“Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Jadi Engkau adalah raja?" Jawab Yesus: "Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku." KJV - Yohanes 18:37
Suatu gempa bumi menandai ketika Kristus menyerahkan nyawaNya, dan gempa bumi yang lain pula menyaksikan saat Ia mengambilnya kembali dalam kemenangan. Ia yang telah menaklukkan kematian dan kubur, keluar dari kubur dengan langkah seorang pemenang, di tengah guncangan bumi, kilat yang memancar dan guruh yang bergemuruh. Bila Ia akan datang lagi ke bumi, Ia akan mengguncangkan “bukan hanya bumi saja, melainkan langit juga.” “Bumi terhuyung-huyung sama sekali seperti orang mabuk dan goyang seperti gubuk yang ditiup angin.” “Langit pun akan tergulung seperti sehelai surat.” “Segenap tentara langit akan hancur, dan langit akan digulung seperti gulungan kitab.” “Unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.” Tetapi “Tuhan adalah tempat perlindungan bagi umat-Nya, dan benteng bagi orang Israel.” Ibr. 12:26; Yes. 24:20; 34:4; 2 Ptr. 3:10, Yoel 3:16 DA 780.1
“Ketika Yesus mati serdadu-serdadu itu telah melihat bumi diselimuti kegelapan pada tengah hari, tetapi pada waktu kebangkitan mereka melihat terang malaikat-malaikat menerangi malam itu, dan mendengar penghuni surga menyanyi dengan kesukaan dan kemenangan besar: Engkau telah mengalahkan Setan dan kuasa kegelapan; Engkau telah menelan kematian dalam kemenangan! DA 780.2
Kristus keluar dari kubur dalam keadaan dipermuliakan, dan pengawal Roma melihat Dia. Mata mereka terpaku pada wajah-Nya yang belum lama berselang yang mereka olok-olok dan tertawakan. Dalam diri yang dipermuliakan ini mereka memandang orang tahanan yang telah mereka lihat di ruang pengadilan, orang yang telah mereka ikat dengan mahkota duri. Inilah Seorang yang telah berdiri tanpa melawan di hadapan Pilatus dan Herodes, tubuhNya tercabik-cabik oleh cambukan yang kejam. Dialah yang telah dipaku di salib, yang kepadaNya para imam dan penguasa, yang penuh dengan rasa puas diri, menggeleng-gelengkan kepala, seraya berkata, “Orang lain Ia selamatkan, tetap diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan.” Mat. 27:42. Inilah Dia yang telah dibaringkan di kubur baru Yusuf. Perintah surga telah melepaskan tawanan itu. Gundukan gunung-gunung yang ditimbun di atas kubur-Nya tidak dapat menghalangiNya untuk keluar. ” DA 780.3
Bacalah Yohanes 18:33-38. Apa yang dibicarakan oleh Pilatus dan Yesus?
Dengan mengharap untuk mendapatkan kebenaran daripada-Nya dan untuk menghindari huru-hara orang banyak, Pilatus membawa Yesus ke samping bersamanya, dan sekali lagi menanyakan, “Engkaukah Raja orang Yahudi?” DA 726.4
Yesus tidak menjawab pertanyaan ini secara langsung. Ia mengetahui bahwa Roh Kudus sedang bergumul dengan Pilatus, dan Ia memberi dia kesempatan untuk mengakui keyakinannya. “Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri,” Ia bertanya, “atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?” Maksudnya apakah hal itu tuduhan imam-imam, ataukah suatu kerinduan untuk menerima terang dari Kristus, yang mendorong pertanyaan Pilatus. Pilatus mengerti maksud Kristus; tetapi keangkuhan timbul dalam hatinya. Ia tidak mau mengakui keyakinan yang mendesak dia. “Apakah aku seorang Yahudi?” katanya. “Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku. Apakah yang telah Engkau perbuat?” DA 726.5
Kesempatan emas bagi Pilatus sudah lalu. Meskipun demikian Yesus tidak meninggalkannya tanpa terang selanjutnya. Meskipun Ia tidak menjawab pertanyaan Pilatus secara langsung, Ia menyatakan tugas-Nya sendiri dengan jelas. Ia memberikan pengertian kepada Pilatus bahwa Ia bukannya mencari takhta duniawi. DA 727.1
“Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jikalau kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi: tetapi kerajaan-Ku bukan dari sini. Lalu kata Pilatus kepada-Nya, Jadi Engkau seorang Raja? Jawab Yesus: “Engkau mengatakan bahwa Aku adalah Raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku.” DA 727.2
Kristus menegaskan bahwa perkataan-Nya itu sendiri adalah sebuah kunci yang akan membukakan rahasia kepada mereka yang bersedia menerimanya. Perkataan itu sendiri mempunyai kuasa, dan inilah rahasia meluasnya kerajaan kebenaran-Nya. Ia ingin memberikan pengertian kepada Pilatus bahwa hanya oleh menerima dan memiliki kebenaran dapatlah sifatnya yang sudah rusak dibangun kembali. DA 727.3
Pilatus mempunyai suatu kerinduan untuk mengetahui kebenaran. Pikirannya bingung. Dengan penuh kerinduan dipahaminya perkataan Juruselamat, dan hatinya tergerak dengan keinginan besar untuk mengetahui apakah sebenarnya hal itu, dan bagaimana Ia dapat memperolehnya. “Apakah Kebenaran itu?” tanyanya. Tetapi ia tidak menunggu jawabnya. Huru-hara di luar memperingatkan kepadanya tentang perhatian pada saat itu, karena imam-imam berteriak-teriak menuntut keputusan yang cepat. Setelah keluar kepada orang Yahudi, ia menyatakan dengan tegas, “Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya.” DA 727.4
“Ketika kebenaran diterima di dalam hati, kebenaran memulai pekerjaan pemurnian dan pengudusan bagi penerimanya. Orang yang menghargai kebenaran, tidak akan merasa bahwa ia tidak lagi membutuhkan pencerahan, tetapi akan menyadari ketika ia melakukan kebenaran dalam kehidupan praktisnya, bahwa ia membutuhkan terang yang terus-menerus agar ia dapat bertambah dalam pengetahuan. Sewaktu ia membawa kebenaran ke dalam hidupnya, ia akan merasakan ketidaktahuannya yang sebenarnya, dan menyadari perlunya memiliki pendidikan yang lebih menyeluruh, sehingga ia dapat mengerti bagaimana menggunakan kemampuannya dengan sebaik-baiknya.” CE 137.2
Bacalah Yohanes 18:38-19:5. Bagaimana Pilatus berusaha membujuk orang banyak untuk meminta pembebasan Yesus?
Setelah keluar kepada orang Yahudi, ia menyatakan dengan tegas, “Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya.” DA 727.4
Perkataan ini dari hakim kafir merupakan suatu tempelakan yang tajam terhadap kelicikan dan kepalsuan penghulu-penghulu Israel yang sedang menuduh Juruselamat. Ketika imam-imam dan tua-tua mendengar hal ini dari Pilatus, kekecewaan dan kemarahan mereka tidak mengenal batas. Mereka telah lama merencanakan dan menunggu kesempatan ini. Ketika mereka melihat prospek pembebasan Yesus, mereka tampak siap untuk mencabik-cabik-Nya. Dengan nyaring mereka menuduh Pilatus, dan mengancam dia dengan celaan dari pemerintahan Roma. Mereka menuduh dia enggan mempersalahkan Yesus yang, menurut penegasan mereka telah menempatkan diri-Nya dalam kekuasaan hendak melawan Kaisar. DA 727.5
Suara amarah kini kedengaran, menyatakan bahwa pengaruh Yesus yang menghasut sudah diketahui di seluruh negeri itu. Imam-imam berkata, “Ia menghasut kaum itu sambil mengajar orang di seluruh tanah Yudea dari Galilea sampai ke tempat ini.” DA 728.1
Pada saat ini Pilatus tidak memikirkan hendak menyatakan Yesus bersalah. Ia mengetahui bahwa orang Yahudi telah menuduh Dia karena kebencian dan prasangka. Ia mengetahui apa kewajibannya. Keadilan menuntut bahwa Kristus harus dilepaskan dengan segera. Tetapi Pilatus takut akan dendam di pihak orang banyak. Seandainya ia menolak menyerahkan Yesus ke tangan mereka, suatu huru-hara akan timbul, dan ia khawatir menghadapi hal ini. Ketika didengarnya bahwa Kristus berasal dari Galilea, ia mengambil keputusan untuk mengirim-Nya kepada Herodes, pemerintah di provinsi itu, yang pada saat itu berada di Yerusalem. Dengan cara ini, Pilatus berpikir untuk memindahkan tanggung jawab pengadilan itu dari dirinya sendiri kepada Herodes. Ia juga berpikir bahwa hal ini merupakan suatu kesempatan yang baik untuk mengobati pertengkaran yang lama antara dia dengan Herodes. Dan terbukti demikian. Kedua hakim itu bersahabat atas pengadilan Juruselamat. DA 728.2
Meskipun ia sudah mengeraskan hatinya, Herodes tidak berani mengesahkan hukuman bagi Kristus. Ia ingin melepaskan diri dari tanggung jawab yang mengerikan dan dikirimnya Yesus kembali ke ruang pengadilan Roma. DA 731.4
Pilatus kecewa dan sangat tidak senang hatinya. Ketika orang Yahudi kembali dengan orang tahanan mereka, dengan tidak sabar lagi ia menanyakan apa yang mereka kehendaki ia lakukan. Ia mengingatkan kepada mereka bahwa ia telah memeriksa Yesus, dan tidak mendapati kesalahan pada-Nya; ia mengatakan kepada mereka bahwa mereka telah menuduh Dia, tetapi mereka tidak sanggup membuktikan biar pun hanya satu tuduhan. Ia telah mengirim Yesus kepada Herodes, pemerintah di daerah Galilea, dan seorang yang dari bangsa mereka sendiri, tetapi ia juga tidak mendapat sesuatu pada-Nya yang patut mendapat ganjaran hukuman mati. ‘jadi aku akan menghajar Dia,” kata Pilatus, “lalu melepaskan-Nya.” DA 731.5
Di sini Pilatus menunjukkan kelemahannya. Ia telah menyatakan bahwa Yesus tidak bersalah, meskipun demikian ia rela membiarkan Ia didera untuk menenangkan para penuduh-Nya. Ia mau mengorbankan keadilan dan prinsip agar berkompromi dengan orang banyak. Hal ini menempatkan dia dalam keadaan yang tidak menguntungkan dia. Orang banyak mengambil kesempatan dari keragu-raguannya, dan berteriak lebih nyaring meminta nyawa orang tahanan itu. Jika pada mulanya Pilatus telah berdiri teguh, enggan mempersalahkan seorang yang didapatinya tidak bersalah, ia akan dapat memutuskan rantai celaka yang akan mengikat dia dalam penyesalan dan kesalahan seumur hidupnya. Sekiranya ia telah melaksanakan keyakinannya akan kebenaran, maka orang Yahudi tidak akan berani memerintahkan dia. Kristus akan dibunuh, tetapi kesalahan itu tidak akan ditimpakan ke atas Pilatus. Tetapi Pilatus telah mengambil langkah demi langkah dalam pelanggaran akan angan-angan hatinya. Ia memaafkan dirinya sendiri karena tidak memeriksa dengan adil dan jujur, dan sekarang ia mendapati dirinya dalam keadaan hampir tidak berdaya dalam tangan imam-imam dan penghulu-penghulu. Keragu-raguan dan kebimbangannya terbukti mengakibatkan kebinasaannya. DA 731.6
“Segera setelah Yesus dipakukan di salib, orang-orang kuat mengangkat salib itu, dan dengan kerasnya menancapkannya ke tempat yang sudah disediakan untuk maksud itu. Hal ini menyebabkan kesengsaraan yang paling hebat bagi Anak Allah. Kemudian Pilatus menulis suatu tulisan dalam bahasa Ibrani, Yunani dan Latin, dan menaruhnya di salib, di atas kepala Yesus. Bunyinya, “Yesus orang Nazaret, Raja orang Yahudi.” Tulisan ini menimbulkan amarah orang Yahudi. Di pengadilan Pilatus mereka berseru, “Salibkanlah Dia.” “Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!” Yoh. 19:15. Mereka telah menyatakan bahwa barangsiapa mengakui raja lain ialah seorang pengkhianat. Pilatus menuliskan perasaan yang telah mereka ungkapkan. Tidak ada pelanggaran diucapkan, kecuali bahwa Yesus adalah Raja orang Yahudi. Tulisan itu merupakan pengakuan yang sesungguhnya tentang kesetiaan orang Yahudi atas kekuasaan Roma. Hal itu menyatakan bahwa barangsiapa mengaku Raja Israel akan dihakimi oleh mereka dengan hukuman mati. Imam-imam gagal karena berbuat terlalu banyak. Ketika mereka merencanakan kematian Kristus, Kayafas menyatakannya bahwa perlu seorang mati untuk menyelamatkan bangsa itu. Sekarang kepura-puraan mereka dinyatakan. Untuk membinasakan Kristus, mereka bersedia mengorbankan bangsa mereka sekalipun. DA 745.2 (KSZ2 396.2)
“Imam-imam melihat apa yang telah mereka lakukan, dan menanyakan kepada Pilatus untuk mengubahkan tulisan itu. Mereka berkata, “Jangan engkau menulis, Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Ia mengatakan, Akulah Raja orang Yahudi.” Tetapi Pilatus marah kepada dirinya sendiri karena kelemahannya yang terdahulu, dan dengan sesungguhnya dihinakannya para imam dan penghulu yang dengki dan licik itu. Ia menjawab dengan sikap dingin, “Apa yang kutulis, tetap tertulis.”” DA 745.3 (KSZ2 396.3)
Suatu kuasa yang lebih tinggi daripada Pilatus atau orang Yahudi telah memberi petunjuk tentang penempatan tulisan itu di atas kepala Yesus. Dalam kebijaksanaan Allah hal itu akan menggugah pikiran, serta penyelidikan akan Kitab Suci. Tempat Kristus disalibkan terdapat di dekat kota. Beribu-ribu orang dari segala negeri berada di Yerusalem pada waktu itu, dan tulisan itu yang menyatakan Yesus orang Nazaret sebagai Mesias mendapat perhatian mereka. Itulah suatu kebenaran yang hidup, ditulis oleh tangan yang dipimpin Allah. DA 745.4 (KSZ2 397.1)
Bacalah Yohanes 19:25-27. Adegan menyentuh apa yang terjadi di kayu salib mengenai ibu Yesus?
“Sementara mata Yesus mengamat-amati orang banyak di sekelilingNya, sosok tubuh seorang menarik perhatian-Nya. Di kaki salib itu berdirilah ibu-Nya, ditopang oleh Yohanes, murid-Nya. Ia tidak tahan tinggal jauh-jauh dari Anaknya: dan Yohanes, karena mengetahui bahwa kesudahannya sudah hampir, telah membawanya lagi ke salib. Pada saat Ia hampir mati, teringatlah Kristus akan ibu-Nya. Sambil memandang kepada mukanya yang dipenuhi kesedihan dan kemudian kepada Yohanes berkatalah Ia kepadanya, “Hai perempuan, lihatlah Anakmu!” kemudian kepada Yohanes, “Lihatlah ibumu!” Yohanes mengerti perkataan Kristus, dan menerima tanggung jawab itu. Dengan segera Ia membawa Maria ke rumahnya, dan sejak saat itu menjaga dia dengan lemah lembut. Oh, Juruselamat yang menaruh belas kasihan dan kasih sayang; di tengah segala penderitaan jasmaniah-Nya dan kepedihan mental, Ia pun menaruh perhatian terhadap ibu-Nya! Ia tidak mempunyai uang untuk menyediakan kesenangan baginya; tetapi Ia tersimpan dalam hati Yohanes, dan Ia memberikan ibu-Nya kepadanya sebagai warisan yang berharga. Dengan demikian Ia menyediakan baginya sesuatu yang paling diperlukannya, simpati yang lemah lembut dari seorang yang mengasihinya sebab ia mengasihi Yesus. Dan dalam menerimanya sebagai suatu tanggung jawab yang suci, Yohanes sedang menerima suatu berkat yang besar. Ibu itu senantiasa merupakan pengingat tentang Gurunya yang kekasih. DA 752.2 (KSZ2 403.1)
Bacalah Yohanes 19:28-30. Apa arti penting dari kata-kata Yesus yang sedang dalam keadaan sekarat, “Sudah selesai”?
“Ketika seruan yang nyaring, “Sudah selesai,” keluar dari bibir Kristus, imam-imam sedang mengadakan upacara dalam bait suci. Itulah saatnya korban petang. Anak domba yang melambangkan Kristus telah dibawa untuk disembelih. Imam yang berpakaikan jubahnya yang bermakna dan indah itu, berdiri dengan pisau terangkat, sebagaimana halnya dengan Abraham ketika ia hampir akan menyembelih anaknya. Dengan perhatian besar orang banyak melihatnya. Tetapi bumi bergetar dan bergema, karena Tuhan sendiri datang dekat. Dengan bunyi koyak tirai di dalam bait suci tercarik dari atas ke bawah oleh tangan yang tidak kelihatan, membukakan pada pemandangan orang banyak tempat yang biasanya dipenuhi dengan hadirat Allah. Di sinilah Allah telah menunjukkan kemuliaan-Nya di atas tutupan grafirat. Tidak seorang pun kecuali imam besar pernah mengangkat tirai yang memisahkan ruangan ini dari ruangan bait suci lainnya. Ia memasukinya sekali setahun untuk mengadakan grafirat bagi dosa orang banyak. Tetapi lihatlah, tirai itu sudah terkoyak menjadi dua. Tempat yang maha suci dalam bait suci duniawi tidak lagi suci. DA 756.5 (KSZ2 408.3)
“Semuanya adalah ketakutan dan kekacauan. Imam hampir akan menyembelih korban, tetapi pisau jatuh dari tangannya yang lemah, dan anak dombapun terlepaslah. Upacara bayangan telah bertemu dengan yang dibayangkannya dalam kematian Anak Allah. Korban yang besar telah diadakan. Jalan menuju tempat yang maha suci sudah terbuka lebar. Suatu jalan baru dan hidup tersedia bagi semuanya. Tidak perlu lagi manusia berdosa yang bersusah itu menantikan kedatangan imam besar. Sejak saat itu Juruselamat harus mengadakan tugas sebagai imam dan pembela di surga. Hal itu seolah-olah suara yang hidup yang telah berbicara kepada orang-orang yang berbakti. Sekarang segala korban dan persembahan karena dosa sudah berakhir. Anak Allah sudah datang sesuai dengan sabda-Nya, “Sungguh. Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku.” Dengan “membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal.” Ibr. 10:7; 9:12. DA 757.1 (KSZ2 409.1)
Bacalah Yohanes 20:1-7. Apa pentingnya bagi kita tentang apa yang digambarkan dalam ayat-ayat ini?
Wanita-wanita itu datang ke kubur itu bukan semuanya dari jurusan yang sama. Maria Magdalena mula-mula sekali tiba di tempat itu, dan setelah melihat bahwa batu sudah digulingkan, ia cepat-cepat pergi untuk menceritakannya kepada murid-murid. Pada saat itu wanita-wanita lain pun datanglah. Suatu terang sedang bercahaya di sekeliling kubur, tetapi tubuh Yesus tidak ada di situ. Sementara mereka berlambat-lambat di sekitar tempat itu, tiba-tiba mereka melihat bahwa bukan mereka saja ada di tempat itu. Seorang muda yang berpakaikan jubah yang bercahaya-cahaya sedang duduk di sisi kubur itu. Ialah malaikat yang telah menggulingkan batu itu. Ia telah menyamar sebagai manusia supaya ia tidak menakutkan sahabat-sahabat Yesus. Tetapi di sekelilingnya terang kemuliaan surga masih bercahaya, dan wanita-wanita itu ketakutan. Mereka berbalik hendak melarikan diri, tetapi perkataan malaikat itu menahan langkah mereka. “Jangan takut,” katanya, “karena aku mengetahui bahwa kamu mencari Yesus yang disalibkan itu; Ia tidak ada di sini, Ia sudah bangkit sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring. Dan segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati.” Sekali lagi mereka melihat ke dalam kubur itu, dan sekali lagi mereka mendengar kabar yang ajaib itu. Malaikat lain dalam rupa manusia ada di situ, dan ia berkata, “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga.” DA 788.3
Ia sudah bangkit. Ia sudah bangkit! Wanita-wanita itu mengulangi perkataan itu berkali-kali. Sekarang tidak perlu lagi membawa rempah-rempah bagi-Nya. Juruselamat hidup, dan tidak mati. Mereka teringat sekarang bahwa ketika berbicara tentang kematian-Nya Ia mengatakan bahwa Ia akan bangkit lagi. Alangkah mulianya hari ini bagi dunia! Dengan cepat wanita-wanita itu meninggalkan kubur itu “dengan ketakutan dan sangat kesukaan, sambil berlari hendak memberitahukan hal itu kepada murid-murid Yesus.” DA 789.1
Bacalah Yohanes 20:8-10. Apakah makna dari kain yang dilipat itu?
Maria tidak mendengar kabar baik itu. Ia pergi kepada Petrus dan Yohanes dengan kabar yang menyedihkan, “Tuhan telah diambil dari kubur-Nya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan.” Murid-murid pergi tergesa-gesa ke kubur, dan mendapatinya sebagaimana yang telah dikatakan oleh Maria. Mereka melihat kain kafan dan sapu tangan, tetapi mereka tidak menemukan Tuhan mereka. Meskipun demikian di sini pun terdapat kesaksian bahwa Ia sudah bangkit. Baju kubur itu bukannya dilemparkan ke sisi dengan sembrono saja, melainkan dilipat baik-baik, masing-masing di tempatnya sendiri. Yohanes “melihatnya dan percaya.” Sampai saat itu ia belum mengerti perkataan Kitab Suci bahwa Kristus harus bangkit dari antara orang mati, tetapi sekarang ia teringat akan perkataan Juruselamat yang meramalkan kebangkitan-Nya. DA 789.2
Kristus sendirilah yang telah menaruh baju kubur itu seteliti itu. Ketika malaikat yang berkuasa itu turun ke kubur itu, malaikat-malaikat lain yang dengan rombongannya telah mengawal tubuh Tuhan, menggabungkan diri dengan dia. Ketika malaikat dari surga itu menggulingkan batu, yang lain memasuki kubur, dan menguraikan pembungkus dari tubuh Yesus. Tetapi tangan Juruselamatlah yang melipat setiap kain itu, dan meletakkannya di tempatnya. Pada pemandangan-Nya yang menuntun baik bintang maupun atom, tidak ada sesuatu yang tidak penting. Peraturan dan kesempurnaan kelihatan dalam segala pekerjaan-Nya. DA 789.3
Baca Yohanes 20:11-13. Apa yang terjadi di sini yang menunjukkan mengapa Maria Magdalena masih belum mengerti arti dari kubur yang kosong itu?
“Maria telah mengikuti Yohanes dan Petrus ke kubur. Ketika mereka kembali ke Yerusalem, ia tinggal. Ketika ia memandang ke dalam kubur yang kosong, kesedihan memenuhi hatinya. Pada waktu ia memandang ke dalam, ia melihat dua malaikat, satu di kepala dan yang satu lagi di kaki tempat Yesus dibaringkan. “Ibu, mengapa engkau menangis? Mereka bertanya kepadanya. “Tuhanku telah diambil orang, dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan,” jawabnya. DA 789.4
“Kemudian ia berbalik, dari malaikat-malaikat, dengan memikirkan bahwa ia harus mencari seorang yang dapat menceritakan kepadanya apa yang telah dilakukan dengan tubuh Yesus. Suara lain menyapa dia, “Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?” Melalui matanya yang penuh air mata, Maria melihat rupa seorang, dan karena pada sangkanya orang itu seorang penunggu taman, berkatalah ia, “Tuan, kalau tuan membawa Dia dari sini, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.” Kalau kubur orang . kaya ini dianggap terlalu terhormat untuk tempat penguburan Yesus, ia sendiri mau menyediakan suatu tempat bagi-Nya. Ada suatu kubur yang telah dikosongkan dengan suara Kristus sendiri, kubur tempat Lazarus terbaring. Bukankah ia dapat memperoleh suatu tempat penguburan bagi Tuhannya di tempat itu? Ia merasa bahwa mengurus tubuh-Nya Yang mulia yang telah disalibkan itu akan menjadi suatu penghiburan besar baginya dalam kesedihannya.” DA 790.1
Baca Yohanes 20:14-18. Apa yang mengubah segalanya bagi Mary?
Tetapi sekarang dalam suara-Nya sendiri yang dikenal itu Yesus berkata kepadanya, “Maria”. Sekarang ia mengetahui bahwa bukannya seorang asing yang sedang menyapa dia. dan setelah berbalik ia melihat di hadapannya Kristus yang hidup. Dalam kegirangannya ia lupa bahwa Ia telah disalibkan. Sambil melompat menuju kepada-Nya seakan-akan hendak merangkul kaki-Nya berkatalah ia, “Rabuni.” Tetapi Kristus mengangkat tangan-Nya, seraya mengatakan, Jangan engkau memegang Aku, “sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Aliahmu,” Dan Maria menuju kepada murid-murid dengan kabar yang menggembirakan. DA 790.2
Sementara Juruselamat berada di hadirat Allah, menerima pemberian bagi jemaat-Nya, murid-murid memikirkan tentang kubur-Nya yang kosong, dan meratap serta menangis. Hari yang menjadi suatu hari kesukaan bagi segenap surga merupakan suatu hari ketidaktentuan, kekacauan, dan kebingungan bagi murid-murid. Kurang percaya mereka terhadap kesaksian wanita-wanita itu membuktikan alangkah dalamnya iman mereka tenggelam. Kabar tentang kebangkitan Kristus sangat berbeda dengan apa yang telah mereka harap-harapkan sehingga mereka tidak dapat mempercayainya. Pada hemat mereka, kebenaran hal itu terlalu sukar diterima begitu saja. Mereka telah mendengar banyak tentang ajaran dan apa yang dinamakan teori ilmiah dari orang Saduki sehingga kesan yang diberikan pada pikiran mereka tentang kebangkitan sangatlah samar-samar. Mereka hampir tidak mengetahui apa makna kebangkitan dari antara orang mati. Mereka tidak sanggup menerima hal yang besar itu. DA 790.4
“Pergilah kamu,” malaikat-malaikat mengatakan kepada wanita-wanita itu, “katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus, bahwa Ia mendahului kamu ke Galilea, di sana kamu akan melihat Dia seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu.” Malaikat-malaikat ini telah beserta dengan Kristus sebagai malaikat pengawal sepanjang hidup-Nya di dunia. Mereka telah menyaksikan perihal Ia diadili dan disalibkan. Mereka telah mendengar perkataan-Nya kepada murid-murid-Nya. Hal ini ditunjukkan oleh pesan mereka kepada murid-murid, dan seharusnya telah meyakinkan mereka tentang kebenarannya. Perkataan seperti itu dapat diucapkan hanya oleh pesuruh-pesuruh dari Tuhan mereka yang telah bangkit. DA 793.1
“Katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus,” kata malaikat-malaikat itu. Sejak kematian Kristus, Petrus senantiasa merasa sedih karena penyesalan. Penyangkalannya akan Tuhannya yang memalukan itu, serta pandangan kasih dan derita Juruselamat, senantiasa diingatnya. Dari semua murid, dialah yang telah menderita paling pahit. Baginya jaminan diberikan bahwa pertobatannya diterima dan dosanya diampuni. Namanya disebutkan. DA 793.2
“Katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus, bahwa Ia mendahului kamu ke Galilea, di sana kamu akan melihat Dia.” Semua murid telah meninggalkan Yesus, dan panggilan untuk berjumpa dengan Dia sekali lagi meliputi mereka semuanya. Ia tidak membuangkan mereka. Ketika Maria Magdalena mengatakan kepada mereka bahwa ia telah melihat Tuhan, ia mengulangi panggilan untuk menghadiri pertemuan di Galilea. Dan ketiga kalinya pesan itu dikirim kepada mereka. Sesudah Ia naik kepada Bapa, Yesus menunjukkan diri kepada wanita-wanita lain, seraya berkata, “Damai sejahtera bagi kamu!” Maka datanglah perempuan itu memeluk kaki-Nya, serta menyembah Dia. Lalu sabda Yesus kepadanya: Janganlah kamu takut! Pergilah kamu memberitahukan kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, di sanalah mereka melihat Aku.” DA 793.3
Pekerjaan Kristus yang mula-mula di bumi ini sesudah kebangkitan-Nya ialah meyakinkan murid-murid-Nya tentang kasih-Nya yang tidak berkurang serta perhatian-Nya yang lemah lembut bagi mereka. Untuk memberi mereka bukti bahwa Ialah Juruselamat mereka yang hidup, bahwa Ia telah memutuskan belenggu kubur, dan tidak dapat lagi ditahan oleh musuh dalam kematian; untuk menyatakan bahwa Ia mempunyai hati kasih yang sama sebagaimana ketika Ia bersama-sama dengan mereka sebagai Guru mereka yang kekasih, Ia menunjukkan diri kepada mereka berkali-kali. Ia hendak lebih mempererat ikatan kasih di antara mereka. Pergilah dan katakanlah kepada murid-murid-Ku, kata-Nya, agar mereka bertemu dengan Aku di Galilea. DA 793.4
Ketika mereka mendengar petunjuk itu, yang diberikan dengan pasti, murid-murid mulai memikirkan perkataan Kristus kepada mereka yang meramalkan kebangkitan-Nya. Tetapi sekarang pun mereka tidak bergembira. Mereka tidak dapat membuangkan keragu-raguan dan kebingungan mereka. Meski pun ketika wanita-wanita itu menyatakan bahwa mereka telah melihat Tuhan, namun murid-murid tidak mau percaya. Mereka beranggapan bahwa wanita-wanita itu sedang berangan-angan. DA 794.1