Tetapi Ia bersifat penyayang, Ia mengampuni kesalahan mereka dan tidak memusnahkan mereka; banyak kali Ia menahan murka-Nya dan tidak membangkitkan segenap amarah-Nya. KJV - Mazmur 78:38
Yohanes melihat kemurahan, kelemah-lembutan dan kasih Allah dipadukan dengan kesucian, keadilan dan kuasa-Nya. la melihat orang-orang berdosa mendapatkan seorang Bapa yang kepada-Nya dosa mereka telah menakutkan mereka. Dan melihat kepada memuncaknya pergumulan yang besar, ia memandang ke atas Sion "orang-orang yang telah memperoleh kemenangan.... berdiri di atas lautan kaca, memegang kecapi Allah,” dan menyanyikan “nyanyian Musa” dan Anak Domba. Wahyu 15:2,3 AA 589.1
Juruselamat diperlihatkan di hadapan Yohanes dengan lambang “Singa dari suku Yehuda” dan “Seekor Anak Domba seperti telah disembelih.” Wahyu 5:5, 6. Simbol-simbol itu menggambarkan persatuan kuasa yang mahakuasa dan kasih yang rela berkorban. Singa dari Yehuda, begitu ngeri kepada penolak-penolak kemurahan-Nya, akan menjadi Domba Allah kepada orang-orang yang menurut dan setia. Tiang api yang mengungkapkan kengerian dan kemarahan kepada pelanggar hukum Allah adalah tanda terang dan kemurahan dan kelepasan kepada mereka yang telah menurut hukum-hukum-Nya. Lengan yang kuat untuk memukul orang yang memberontak akan kuat juga untuk melepaskan orang yang setia. Setiap orang yang percaya akan diselamatkan, "Dan la akan menyuruh ke luar malaikat malaikat-Nya dengan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu kepada ujung langit yang lain." Matius 24:31. AA 589.2
Bacalah Mazmur 78. Apakah yang disampaikan ayat ini tentang respons Allah terhadap pemberontakan umat-Nya yang berulang-ulang?
Dari Kades bangsa Israel telah kembali ke padang belantara; dan setelah masa pengembaraan mereka di padang belantara itu berakhir, maka sampailah mereka itu, “bahkan segenap perhimpunan itu di padang belantara Zin pada bulan yang pertama; dan bangsa itupun tinggallah di Kades.” Bilangan 20:1. PP 410.1
Di tempat ini Miryam mati dan dikuburkan. Dari saat-saat yang penuh kesukaan di tepi Laut Merah, pada waktu bangsa Israel berjalan sambil menyanyi dan menari untuk merayakan kemenangan Tuhan, sampai ke kuburan di padang belantara yang mengakhiri pengembaraan selama umur hidup mereka itu—demikianlah nasib jutaan manusia yang dengan harapan yang muluk-muluk telah keluar dari negeri Mesir. Dosa telah merebut dari bibir mereka itu cawan berkat Allah. Akankah generasi yang berikutnya itu mengambil pelajaran dari pengalaman ini? PP 410.2
“Sekalipun demikian mereka masih saja berbuat dosa dan tidak percaya kepada perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib... Apabila Ia membunuh mereka, maka mereka mencari Dia, mereka berbalik dan mengingini Allah; mereka teringat bahwa Allah adalah gunung batu mereka, dan bahwa Allah Yang Mahatinggi adalah Penebus mereka. Mazmur 78:32, 34, 35. Tetapi mereka tidak berpaling kepada Allah dengan suatu maksud yang sungguh-sungguh. Sekalipun pada waktu dianiaya oleh musuh-musuh mereka, mereka mencari pertolongan dari Dia yang satu-satunya dapat melepaskan mereka, tetapi “hati mereka tidak tetap pada Dia, dan mereka tidak setia pada perjanjian-Nya.Tetapi Ia bersifat penyayang, Ia mengampuni kesalahan mereka dan tidak memusnahkan mereka; banyak kali Ia menahan murka-Nya…. Ia ingat bahwa mereka itu daging, angin yang berlalu, yang tidak akan kembali.” Mazmur 78:37-39. PP 410.3
“Bacalah Mazmur ketujuh puluh delapan dengan saksama. Bangsa Israel terus-menerus melawan Allah yang baik. Melalui ketidaktaatan mereka, mereka dibawa ke dalam keadaan yang merupakan akibat pasti dari tindakan mereka sendiri. Mereka bertobat di bawah teguran dan hajaran, tetapi jatuh lagi di bawah pencobaan, pemanjaan diri, dan pemuasan diri. 13LtMs, Ms 38, 1898, par. 22
“Sejarah bangsa Israel, sejak mereka masuk ke Mesir sampai mereka dibebaskan dari Mesir, adalah suatu pelajaran bagi dunia. TUHAN membawa mereka keluar dari rumah perbudakan dan menggendong mereka seperti di atas sayap burung rajawali, dan membawa mereka kepada-Nya, supaya mereka berada di bawah pengawasan-Nya, dan diam di bawah naungan takhta Yang Mahatinggi. Tetapi mereka mengikuti jalan mereka sendiri dan mengajarkan perintah-perintah manusia. Dan ketika Yesus, Jenderal besar tentara surgawi, yang telah memimpin mereka melalui padang gurun, datang ke bumi ini, kesalehan dan agama hukum yang menyimpang berkuasa. Tanpa kesalehan, orang-orang tidak dapat mengenali Raja kehidupan dalam penampilan-Nya yang rendah hati dan bersahaja. Meskipun Dia melakukan pekerjaan-pekerjaan yang yang tidak pernah dilakukan atau dapat dilakukan oleh orang lain, mereka menolak Dia. Mereka menyaksikan mukjizat-mukjizat-Nya; mereka melihat Dia berkeliling sebagai Penyembuh, Pemulih gambar moral Allah dalam diri manusia; namun mereka membunuh Raja kehidupan.” 13LtMs, Ms 38, 1898, par. 23
Renungkanlah kisah Yunus dan renungkanlah reaksi Yunus terhadap pengampunan Allah yang penuh belas kasihan kepada orang-orang Niniwe, dalam Yunus 4:1-4. Apakah yang dapat kita pelajari dari kisah ini tentang Yunus dan tentang Allah? (Lihat juga Matius 10:8.)
“Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung. Setelah sampai kabar itu kepada raja kota Niniwe, turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu. Lalu ia menyuruh mengumumkannya ke seluruh Niniwe dengan titah raja dan para pembesarnya, demikian: Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh makan apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air. Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya. Siapa tahu mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang menyala-nyala itu, sehingga tidak binasa?” Ayat 5-9. PK 270.3
Ketika raja dan para pembesar, bersama-sama dengan rakyat biasa, yang terpandang dan yang rendah, “bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus” (Matius 12:41) dan bersatu dalam berseru kepada Allah yang di surga, maka belas kasihan-Nya diberikan kepada mereka. Ia “melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Ia pun tidak jadi melakukannya.” Yunus 3:10. Nasib mereka telah terhindar, Allah Israel telah ditinggikan dan dihormati di kalangan dunia kafir, dan hukum-Nya ditaati. Baru setelah bertahun-tahun kemudian, Niniwe jatuh sebagai mangsa bangsa-bangsa di sekeliling, melalui lupa akan Allah dan melalui kesombongan yang congkak. (Untuk kisah keruntuhan Asyur, lihat pasal 30 buku Yesaya). PK 270.4
Ketika Yunus mengetahui rencana Allah menyelamatkan kota itu walaupun kota itu jahat, tetapi telah dituntun untuk bertobat dengan memakai kain kabung dan abu, maka seharusnya dialah yang pertama-tama bersuka oleh sebab rahmat Allah yang ajaib; tetapi gantinya ia membiarkan pikirannya membayangkan kemungkinan bahwa ia akan dianggap sebagai seorang nabi palsu. Merasa cemburu demi nama baiknya, ia kehilangan pandangan terhadap nilai jiwa lebih besar yang tidak terbatas yang berada di kota yang jahat itu. Kebaikan hati yang ditunjukkan Allah terhadap orang-orang Niniwe yang bertobat itu “sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah ia.” Dan berdoalah ia kepada Tuhan, katanya, “Bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu Engkaulah Allah pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya.” Yunus 4:1, 2. PK 271.1
Bacalah Matius 21:12,13 dan Yohanes 2:14, 15. Apa yang ditunjukkan oleh reaksi Yesus terhadap cara Bait Allah digunakan kepada kita tentang kemarahan Allah terhadap kejahatan?
“Itulah firman yang diucapkan-Nya pada waktu Ia menyucikan Bait Allah yang pertama, dan pada waktu Ia menyucikan Bait Allah yang kedua, sebelum Ia disalibkan, Ia berkata kepada mereka: ‘Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah ibadah, tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun’.” Itu adalah sebuah pernyataan kecaman yang sangat tegas. Mengapa kemarahan Kristus begitu bergejolak ketika Ia memasuki pelataran Bait Allah? Mata-Nya menyapu pemandangan itu, dan Ia melihat di dalamnya penghinaan terhadap Allah dan penindasan terhadap orang banyak. Ia mendengar lenguhan lembu, ringkikan domba, dan pertengkaran antara orang-orang yang sedang berjual beli. Di pelataran Bait Allah, bahkan para imam dan penguasa pun terlibat dalam keributan. Ketika mata Kristus menyapu pemandangan itu, penampakan-Nya menarik perhatian orang banyak, dan tiba-tiba semua suara menjadi sunyi, dan semua mata tertuju kepada Kristus. Ketika perhatian mereka tertuju kepada-Nya, mereka tidak dapat mengalihkan pandangan mereka dari wajah-Nya, karena ada sesuatu di wajah-Nya yang membuat mereka kagum dan takut. Siapakah Dia? Seorang Galilea yang rendah hati, anak seorang tukang kayu yang bekerja bersama ayahnya; tetapi ketika mereka menatap-Nya, mereka merasa seakan-akan mereka didakwa di depan kursi pengadilan. RH August 27, 1895, par. 2
“Apakah yang dilihatnya ketika ia melihat pelataran Bait Allah yang telah diubah menjadi tempat berjualan? Mereka menjual lembu, domba, dan burung merpati kepada orang-orang yang akan mempersembahkan kurban kepada Allah karena dosa-dosa mereka. Ada banyak orang miskin di antara orang banyak itu, dan mereka telah diajar bahwa untuk mendapatkan pengampunan dosa, mereka harus membawa persembahan dan kurban untuk dipersembahkan kepada Allah. Kristus melihat orang-orang miskin, tertekan, dan menderita dalam kesulitan dan kekecewaan karena mereka tidak memiliki cukup uang untuk membeli seekor burung merpati sebagai persembahan. Orang buta, orang lumpuh, orang tuli, orang yang menderita, berada dalam penderitaan dan kesusahan karena mereka rindu untuk mempersembahkan persembahan bagi dosa-dosa mereka, tetapi harganya sangat mahal sehingga mereka tidak dapat menjangkaunya. Sepertinya tidak ada kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan pengampunan atas dosa-dosa mereka. Mereka tahu bahwa mereka adalah orang-orang berdosa, dan membutuhkan persembahan, tetapi bagaimana mereka dapat memperolehnya? Mata kenabian Kristus melihat ke masa depan, tidak hanya melihat tahun-tahun, tetapi juga abad-abad dan masa-masa. Dia melihat kejatuhan Yerusalem dan kehancuran dunia. Ia melihat bagaimana para imam, penguasa dan orang-orang yang berkedudukan tinggi akan berpaling dari orang-orang yang membutuhkan akan hak mereka, dan bahkan melarang Injil diberitakan kepada orang-orang miskin. Di pelataran Bait Allah, para imam mengenakan pakaian Bait Allah untuk dipamerkan, dan untuk menandai posisi mereka sebagai imam-imam Allah. Pakaian Kristus telah ternoda karena perjalanan. Ia berpenampilan seperti seorang pemuda Galilea, namun ketika Ia mengambil cambuk yang terbuat dari tali-tali kecil dan berdiri di tangga Bait Allah, tak seorang pun dapat menolak kuasa yang Ia gunakan untuk berbicara, ketika Ia berkata, “Ambillah semuanya ini,” lalu Ia menggulingkan meja-meja para penukar uang dan mengusir domba-domba serta lembu-lembu mereka. Orang-orang memandang-Nya seolah-olah terpesona; karena keilahian terpancar dalam diri manusia. Martabat dan otoritas seperti itu terpancar dari wajah Kristus, sehingga mereka yakin bahwa Ia mengenakan kuasa surgawi. Mereka telah diajar untuk sangat menghormati para nabi, dan kuasa yang diperlihatkan oleh Kristus meyakinkan banyak orang yang tidak menutup hati mereka terhadap keyakinan, bahwa Ia adalah orang yang diutus oleh Allah. Beberapa orang berkata, “Ia adalah Mesias,” dan mereka yang kepadanya Ia menyatakan diri-Nya sungguh-sungguh diyakinkan bahwa Ia adalah guru yang diutus oleh Allah; tetapi mereka yang membungkam suara hati nurani, yang menginginkan kekayaan, dan bertekad untuk memilikinya, tidak peduli dengan cara apa pun untuk mendapatkannya, menutup pintu hati terhadap-Nya. Para penukar uang yang ada di sana dengan tujuan menukarkan uang Romawi dengan uang yang akan digunakan di Bait Allah, tidak senang dengan tindakannya. Dagangan mereka adalah perampokan terhadap orang banyak, dan mereka telah membuat rumah Allah menjadi sarang penyamun. Orang-orang ini melihat di dalam diri Kristus seorang pembawa pesan pembalasan, dan mereka melarikan diri dari Bait Allah seakan-akan ada segerombolan tentara bersenjata yang sedang mengejar mereka. Para imam dan penguasa juga melarikan diri dengan cemas, begitu juga dengan para pedagang barang dagangan. Ketika mereka melarikan diri, mereka bertemu dengan orang lain dalam perjalanan menuju Bait Allah, tetapi mereka menyuruh mereka kembali. Mereka mengatakan bahwa seorang yang memiliki otoritas telah mengusir lembu-lembu dan domba-domba itu, dan mengusir mereka dari bait suci. RH 27 Agustus 1895, par. 3
“Ketika Kristus mengusir orang-orang yang menjual merpati, Ia berkata: “Ambillah semuanya ini.” Ia tidak mengusir merpati-merpati itu seperti Ia mengusir lembu dan domba, dan mengapa? Karena merpati-merpati itu adalah satu-satunya persembahan dari orang-orang miskin. Dia tahu kebutuhan mereka, dan ketika para penjual diusir dari Bait Allah, mereka yang menderita dan menderita ditinggalkan di pelataran. Satu-satunya harapan mereka adalah datang ke Bait Allah untuk mempersembahkan persembahan mereka dengan permohonan kepada Allah agar mereka diberkati di ladang mereka, di hasil panen mereka, di anak-anak mereka, dan di rumah-rumah mereka. Para imam dan para pemimpin melarikan diri dengan ketakutan dan terpana dari tengah-tengah orang banyak, tetapi setelah mereka pulih dari ketakutan mereka, mereka berkata, “Mengapa kita pergi dari hadapan orang yang satu itu?” Mereka tidak tahu siapa dia. Mereka tidak tahu bahwa Ia adalah wakil Bapa. Mereka tidak tahu bahwa Ia telah mengenakan keilahian-Nya dengan kemanusiaan; namun mereka memiliki kesadaran akan kuasa ilahi-Nya. Kristus telah memperhatikan orang banyak yang melarikan diri itu dengan hati yang penuh belas kasihan. Hati-Nya dipenuhi dengan kesedihan karena ibadah di Bait Allah telah dicemari, dan telah salah menggambarkan karakter dan misi-Nya. Dalam kasih-Nya yang penuh belas kasihan, Ia rindu untuk menyelamatkan mereka dari kesalahan mereka. Ia rindu untuk menyelamatkan para imam dan para penguasa, yang, meskipun mengaku sebagai penjaga umat, telah menindas mereka, dan mengesampingkan orang-orang yang membutuhkan dari hak mereka. Tetapi para imam dan para penguasa, setelah pulih dari kekecewaan mereka, berkata, 'Kami akan kembali, dan menantangnya, dan bertanya kepadanya dengan otoritas apa yang disangka telah mengusir kami dari bait suci.” RH 27 Agustus 1895, par. 4
Bacalah Ezra 5:12 dan bandingkan dengan Yeremia 51:24, 25, 44. Apakah yang dijelaskan di sini tentang penghakiman yang datang ke atas Yerusalem melalui bangsa Babilonia? (Lihat juga 2 Tawarikh 36:16.)
Kesedihan nabi itu atas ketegar tengkukan yang hebat dari mereka yang sebenarnya memiliki terang kerohanian dunia, kesedihannya atas nasib Sion dan atas nasib orang banyak yang dibawa ke Babel sebagai tawanan, dinyatakan dalam ratapan yang dicatatnya sebagai suatu peringatan tentang kebodohan meninggalkan nasihat-nasihat Yehova lalu beralih kepada hikmat manusia. Di tengah-tengah kehancuran yang terjadi, Yeremia masih tetap dapat menyatakan, “Bahwa karena sebab segala kemurahan Tuhan, maka tiada kita dibinasakan sama sekali;” dan doanya yang tetap ialah, “Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita, dan berpaling kepada Tuhan.” Ratapan 3:22, 40. Ketika Yehuda masih sebagai suatu kerajaan di antara bangsa-bangsa, ia bertanya tentang Allahnya, “Telah Kau tolakkah Yehuda sama sekali?” Telah merasa muakkah Engkau terhadap Sion?” dan dengan berani ia memohon, “Janganlah Engkau menampik kami, oleh karena nama-Mu.” Yeremia 14:19, 21. Kepercayaan mutlak nabi itu kepada rencana Allah yang kekal untuk menertibkan kekacauan, dan untuk memperlihatkan kepada bangsa-bangsa di bumi dan kepada seluruh semesta alam sifat-sifat-Nya yang adil dan kasih, kini membawa dia untuk memohon dengan yakin demi keselamatan orang-orang yang mungkin kembali dari kejahatan kepada kebenaran. PK 461.1
Tetapi kini Sion sudah dibinasakan sama sekali; umat Allah sedang berada dalam tawanan. Diselubungi dengan kesedihan, nabi itu berseru: “Ah, betapa terpencilnya kota itu, yang dahulu ramai! Laksana seorang jandalah ia, yang dahulu agung di antara bangsa-bangsa. Yang dahulu ratu di antara kota-kota, sekarang menjadi jajahan. Pada malam hari tersedu-sedu ia menangis, air matanya bercucuran di pipi; dari semua kekasihnya, tak ada seorang pun yang menghibur dia. Semua temannya mengkhianatinya, mereka menjadi seterunya. PK 461.2
Dengan jelas nabi-nabi Ibrani berbicara tentang bagaimana Babel akan jatuh. Sebagaimana dalam khayal Allah telah menyatakan kepada mereka peristiwa-peristiwa pada masa yang akan datang, maka mereka telah menyatakan: “Betapa Sesakh direbut, dan negeri pujian seluruh bumi diduduki! Betapa Babel menjadi kengerian di antara bangsa-bangsa!” “Betapa remuk-redamnya dan hancurluluhnya martil seluruh bumi itu! Betapa Babel menjadi kengerian di antara bangsa-bangsa!” “Bumi akan goncang karena kabar: Babel sudah direbut; ratap mereka akan terdengar di antara bangsa-bangsa!” PK 531.4
“Tiba-tiba Babel jatuh dan pecah.” “Namun atas Babel akan datang perusak, para pahlawannya akan tertangkap dan busur-busurnya akan hancur: sebab Tuhan adalah Allah pembalasan! Aku akan membuat mabuk para pemukanya, orang-orang bijaksananya, para bupatinya, para pembesarnya dan para pahlawannya, sehingga mereka jatuh tertidur untuk selama-lamanya, tidak akan bangun-bangun lagi, demikianlah Firman Sang Raja yang Tuhan semesta alam nama-Nya. PK 532.1
Demikianlah “tembok-tembok tebal Babel” akan “diratakan, dan pintu-pintu gerbangnya yang tinggi. . . dibakar dengan api.” Begitulah Yehova semesta alam “kesombongan orang-orang pemberani akan Kuhentikan,” dan “kecongkakan orang-orang yang gagah akan Kupatahkan.” Begitulah dengan “Babel, yang permai di antara kerajaan-kerajaan, perhiasan orang Kasdim yang megah,” akan sama seperti Sodom dan Gomora—suatu tempat yang dikutuk selama-lamanya. “Tidak ada penduduk untuk seterusnya,” demikianlah yang dimaklumkan oleh Ilham, “dan tidak ada penghuni turun-temurun: orang Arab tidak akan berkemah di sana, dan gembala-gembala tidak akan membiarkan hewannya berbaring di sana; tetapi yang akan berbaring di sana ialah binatang gurun, dan rumah-rumah mereka akan penuh dengan burung-burung hantu; burung-burung hantu akan diam di sana, dan jin-jin akan melompat-lompat; anjing-anjing hutan akan menyalak di dalam puri-purinya, dan serigala-serigala di dalam istana-istana kesenangan.” “Aku akan membuat Babel menjadi milik landak dan menjadi air rawa-rawa, dan kota itu akan Kusapu bersih dan Kupunahkan, demikianlah Firman Tuhan semesta alam.” Yeremia 51:58; Yesaya 13:11, 19-22; 14:23.
Beberapa orang khawatir bahwa kemarahan ilahi mungkin secara tidak sengaja dianggap sebagai pemberian lisensi untuk pembalasan dendam manusia. Baca Ulangan 32:35, Amsal 20:22, Amsal 24:29, Roma 12:17-21, dan Ibrani 10:30. Bagaimana ayat - ayat ini menjaga kita dari pembalasan dendam manusia?
“Alasan - alasan kejengkelan terhadap orang - orang Yahudi terus-menerus timbul karena hubungan mereka dengan serdadu - serdadu Roma. Detasemen - detasemen pasukan ditempatkan di berbagai tempat di seluruh Yudea dan Galilea, dan kehadiran mereka mengingatkan bangsa itu akan menurunnya martabat mereka sendiri sebagai satu bangsa. Dengan kebencian jiwa mereka mendengar tiupan keras terompet dan melihat pasukan - pasukan serdadu mengelilingi bendera Roma menghormati simbol kuasanya ini. Bentrokan antara rakyat dan tentara sering terjadi, dan hal ini mengobarkan kebencian rakyat. Seringkali ketika seorang pejabat Romawi dengan pengawalnya yang terdiri dari para prajurit bergegas dari satu tempat ke tempat lain, ia akan menangkap para petani Yahudi yang sedang bekerja di ladang dan memaksa mereka untuk memikul beban di lereng gunung atau melakukan pekerjaan lain yang mungkin diperlukan. Hal ini sesuai dengan hukum dan kebiasaan Romawi, dan perlawanan terhadap tuntutan semacam itu hanya akan menimbulkan ejekan dan kekejaman. Setiap hari semakin dalam kerinduan untuk melepaskan diri dari kuk Romawi semakin besar di dalam hati rakyat. Terutama di antara orang-orang Galilea yang berani dan kasar, semangat pemberontakan sedang berkobar. Kapernaum, yang merupakan kota perbatasan, adalah tempat kedudukan pasukan Romawi, dan bahkan ketika Yesus sedang mengajar, pemandangan serombongan tentara mengingatkan para pendengar-Nya akan kepahitan yang menimpa bangsa Israel. Orang-orang memandang dengan penuh semangat kepada Kristus, berharap bahwa Dialah yang akan merendahkan kesombongan Roma. MB 69.2
“Dengan kesedihan Yesus melihat wajah-wajah yang menengadah di hadapan-Nya. Dia perhatikan roh dendam yang telah mendalam dalam hati mereka, dan mengetahui betapa mereka sangat merindukan kuasa bangsa itu untuk meremukkan para penindas mereka. Dengan sangat memilukan dia meminta, “Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.” MB 70.1
“Kata-kata ini hanya merupakan pengulangan dari ajaran Perjanjian Lama. Benar bahwa peraturan, “Mata ganti mata, gigi ganti gigi” (Imamat 24:20), adalah suatu ketetapan dalam hukum yang diberikan lewat Musa, tetapi itu adalah suatu undang - undang sipil. Tidak seorang pun dibenarkan dengan membalas dendam, karena Tuhan mengatakan kepada mereka: “Jangan engkau berkata : Aku akan membalas kejahatan.” “Janganlah berkata : Sebagaimana ia memperlakukan aku, demikian kuperlakukan dia.” “Jangan bersukacita kalau musuhmu jatuh.” “Jikalau seterumu lapar, berilah dia makan roti, dan jikalau ia dahaga, berilah dia minum air.” Amsal 20:22; 24:29,17; 25:21,22 MB 70.2
“Seluruh kehidupan Yesus di dunia merupakan suatu manifestasi dari prinsip ini. Adalah untuk membawa roti kehidupan kepada musuh - musuh-Nya sehingga Juruselamat kita meninggalkan rumah-Nya di surga. Walaupun fitnah dan penganiayaan tertumpuk di hadapan-Nya sejak dari ayunan sampai ke kubur, namun mereka hanya menerima pernyataan kasih yang mengampuni dari Dia. Melalui Nabi Yesaya ia berkata, “ Aku memberi punggungku kepada orang - orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang - orang yang mencabut jenggotku.” “Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian, seperti induk domba yang kelu di depan orang - orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.” Yesaya 50:6; 53:7. Dari salib Golgota sepanjang zaman datanglah doa-Nya untuk para pembunuh_nya dan berita pengharapan kepada pencuri yang akan mati itu. MB 71.1
“Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.” MB 71.3
Yesus meminta murid-murid-Nya, gantinya menolak tuntutan orang-orang yang berkuasa, malah melakukan lebih daripada yang dituntut mereka. Dan, sedapat mungkin, mereka harus melaksanakan setiap kewajiban, malah melebihi tuntutan hukum negeri itu. Hukum, seperti yang diberikan melalui Musa, menyuruh hormat yang sangat lembut kepada orang miskin. Apabila seorang yang miskin memberikan pakaiannya sebagai gadai; atau sebagai jaminan untuk utang, kreditor tidak diizinkan memasuki tempat tinggal untuk memperolehnya; dia harus menunggu gadai itu di jalan supaya dibawa kepadanya. Dan bagaimanapun gadai itu harus dikembalikan kepada pemiliknya pada waktu matahari terbenam. Ulangan 24:10-13. Pada zaman Kristus ketetapan yang menunjukkan belas kasihan ini sedikit dihargai; tetapi Yesus mengajar murid-murid-Nya supaya tunduk kepada keputusan pengadilan, walaupun ini harus menuntut lebih daripada hukum yang disahkan Musa. Walaupun itu harus menuntut sebagian dari pakaian, mereka harus menyerah. Lebih daripada ini, mereka harus memberikan hak kepada kreditor, jika perlu menyerahkan lebih banyak daripada kuasa yang diberikan pengadilan kepadanya untuk menyitanya. “Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu,” kata Yesus. Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. MB 72.1
Yesus menambahkan, “Jangan engkau menegarkan hati ataupun menggenggam tangan terhadap saudaramu yang miskin.” Pelajaran yang sama telah diajarkan melalui Musa: “Tetapi engkau harus membuka tangan lebar-lebar baginya dan memberi pinjaman kepadanya dengan limpahnya, cukup untuk keperluannya, seberapa ia perlukan.” Ulangan 15:7, 8. Ayat ini menjelaskan arti dari kata-kata Juruselamat itu. Kristus tidak mengajar kita supaya tanpa pandang bulu memberikan amal kepada semua orang yang memintanya; tetapi Dia katakan, “memberi pinjaman kepadanya dengan limpahnya;” dan ini harus menjadi suatu pemberian, bukan suatu pinjaman; karena kita adalah meminjamkan, tidak mengharapkan balasan.” Lukas 6:35.