“Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu: "Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya. TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja." KJV - Keluaran 14: 13,14
Dan Tuhan berfirman pada Musa, "Mengapakah engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat. Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tangajimu ke atas laut dan belahlah aimya, sehingga orang Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering " PP 287.1
“Pemazmur dalam menggambarkan perjalanan Israel melalui laut itu, menyanyikan, "Melalui laut jalan-Mu dan lorong-Mu melalui muka air yang luas, tetapi jejakMu tidak kelihatan. Engkau telah menuntun umatMu seperti kawanan domba dengan perantaraan Musa dan Harun." Mazmur 77:20, 21. Apabila Musa mengangkat tongkatnya, air laut itu terbelah dan Israel berjalan di tengah-tengahnya, di atas tanah yang kering, sementara air laut tegak di samping mereka seperti satu dinding. Terang dari tiang api Allah itu bersinar-sinar ke atas ombak yang berbuih buih serta menerangi jalan yang membujur seperti satu garis besar menembusi air laut, yang kemudian hilang dalam kesamaran di pantai seberang.” PP 287.2
Terjagalah, terjagalah! Kenakanlah kekuatan, hai tangan TUHAN! Terjagalah seperti pada zaman purbakala, pada zaman keturunan yang dahulu kala! Bukankah Engkau yang meremukkan Rahab, yang menikam naga sampai mati?
Bukankah Engkau yang mengeringkan laut, air samudera raya yang hebat? yang membuat laut yang dalam menjadi jalan, supaya orang-orang yang diselamatkan dapat menyeberang? KJV - Yesaya 51:9,10
Alangkah janggalnya hal itu bagi Allah untuk berusaha menjagakan diri-Nya sendiri, seolah-olah Ia ataupun tangan-Nya sendiri itu sedang tidur, bukan? Ayat ini menunjukkan, bahwa Ia menyebutkan Pergerakan Exodus itu sebagai lengan-Nya. Dan memang begitu, sebab Allah melaksanakan pekerjaan-Nya bersama-sama dengan hamba-hamba-Nya. Oleh sebab itu hamba-hamba-Nya itu adalah lengan-Nya, dan mereka akan memutuskan (memerintah) atas orang banyak itu, dan orang banyak itu akan menaruh harap pada mereka.
Bacalah Keluaran 12:31-36. Permintaan aneh apa yang diajukan Firaun dan mengapa, meskipun ia memberikan izin bagi mereka semua untuk pergi?
Sekarang kecongkakannya yang dengan beraninya menentang surga itu telah dicampakkan ke bumi, "lalu pada malam itu dipanggilnya lah Musa dan Harun, katanya: ' Bangunlah, keluarlah dari tengah-tengah bangsaku, baik kamu maupun orang Israel; pergilah, beribadahlah kepada Tuhan, seperti katamu itu. Bawalah juga kambing dombamu dan lembu sapimu, seperti katamu itu, tetapi pergilah! Dan mohonkanlah juga berkat bagiku." Penasihat-penasihat istana juga dan orang banyak rneminta agar orang Israel pergi "dengan segera dari negeri itu, sebab kata mereka. Nanti kami mati semuanya." PP 279.4
Jaminan-jaminan ajaib sehubungan dengan kelepasan Israel dari perhambaan Mesir dan dengan pemukiman mereka di tanah perjanjian, membawa banyak orang kafir mengenal Allah Israel sebagai Raja yang Agung. "Dan orang Mesir itu akan mengetahui," adalah merupakan perjanjian, "bahwa Akulah Tuhan, apabila aku mengacungkan tangan-Ku terhadap Mesir dan membawa orang Israel keluar dari tengah-tengah mereka." (Kel 7:5). Bahkan Firaun yang sombong itu pun telah dipaksa untuk mengenal kuasa Yehova. "Pergilah, beribadahlah kepada Tuhan," katanya mendesak Musa dan Harun, "dan mohonkanlah juga berkat bagiku." (Keluaran 12:31, 32). PK 369.1
Orang-orang Israel yang sedang dalam perjalanan itu mendapati bahwa perbuatan-perbuatan Allah orang Ibrani yang hebat telah mendahului mereka, sehingga beberapa bangsa di antara orang-orang kafir sudah mempelajari bahwa Ia sendiri saja Allah yang benar itu. Di kota Yerikho yang jahat kesaksian seorang perempuan kafir ialah, "Tuhan, Allahmu, ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah" (Yosua 2:11). Pengetahuan akan Yehova yang telah datang kepadanya tersebut, membuktikan keselamatannya. Karena iman maka "Rahab, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka" (Ibrani 11:31). Pertobatannya bukanlah suatu masalah tersendiri tentang kemurahan Allah terhadap para penyembah berhala yang mengetahui kuasa Ilahi-Nya. Di tengah-tengah negeri itu, sejumlah besar orang-orang – yaitu orang-orang Gibeon – meninggalkan kekafiran mereka, lalu bersatu dengan orang Israel, bersama-sama menikmati berkat-berkat perjanjian itu. PK 369.2
Bacalah Keluaran 13:1–16. Anak sulung orang Israel diselamatkan oleh kasih karunia Allah selama tulah terakhir. Mengapa perintah ini terus berlaku, dan apa artinya bagi kita hari ini?
Lebih jauh lagi, anak sulung manusia dan juga binatang harus menjadi milik Tuhan, dan dapat diambil kembali hanya dengan satu tebusan, sebagai satu pengakuan bahwa pada waktu anak-anak sulung orang Mesir dibinasakan, maka anak-anak sulung Israel, sekalipun oleh kemurahan Tuhan telah dipeliharakan, juga terbuka kepada kutuk yang sama itu kalau bukan karena korban penebusan. Tuhan mengumumkan, “Sebab Akulah yang punya semua anak sulung. Pada waktu Aku membunuh semua anak sulung di tanah Mesir, maka Aku menguduskan bagi-Ku semua anak sulung yang ada pada orang Israel, baik dari manusia maupun dari hewan; semuanya itu kepunyaan-Ku; Akulah Tuhan.” Bilangan 3:13. Setelah ditetapkannya upacara Bait Suci, Tuhan memilih bagi diri-Nya suku Lewi untuk melaksanakan pekerjaan Bait Suci, gantinya anak-anak sulung bangsa itu. Ia berkata, “mereka harus diserahkan dengan sepenuhnya kepada-Ku dari tengah-tengah orang Israel; ganti semua yang terdahulu lahir dari kandungan, yakni semua anak sulung yang ada pada orang Israel, telah Kuambil mereka bagi-Ku.” Namun demikian semua orang masih diharuskan untuk membayar harga tebusan bagi anak sulung sebagai pengakuan terhadap rahmat Allah. Bilangan 18:15, 16. PP 274.4
Musa telah mengumumkan ke seluruh negeri bahwa di setiap rumah di mana tidak ditemukan darah di ambang pintu, pada malam itu juga anak sulung di setiap rumah tersebut akan mati.
Mereka yang melanggar perintah Ilahi, pada hari berikutnya sibuk meratapi dan menguburkan orang-orang mati mereka, sementara mereka yang menaati perintah itu dengan gembira dan tertib keluar dari kota-kota. Ya, hanya mereka yang mampu menaati perintahlah yang dibebaskan dari perbudakan. Oleh karena itu, syarat mutlak bagi kita untuk belajar menaati perintah jika kita ingin menerima meterai Allah di dahi kita.
Ketika Allah hendak menghukum anak sulung Mesir, Ia memerintahkan bangsa Israel untuk mengumpulkan anak-anak mereka dari antara orang Mesir ke dalam rumah mereka sendiri dan menandai tiang pintu dengan darah, agar malaikat pembunuh melihatnya dan melewati rumah-rumah mereka. Adalah tugas orang tua untuk mengumpulkan anak-anak mereka. Ini adalah tugasmu, ini adalah tugasku, dan tugas setiap ibu yang percaya pada kebenaran. Malaikat akan menempatkan tanda di dahi semua yang terpisah dari dosa dan orang berdosa, dan malaikat pembunuh akan mengikuti, untuk membunuh habis, baik tua maupun muda. 5T 505.2
Bacalah Keluaran 13:17–14:12. Bagaimana Allah memimpin bangsa Israel ketika mereka meninggalkan Mesir, dan apa yang terjadi selanjutnya?
Dengan pinggang yang berikat, kaki bersepatu dan tongkat di tangan, bani Israel telah bersiap-siap, dalam suasana hening dan dipenuhi rasa takut tetapi disertai pengharapan, untuk menunggu perintah ilahi yang akan menyuruh mereka berangkat. Sebelum fajar merekah, mereka sudah berada dalam perjalanan mereka. Selama kutuk itu berlangsung, apabila penyataan kuasa Allah telah menyalakan iman di dalam hati budak-budak itu, dan telah menggentarkan penjajah-penjajah mereka, bani Israel secara berangsur-angsur telah berhimpun di tanah Gosyen; dan sekalipun keberangkatan mereka itu mendadak tetapi persiapan-persiapan telah diadakan untuk mengorganisir serta mengawasi seperlunya akan orang banyak yang sedang bergerak maju itu, dengan membagi-bagi mereka itu menjadi kelompok-kelompok dengan pemimpinnya masing-masing. PP 281.1 (PB1 292.1)
Orang banyak itu juga membawa “kambing dan domba dan lembu dengan jumlah yang besar.” Semuanya ini adalah milik bani Israel yang tidak pernah menjual harta mereka kepada raja sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang Mesir. Yakub dan anak-anaknya telah membawa kawanan kambing-domba mereka ke Mesir, dan mereka telah bertambah tambah. Sebelum meninggalkan Mesir, orang banyak itu, atas petunjuk Musa, telah menuntut satu ganti rugi akan kerja mereka yang tidak pernah dibayar; dan orang Mesir karena ingin sekali bebas dari kehadiran orang Israel ini, mereka tidak menolak tuntutan tersebut. Budak-budak itu berangkat dengan membawa harta yang banyak dari penjajah mereka. PP 281.3 (PB1 292.3)
Mereka berjalan menyeberangi padang belantara yang luas dan memenatkan. Mereka mulai bertanya-tanya arah mana jalan yang sedang mereka tempuh itu; mereka mulai merasa letih dengan perjalanan yang sukar sulit itu, dan beberapa dari antara mereka dipenuhi oleh rasa takut dikejar oleh orang Mesir. Tetapi awan itu berjalan terus dan mereka mengikutinya. Dan sekarang Tuhan memerintahkan Musa untuk berbelok ke satu daerah yang diapit oleh gunung-gunung batu, dan mendirikan kemah mereka di tepi laut. Telah dinyatakan kepadanya bahwa Firaun akan mengejar mereka tetapi Allah akan ditinggikan di dalam hal kelepasan mereka. PP 283.2 (PB1 294.2)
Orang Ibrani mendirikan tendanya di tepi laut, yang airnya merupakan seolah-olah satu penghalang yang tidak mungkin untuk dilalui, sementara di sebelah selatan satu deretan gunung-gunung yang curam menghalangi perjalanan mereka. Tiba-tiba di kejauhan mereka melihat senjata serta rata yang berkilau-kilauan sebagai tanda datangnya satu bala tentara yang besar. Apabila rombongan itu datang lebih dekat lagi, mereka dapat melihat dengan jelas bahwa bala tentara Mesir dengan segenap kekuatannya sedang mengejar mereka. Kegentaran memenuhi hati orang Israel. Beberapa berseru kepada Tuhan, tetapi sebagian besar dari antara mereka dengan cepat mendatangi Musa dengan persungutan mereka, “Adakah sebab kurang kubur di Mesir, maka engkau membawa akan kami sertamu, supaya kami mati dalam padang belantara ini? Apakah macam perbuatanmu ini, yaitu engkau membawa akan kami keluar dari Mesir? Bolakkah kata kami kepadamu di Mesir: Lalulah engkau daripada kami dan biarkanlah kami diperhamba oleh orang Mesir? Karena daripada mati di padang belantara remaklah kami diperhamba oleh orang Mesir.” PP 283.5 (PB1 295.2)
Bacalah Keluaran 14:13–31. Meskipun mereka kurang iman, apa yang dilakukan Allah bagi bangsa Israel?
Musa merasa sedih sekali karena bangsa ini harus menyatakan iman yang sekecil itu kepada Allah, sekalipun berulang-ulang mereka telah menyaksikan penyataan-penyataan dari kuasa-Nya demi mereka. Bagaimanakah mereka dapat menuduh dia atas adanya situasi yang penuh dengan bahaya serta kesulitan itu, sedangkan ia sedang mengikuti perintah Allah yang telah dinyatakan? Memang benar, kelepasan mereka tidak mungkin terlaksana kecuali Allah sendiri campur tangan; tetapi karena untuk mentaati petunjuk Ilahi sehingga mereka telah berada dalam situasi ini, Musa tidak merasa takut akan akibat-akibatnya. Jawabnya yang tenang dan penuh kepastian itu adalah, “Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari Tuhan, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya. Tuhan akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.” PP 284.1
Tetapi sekarang, ketika tentara Mesir itu mendekati mereka, dengan pengharapan akan dapat menjadikan mereka itu sebagai mangsa yang empuk, tiang awan itu naik dengan megahnya menjulang ke angkasa dan bergerak melewati orang-orang Israel, kemudian turun di antara mereka dan bala tentara Mesir itu. Satu dinding kegelapan mengantarai orang yang dikejar dengan orang-orang yang mengejarnya. Orang-orang Mesir tidak dapat lagi melihat kemah-kemah orang Ibrani, dan mereka dipaksa berhenti. Tetapi ketika kegelapan malam semakin pekat, dinding awan itu menjadi satu terang yang besar kepada orang Israel, memenuhi seluruh tenda-tenda mereka itu dengan terang seperti siang hari. PP 284.3
Kemudian pengharapan berangsur-angsur menyala kembali di hati orang Israel. Dan Musa berseru kepada Tuhan. Dan Tuhan berfirman pada Musa, “Mengapakah engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat. Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah aimya, sehingga orang Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering ” PP 287.1
“Orang Mesir mengejar dan menyusul mereka – segala kuda Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda – sampai ke tengah-tengah laut. Dan pada waktu jaga pagi, Tuhan yang di dalam tiang api dan awan itu memandang kepada tentara orang Mesir, lalu dikacaukan-Nya tentara orang Mesir itu.” Awan yang misterius itu berubah menjadi satu tiang api di hadapan mata mereka yang keheran-heranan itu. Guntur bergemuruh dan kilat sabung menyabung, “Awan-awan mencurahkan air, awan-gemawan bergemuruh, bahkan anak-anak panah-Mu beterbangan. Deru guntur-Mu menggelinding, kilat-kilat menerangi dunia, bumi gemetar dan bergoncang.” Mazmur 77:18, 19. PP 287.3
Orang-orang Mesir itu ditimpa oleh kebingungan dan kekecewaan. Di tengah-tengah amukan alam itu, di mana mereka mendengar suara dari Allah yang murka, mereka berusaha untuk mundur dan melarikan diri ke tepi pantai yang telah mereka tinggalkan. Tetapi Musa mengangkat tongkatnya dan air laut yang seperti tembok itu, dengan suara yang gemuruh dan bergelora telah melanda dan menelan mangsanya, dan orang-orang Mesir itu dikubur hidup-hidup di dalam laut yang dalam dan pekat itu. PP 287.4
Baca Keluaran 15:1-21. Apa konteks dari lagu Musa ?
“Tuhan melakukan hal yang luar biasa untuk keselamatan umat-Nya. Dia membuat jalan keluar di tengah-tengah Laut Merah. Air laut ditumpuk menjadi tembok yang kokoh, dan jalan kelepasan dibuat bagi umat Israel yang mengikuti kepemimpinan Musa. CTr 106.4
Dalam mengejar Israel, tentara Mesir yang besar itu berusaha menyeberangi laut melalui jalan yang sama. Awan gelap menghadang di depan mereka, namun mereka terus maju. Ketika seluruh tentara - “seluruh kuda Firaun, keretanya, dan pasukan berkudanya” telah berada di dasar laut, TUHAN berfirman kepada Musa, “Ulurkanlah tanganmu ke atas laut.” Orang Israel telah menyeberang di daratan yang kering, tetapi mereka mendengar teriakan tentara yang mengejar. Ketika Musa mengulurkan tongkatnya ke atas laut, air yang telah ditanggul dan menjadi tembok besar itu bergulung-gulung. Dari semua orang Mesir dalam pasukan yang besar itu, tidak ada satu pun yang lolos. Semua binasa dalam tekad mereka untuk memiliki jalan mereka sendiri dan menolak jalan Tuhan. Peristiwa itu adalah akhir dari masa percobaan mereka. CTr 106.5
Keesokan paginya kelihatan kepada bangsa Israel sisa-sisa yang tinggal dari musuh mereka yang hebat itu—mayat-mayat yang terbungkus dalam baju perang bergelimpangan di tepi laut. Dari mara bahaya yang paling mengerikan, dalam waktu satu malam saja telah berubah menjadi satu kelepasan yang sempurna. Orang banyak yang tidak berdaya itu—budakbudak yang tidak biasa berperang, kaum wanita, anak-anak, ternak dengan lautan yang terbentang di hadapan mereka, dan bala tentara Mesir yang hebat mendesak dari belakang—telah melihat jalan mereka terbuka menembusi air laut, dan musuh mereka telah dihancurkan pada saat-saat mereka harap dengan segera akan beroleh kemenangan. Hanya Tuhan saja yang telah memberikan kelepasan kepada mereka, dan kepadaNya hati mereka telah terangkat dengan rasa syukur dan penuh iman. Perasaan mereka itu telah tercetus dalam satu nyanyian puji-pujian. Roh Allah turun ke atas Musa, dan ia telah memimpin orang banyak dalam satu nyanyian terima kasih dalam satu suasana kemenangan, satu nyanyian yang paling tua dan paling mulia yang diketahui oleh manusia. PP 287.5
Seperti suara air yang bergemuruh, nyanyian yang mulia itu terangkat naik dari segenap bangsa Israel yang besar itu. Nyanyian ini dinyanyikan oleh k’aum wanita Israel, dan Miryam, saudara Musa itu, berjalan di depan sementara mereka itu mengiringkan dia sambil menabuh rebana dan menari. Jauh di atas padang pasir dan laut itu menggema lagu yang penuh dengan kegembiraan, dan gunung-gunung memantulkan kata-kata pujian mereka itu: “Pujilah Tuhan karena Ia telah menang dengan sangat gemilang.” PP 288.2
Nyanyian ini dan kelepasan besar yang diperingatinya, telah meninggalkan satu kesan yang tidak pernah akan dapat dihapuskan dari bangsa Ibrani. Dari zaman ke zaman nyanyian itu dilagukan kembali oleh nabi-nabi dan penyanyi-penyanyi Israel, yang menyaksikan bahwa Tuhan adalah kekuatan dan kelepasan mereka yang berharap kepadaNya. Nyanyian itu bukanlah milik orang Yahudi saja. Itu menunjuk ke depan kepada kebinasaan daripada segala musuh kebenaran dan kemenangan terakhir daripada bangsa Israel milik Allah. Nabi yang ada di Pulau Patmos melihat orang banyak yang berjubah putih yang telah “memperoleh kemenangan,” berdiri di tepi laut kaca yang bercampur dengan api,” memegang “kecapi Allah. Dan mereka menyanyikan nyanyian Musa hamba Allah itu dan nyanyian Anak-domba itu.” Wahyu 15:2, 3. PP 289.1
Allah, dalam kebijaksanaan-Nya, telah membawa Israel ke Laut Merah demi kebaikan mereka sendiri. Meskipun mereka tidak dapat melihatnya dengan cara-Nya, namun demi nama-Nya, Ia membelah laut itu, membawa mereka dengan selamat menyeberang, dan pada saat yang sama, dengan mukjizat yang sama, Ia menghancurkan musuh-musuh mereka!
Seandainya Musa meragukan kuasa dan kepemimpinan Allah sama seperti orang-orang yang bersamanya, apa pengaruh yang akan ditimbulkan oleh tongkatnya ketika ia memukul laut dengan tongkat itu? – Sama sekali tidak ada. Jika Penghakiman Yang Maha Kuasa sama dengan penghakiman yang terbatas, maka tentara Firaun akan membunuh atau memperbudak Israel kembali.
Karena itu, pembebasan mereka yang dahsyat hendaknya selamanya meneguhkan keyakinan kita kepada Tuhan, dan hendaknya menjadi peringatan abadi bahwa hikmat manusia adalah kebodohan bagi Tuhan, dan bahwa iman kepada-Nya sungguh-sungguh dapat memindahkan gunung dan lautan juga.
Meskipun demikian, meskipun ada contoh-contoh ini, manusia tetap mengharapkan Tuhan bertindak sesuai dengan penilaian mereka, dan itulah mengapa terkadang Dia menggunakan anak-anak dalam pekerjaan-Nya daripada orang-orang bijak dan berhikmat.
Orang-orang Ibrani itu tahu betul bahwa mereka dituntun ke laut dengan mengikuti awan di siang hari dan tiang api di malam hari. Namun, tidak satupun dari keajaiban-keajaiban itu tampaknya meninggalkan kesan yang abadi bagi mereka. Ada bahaya bahwa kita pun mungkin melupakan cara Tuhan telah memimpin kita.
Hari ini, seperti pada zaman Musa, banyak orang yang meniru dosa-dosa bangsa itu: Ada yang bersemangat membara pada suatu hari, dan dingin seperti es pada hari berikutnya. Ada pula yang memuji Allah dengan suara lantang ketika kapal mereka berlayar dengan lancar, tetapi ketika laut menjadi ganas dan gelombang mulai menghantam mereka, mereka hanya melihat seorang nahkoda di kemudi, dan gantinya mengharapkan Allah menenangkan laut, mereka mulai mencari tempat untuk melompat. Yang lain lagi terus-menerus berusaha mempromosikan diri mereka sendiri dengan terus-menerus mencari-cari kesalahan orang-orang yang menanggung seluruh beban. Jadi, di antara kita hari ini ada orang-orang yang meragukan, mengeluh, mencari jabatan, dan mencari-cari kesalahan, mengakui satu kebenaran besar pada hari ini dan melupakannya pada hari berikutnya – namun mengharapkan untuk dibubuhi dengan meterai Allah dan berdiri bersama Anak Domba di Gunung Sion!