereka dan mengajar anak-anak mereka menyembah sujud kepada patung-patung ukiran. PP 90.3

Di padang-padang hijau dan di bawah naungan pohon-pohon yang rindang mereka mendirikan mezbah untuk berhala mereka. Hutan-hutan kayu yang luas, yang daunnya tetap tumbuh sepanjang tahun ditahbiskan untuk penyembahan dewa-dewa palsu. Dengan hutan-hutan kayu ini dihubungkan taman-taman yang indah, jalan-jalannya yang panjang dan berliku-liku itu ditudungi oleh segala macam pohon yang berbuah lebat, dihiasi oleh patung-patung ukiran dan dilengkapi dengan segala sesuatu yang dapat menyenangkan perasaan serta menimbulkan nafsu yang menggairahkan orang banyak, sehingga mereka pun dirangsang untuk ambil bagian dalam penyembahan berhala. PP 91.1

Manusia menyisihkan Allah dari pengetahuan mereka dan menyembah barang-barang hasil ciptaan angan-angan pikiran mereka; dan sebagai akibatnya mereka pun menjadi lebih merosot lagi. Pemazmur menggambarkan akibat yang ditimbulkan oleh penyembahan berhala terhadap diri mereka. Ia berkata, “Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya.” Mazmur 115:8. Adalah satu kaidah dari pada pikiran manusia bahwa oleh memandang kita diubahkan. Manusia tidak akan naik lebih tinggi daripada pandangannya tentang kebenaran, kemurnian serta kesucian. Jikalau pikiran tidak ditinggikan melebihi taraf kemanusiaan, jikalau itu tidak diangkat oleh iman untuk merenung-renungkan kasih serta hikmat yang tak terbatas itu, maka manusia akan terus terbenam lebih dalam lagi. Penyembah dewa-dewa yang palsu mengenakan sifat-sifat serta nafsu kemanusiaan kepada dewa-dewa tersebut sehingga dengan demikian ukuran tabiat dewa-dewa itu merosot menjadi setaraf dengan manusia yang berdosa. Dan sebagai akibatnya mereka menjadi cemar. “Ketika dilihat Tuhan, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata ...bumi ini telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan.” Tuhan telah memberikan kepada manusia hukum-hukum-Nya sebagai peraturan hidup, tetapi hukum-Nya itu dilanggar dan sebagai akibatnya timbullah segala macam dosa. Kejahatan manusia dilakukan dengan terang-terangan, keadilan diinjak-injak dan teriakan orang-orang yang teraniaya naik sampai ke surga. PP 91.2