Gambaran dari Pernikahan

Pelajaran 3, Triwulan ke-2, 12-18 April 2025

img rest_in_christ
Bagikan Pelajaran ini
sharethis sharing button
copy sharing button
email sharing button
whatsapp sharing button
facebook sharing button
twitter sharing button
telegram sharing button
messenger sharing button
line sharing button
wechat sharing button
vk sharing button
tencentqq sharing button
weibo sharing button
kakao sharing button
Download PDF

Sabat Sore, 12 April

Ayat Hafalan:

Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku: "Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah.” KJV — Revelation 19:9


Baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru, hubungan pernikahan digunakan untuk mengibaratkan persatuan yang manis serta suci yang ada antara Kristus dan umat-Nya. Bagi pikiran Yesus kegembiraan dalam keramaian pernikahan menunjuk jauh kepada kegembiraan hari itu apabila kelak Ia membawa mempelai-Nya perempuan ke rumah Bapa-Nya, maka yang ditebus itu bersama-sama dengan PenebusNya duduk untuk perjamuan nikah Anak Domba itu. Kata-Nya, “Seperti girang hatinya seorang mempelai melihat pengantin perempuan, demikianlah Allahmu akan girang hati atasmu.” “Tidak akan disebut lagi ‘yang ditinggalkan’;... tetapi engkau akan dinamai ‘yang berkenan kepada-Ku’... sebab Tuhan telah berkenan kepadamu.” “Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai,” Yesaya 62:5, 4; Zefanya 3:17. Ketika Wahyu tentang perkara-perkara semawi dianugerahkan kepada Rasul Yohanes, ia menulis, “Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti dera gurah yang hebat, katanya: Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.” “Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba.” Why. 19:6, 7, 9. The Desire of Ages, page 151, paragraph 1

Minggu, 13 April

Satu Daging


Bacalah Kejadian 2:23-25 dan Efesus 5:29-32. Dengan cara apa pernikahan manusia mencerminkan ikatan Kristus dengan umat manusia?

"Pernikahan, ikatan seumur hidup, adalah simbol persatuan antara Kristus dan gereja-Nya. Roh yang Kristus nyatakan kepada gereja adalah roh yang harus dinyatakan oleh suami dan istri kepada satu sama lain." Counsel to Newlyweds, page 127, paragraph 1.

Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. Efesus 5:22-24

Jelaslah bahwa perintah ilahi ini memerintahkan istri untuk menghormati suaminya sebagaimana ia menghormati Tuhan, suami adalah penyelamat keluarga yang bersifat sementara, sebagaimana Tuhan adalah Juruselamat gereja yang bersifat kekal. "... Kristus ... mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya, supaya Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman." Efesus 5:25, 26. Apabila istri mengabaikan perintah ilahi ini, ia menghina Allah.

Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya. Efesus 5:25

Dengan demikian, adalah sama mengikat dan sakralnya dengan tanggung jawab suami terhadap istrinya. Ia harus memperlakukan istrinya seperti Kristus memperlakukan jemaat-Nya. Setiap kali dia melakukan kurang dari ini, dia melanggar hukum Tuhan.

Jadi, sementara jemaat berkewajiban untuk menghormati dan menaati Tuhannya, istri berkewajiban untuk menghormati dan menaati suaminya, dan suami berkewajiban untuk mengasihi dan memperhatikan istrinya sebagaimana Tuhan mengasihi dan memperhatikan jemaat-Nya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa rumah Tuhan diibaratkan sebagai rumah suami. Oleh karena itu, sama seperti Tuhan mengendalikan urusan rumah-Nya, yaitu jemaat, demikian pula suami harus mengendalikan urusan rumah tangganya, yaitu keluarga.

Dan karena kesejahteraan jemaat bergantung pada kerjasamanya dengan kehendak Tuhan, demikian juga kesejahteraan keluarga bergantung pada kerjasamanya dengan kehendak bapa. Oleh karena itu, sangat jelas bahwa sama seperti Kristus memegang kepemimpinan atas jemaat, demikian juga bapa memegang kepemimpinan atas rumah tangga. Dan sama seperti jemaat yang telah bertobat bersukacita karena menyenangkan hati Kepala, yaitu Kristus, demikian juga istri yang telah bertobat bersukacita karena menyenangkan hati suaminya. Dalam keadaan bahagia ini, baik pria maupun wanita menyadari bahwa mereka adalah diri mereka yang kedua.

Senin, 14 April

Mempelai Yang Cantik


Bacalah Yehezkiel 16:4-14. Apakah yang diajarkan oleh perincian tentang pengangkatan pengantin perempuan ini kepada kita tentang maksud Allah terhadap kita?

Dalam Alkitab tabiat yang saleh dan yang bertahan dalam hubungan antara Kristus dengan gereja-Nya dilambangkan dengan persekutuan pernikahan. Tuhan telah menggabungkan umat-Nya kepada diri-Nya oleh suatu perjanjian khidmat; Ia berjanji menjadi Allah mereka dan mereka berjanji menjadi kepunyaan-Nya, dan hanya kepunyaan Dia sendiri. Ia mengatakan, “Aku akan menjadikan engkau istri-Ku untuk selama-lamanya dan Aku akan menjadikan engkau istri-Ku dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih setia dan kasih sayang.” (Hosea 2:18). Dan sekali lagi, “Aku telah menikah dengan kamu – Yeremia 3:14 (KJV). Dan Paulus menggunakan sosok yang sama dalam buku Perjanjian Baru pada waktu ia berkata, “Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.” (2 Korintus 11:2). The Great Controversy, page 381, paragraph 2.

Ketidaksetiaan jemaat kepada Kristus dengan membiarkan kepercayaan dan kasih sayangnya dialihkan dari pada-Nya, dan dengan membiarkan cinta kepada perkara-perkara duniawi mengisi jiwanya, disamakan dengan pelanggaran kepada sumpah pernikahan. Dosa Israel dengan berpaling dari Tuhan dinyatakan dengan gambaran ini. Dan kasih Allah yang ajaib yang mereka hinakan digambarkan demikian, “Dengan sumpah Aku mengadakan perjanjian dengan engkau, demikianlah firman Tuhan Allah, dan dengan ini engkau Aku punya.” “Dan engkau menjadi sangat cantik, sehingga layak menjadi ratu. Dan namamu termasyhur di antara bangsa-bangsa karena kecantikanmu, sebab sangat sempurna adanya, oleh karena semarak perhiasan-Ku yang Kuberikan kepadamu…. Tetapi engkau mengandalkan kecantikanmu dan engkau seumpama bersundal dalam menganggarkan kemasyhuranmu.” “Tetapi sesungguhnya, seperti seorang istri tidak setia terhadap suaminya, demikianlah kamu tidak setia terhadap Aku, hai kaum Israel, demikianlah firman Tuhan,” “Hai istri yang berzina, yang memeluk orang-orang lain ganti suaminya sendiri.” (Yehezkiel 16:8, 13-15, 32; Yeremia 3:20). The Great Controversy, page 381, paragraph 3.

Dalam Alkitab Perjanjian Baru, bahasa yang sangat mirip dengan yang di atas ditujukan kepada orang-orang yang mengaku Kristen yang bersahabat dengan dunia ini melebihi daripada dengan Allah. Rasul Yakub berkata, “Hai kamu orang-orang yang tidak setia! (orang-orang yang berzina—KJV) Tidakkah kamu tahu bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.” (Yakobus 4:4). The Great Controversy, page 382, paragraph 1.

Selasa, 15 April

Istri Pelacur Hosea


Bandingkan Hosea 1:2; Hosea 3:1; Wahyu 17:1-2; dan Wahyu 18:1-4. Apakah pelacuran yang disebutkan di sini? Pelajaran apakah yang dapat dipelajari oleh gereja Kristen dari kisah Hosea? Dengan cara-cara apakah gereja telah mengulangi dosa-dosa Perjanjian Lama?

Babel dikatakan sebagai “ibu dari wanita-wanita pelacur” (Wahyu 17:5). Dan anak-anaknya perempuan melambangkan gereja-gereja yang bergantung kepada ajaran-ajarannya dan tradisi-tradisinya, dan yang mengikuti teladannya mengorbankan kebenaran dan pengakuan Allah, untuk membentuk persekutuan ilegal dengan dunia. Pekabaran Wahyu 14, yang mengumumkan kejatuhan Babel, digunakan untuk badan-badan agama yang pada suatu kali adalah murni tetapi kemudian menjadi korup. Oleh karena pekabaran ini menyusul amaran Penghakiman, maka pekabaran itu pastilah diberikan pada akhir zaman. Jadi tidak dimaksudkan hanya kepada Gereja Roma saja, oleh karena gereja tersebut sudah berada dalam keadaan jatuh selama berabad-abad. Lebih jauh, pada pasal delapan belas buku Wahyu, umat Allah dipanggil supaya keluar dari Babel. Menurut ayat ini, banyak umat Allah yang masih berada di Babel. Dan di dalam badan agama manakah pengikut-pengikut Kristus paling banyak ditemukan? Tanpa ragu-ragu, di berbagai gereja yang mengaku iman Protestan. Pada waktu kebangkitan gereja-gereja Protestan, gereja-gereja ini mengambil pendirian yang agung demi Allah dan kebenaran-Nya, dan berkat-berkat-Nya ada bersama mereka. Dunia yang tidak mau percaya pun terpaksa mengakui manfaat yang diakibatkan oleh penerimaan prinsip-prinsip Injil. Kata-kata nabi kepada Israel, “Dan namamu termasyhur di antara bangsa-bangsa karena kecantikanmu, sebab sangat sempurna adanya, oleh karena semarak perhiasan-Ku yang Kuberikan kepadamu, demikianlah firman Tuhan Allah.” Tetapi mereka jatuh oleh karena keinginan yang sama yang telah mengutuki dan meruntuhkan Israel – keinginan untuk meniru praktik dan persahabatan dengan orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan. “Tetapi engkau mengandalkan kecantikanmu dan engkau seumpama bersundal dalam menganggarkan kemasyhuranmu.” (Yehezkiel 16:14,15). The Great Controversy (1888 Edition), page 382, paragraph 3.

Maka firman Tuhan kepada Hosea, Pergilah, ambillah akan dirimu seorang isteri dari perempuan-perempuan sundal dan anak-anak sundal : karena negeri ini sangat berbuat zinah, dan berpaling dari Tuhan.”

Nabi Hosea telah diperintahkan untuk mengambil seorang isteri dari antara perempuan-perempuan sundal tidak lain adalah sebagai alasan untuk menggambarkan keadaan kekejian dan yang menyedihkan yang pada waktu itu terdapat di Israel.

Perkawinan ini, tentunya, hanya berupa khayalan, sama seperti halnya nabi Yeheskiel yang berbaring selama 40 hari pada sisinya yang satu, dan 390 hari pada sisinya yang lain (Yeheskiel 4 : 4 – 6).

Hosea 2:1-3 - Perintah yang berbunyi, “Katakanlah olehmu kepada saudara-saudaramu laki-laki Ammi; dan kepada saudara-saudaramu perempuan, Ruhamah”, dengan sendirinya menunjukkan bahwa Allah sedang berbicara kepada Yizriel, (kakak laki-laki dari Ammi dan Ruhama), dan bahwa Yizriel selanjutnya harus berbicara kepada Ammi dan kepada Ruhama. Dan dari kenyataan bahwa Allah memanggil akan isteri Hosea di dalam khayal ini sebagai isteri-Nya sendiri, maka masalah ini menjadi semakin jelas. Hosea, sebagai anda saksikan, adalah melambangkan Allah, dan isteri Hosea melambangkan sidang Allah; Yizriel, yaitu seseorang kepada siapa Allah berbicara adalah melambangkan juru kabar-Nya, yaitu seorang nabi; dan saudara-saudaranya Yizriel, Ammi dan Ruhamah, melambangkan anggota-anggota sidang, baik laki-laki maupun perempuan. Sekarang, sebagaimana halnya Ammi dan Ruhamah melambangkan pihak anggota biasa, maka jelaslah bahwa ibu mereka itu tentunya melambangkan pihak kependetaan, yaitu orang-orang yang telah membawa masuk orang-orang bertobat ke dalam sidang. Di sinilah kita memiliki lambang yang lengkap dari rumah tangga Allah.

Ayat-ayat ini mengemukakan pengertian kemurahan Allah : bahwa jika “ibu” itu gagal mereformir dirinya, jika ia gagal menghentikan persundalannya dengan dunia berikut semua praktek perbuatannya, maka bukan saja ibunya tetapi juga semua anaknya yang bersimpati terhadapnya akan kehilangan kemurahan untuk selama-lamanya.

Kepada kita diceritakan, di sini, bahwa ibu itu menyangka bahwa kekasih-kekasihnya yang tidak sah itu adalah orang-orang yang menyediakan baginya kebutuhan-kebutuhan hidupnya, maka dapatlah dimaafkan kepadanya jika ia berhubungan dengan mereka.

Lagi pula, kepada kita kembali diceritakan bahwa sementara sedemikian itu ia melacurkan diri, maka ia pun melahirkan anak-anak yang tidak sah, yaitu orang-orang bertobat yang palsu. Disinilah terdapat amaran yang dengan kata-kata yang pasti memerlukan suatu reformasi atau sebaliknya seluruh keluarga sidang, terkecuali mereka yang bereformasi, akan dibinasakan selengkapnya seperti halnya Yerusalem yang dahulu telah dibinasakan beberapa tahun setelah penyaliban Kristus.

Rabu, 16 April

Ishak dan Ribka


Bacalah Kejadian 24:1-4. Mengapa begitu penting bagi Abraham agar putranya tidak menikah dengan "salah seorang dari anak-anak perempuan Kanaan" (Kejadian 24:3, NKJV)?

“Kebiasaan Abraham beriman kepada Allah dan tunduk kepada kehendak-Nya tercermin dalam karakter Ishak, tetapi kasih sayang anak muda itu sangat kuat, dan ia lemah lembut dan mudah mengalah. Jika bersatu dengan orang yang tidak takut akan Tuhan, ia akan berada dalam bahaya mengorbankan prinsip demi keharmonisan. Dalam pikiran Abraham, pemilihan istri untuk putranya merupakan hal yang sangat penting; ia ingin sekali agar putranya menikah dengan seorang yang tidak akan menjauhkannya dari Allah..... Choosing a Wife, page 57, paragraph 2

“Abraham telah menandai hasil dari perkawinan campur antara mereka yang takut akan Allah dan mereka yang tidak takut akan Dia, sejak zaman Kain hingga zamannya sendiri. Konsekuensi dari pernikahannya sendiri dengan Hagar, dan hubungan pernikahan Ismael dan Lot, telah ada di hadapannya. Kurangnya iman dari pihak Abraham dan Sara telah mengakibatkan kelahiran Ismael, percampuran antara keturunan yang benar dengan yang fasik. Pengaruh sang ayah terhadap anaknya dimentahkan oleh pengaruh kaum penyembah berhala dari sang ibu dan oleh hubungan Ismael dengan istri-istri yang kafir.…. Choosing a Wife, page 57, paragraph 3

“Istri Lot adalah seorang wanita yang egois dan tidak beragama, dan pengaruhnya digunakan untuk memisahkan suaminya dari Abraham. Kalau bukan karena dia, Lot tidak akan tinggal di Sodom, tanpa nasihat dari bapa leluhur yang bijaksana dan takut akan Allah.” …. Choosing a Wife, page 57, paragraph 4

“Tidak ada seorang pun yang takut akan Allah yang tanpa bahaya dapat berhubungan dengan orang yang tidak takut akan Dia. "Dapatkah dua orang berjalan bersama-sama, kecuali jika mereka bersepakat?" (Amos 3:3). Kebahagiaan dan kemakmuran hubungan pernikahan bergantung pada kesatuan kedua belah pihak; tetapi di antara orang percaya dan orang yang tidak percaya terdapat perbedaan yang radikal dalam hal selera, kecenderungan, dan tujuan. Mereka melayani dua tuan, yang di antara mereka tidak akan ada keserasian. Betapapun murni dan benarnya prinsip-prinsip seseorang, pengaruh teman yang tidak percaya akan memiliki kecenderungan untuk menjauhkan diri dari Tuhan .... Arahan Tuhan adalah, "Janganlah kamu menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya" (2 Korintus 6:14, 17, 18). Choosing a Wife, page 57, paragraph 5

Bacalah Kejadian 24:57-67. Pelajaran apakah yang dapat kita peroleh tentang Kristus dan gereja-Nya dari beberapa detail yang kita temukan dalam kisah ini? Apa yang dapat kita pelajari, misalnya, tentang keadaan kita yang telah jatuh dari fakta bahwa Ribka adalah seorang kerabat yang jauh dan terpisah dari Ishak?

“Pikiran Abraham tertuju kepada keluarga bapanya di tanah Mesopotamia. Sekalipun tidak bebas dari penyembahan berhala, mereka memelihara pengetahuan serta perbaktian akan Allah yang benar. Ishak tidak boleh meninggalkan Kanaan untuk pergi kepada mereka, tetapi boleh jadi di antara mereka akan didapati seorang wanita yang mau meninggalkan rumahnya dan bersatu dengan dia di dalam mempertahankan perbaktian yang murni akan Allah yang hidup. Abraham menyerahkan persoalan yang penting ini kepada “hambanya yang paling tua,” seorang yang berbakti, berpengalaman dan memiliki pertimbangan yang matang, yang telah lama dan setia bekerja baginya. Ia menuntut agar hamba ini mengadakan satu sumpah yang khidmat di hadapan Tuhan, bahwa ia tidak akan mengambil seorang Kanaan sebagai istri Ishak, melainkan memilih seorang anak perempuan dari keluarga Nahor di Mesopotamia. Ia memerintahkannya agar jangan membawa Ishak ke sana. Apabila tiada didapati seorang anak perempuan yang mau meninggalkan kaum keluarganya, maka utusan itu bebas dari tuntutan sumpahnya. Abraham memberikan dorongan kepadanya di dalam usahanya yang sukar dan pelik itu, dengan satu jaminan bahwa Allah akan memahkotai tugasnya itu dengan sukses. Tuhan Allah yang empunya langit” katanya, “yang telah memanggil aku dari rumah ayahku serta dari negeri sanak saudaraku, . . . Dialah juga akan mengutus malaikat-Nya berjalan di depanmu.” Patriarchs and Prophets, page 171, paragraph 3

Kamis, 17 April

Pelacur Itu Diadili


Baca Wahyu 19:1-9. Dua hal dirayakan secara bersamaan: akhir dari si pelacur dan pernikahan Kristus dengan mempelai wanita. Bagaimana mungkin kedua peristiwa tersebut sebenarnya merupakan demonstrasi dari karakter Allah yang benar dan penuh kasih pada saat yang bersamaan?

Sesudah “asap api dari perempuan itu naik untuk selama-lamanya”, maka bala tentara surga yang banyak itu berserulah, “Halleluya : karena Tuhan Allah Yang Maha Kuasa memerintah”. Oleh karena itu, semua orang suci diadili mendahului kebinasaan dari “perempuan” itu, dan setelah ia dibakar dengan api, maka Kristus akan dimahkotai menjadi Raja atas segala raja dan Tuhan atas segala tuan; kemudian kaabah akan dikosongkan dan tujuh bela yang terakhir itu dituangkan ke bumi.

Firman berikut ini membawakan bukti selanjutnya. Bala tentara surga yang banyak itu mengatakan : “Marilah kita bersukacita dan bergembira, dan hendaklah kita memberi Dia hormat, karena saat perkawinan Anak Domba itu sudah tiba, dan istrinya pun telah mempersiapkan dirinya. Maka kepadanya telah dikaruniakan supaya ia boleh menghiasi dirinya dengan kain kasah halus, yang putih dan bersih; karena kain kasah halus itu ialah kebenaran dari orang-orang suci. Maka katanya kepadaku, Tuliskanlah, Berbahagialah segala orang yang diundang kepada perjamuan kawin Anak Domba itu.” Malaikat itu, selanjutnya menambahkan, “Marilah kemari, aku hendak menunjukkan kepadamu pengantin perempuan itu, yaitu istri Anak Domba itu ..... dan menunjukkan kepadaku kota yang besar itu, yaitu Yerusalem yang suci, yang turun dari surga dari Allah.” (Wahyu 19 : 7 – 9; 21 : 9, 10). Oleh sebab itu, maka istri dari Anak Domba itu ialah Kota Suci, dan bukan sidang, dan orang-orang yang diundang ke perjamuan kawin itu (orang-orang suci) ialah para tamu. (Lihat buku “The Great Controversy”, halaman 427). Mereka yang berada di hadapan tahta itu, mengatakan dari hal Yerusalem Baru : “Istrinya telah mempersiapkan dirinya. Dan kepadanya telah dikaruniakan (masuk ke kota itu) supaya ia boleh menghiasi dirinya dengan kain kasah halus, yang putih dan bersih ..... karena kain kasah halus itu ialah kebenaran dari orang-orang suci.” (Wahyu 19 : 7, 8). Oleh sebab itu, maka istri Anak Domba itu akan siap pada akhir masa kasihan pada waktu orang-orang suci dihitung jumlah bilangannya, karena mereka itulah “kain kasahnya”. Karena pada masa perempuan itu (Babil) dibakar, maka orang-orang suci (kain kasah) siaplah sudah. Kebinasaan perempuan itu akan merupakan suatu tanda, bahwa masa kasihan telah berakhir. Kemudian daripada itu sebagian orang akan sadar akan nasib celakanya lalu mereka akan mengatakan, “Masa penuaian sudah berlalu, musim panas telah berakhir, dan kita belum juga selamat.” (Yeremia 8 : 20). Orang-orang lainnya akan “mengembara dari laut ke laut, dan dari utara sampai ke timur, mereka akan berlarian kesana-kemari mencari firman Tuhan, tetapi tidak akan menemukannya.” (Amos 8 : 12). Apabila umat Allah kelak mengakhiri tugas karunia Allah mereka, maka jawaban mereka kelak : “Kami tidak memiliki apa-apa lagi bagimu, penuaian telah berlalu, keselamatan telah berhenti, anda sudah sangat terlambat.” 

Baca Wahyu 21:1-4. Apakah arti dari gambaran pernikahan di sini, dan mengapa hal ini penuh dengan pengharapan dan janji? Apakah jaminan kita akan pengharapan yang disajikan dalam ayat-ayat ini?

Di dalam buku Wahyu umat Allah dikatakan menjadi tamu-tamu pada perjamuan kawin itu. Jika sebagai tamu-tamu, maka mereka tidak mungkin dilambangkan juga sebagai pengantin perempuan. Seperti yang dikemukakan oleh nabi Daniel, Kristus akan menerima dari Dia Yang Tiada Berkesudahan Hari-Nya itu di dalam surga; ‘pemerintahan, dan kemuliaan, dan sebuah kerajaan’; Ia akan menerima Yerusalem baru itu, yaitu ibukota dari kerajaan-Nya, ‘yang tersedia sebagai seorang pengantin perempuan yang dihiasi bagi suaminya’. Setelah menerima kerajaan itu, maka Ia akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja atas segala raja, dan Tuhan atas segala tuan, bagi penebusan semua umat-Nya, yaitu mereka yang akan ‘duduk bersama-sama dengan Abraham, dan Ishak, dan Yakub’, di meja-Nya di dalam kerajaan-Nya, untuk mengambil bagian dalam perjamuan kawin Anak Domba.” -- “The Great Controversy”, pp. 426, 427.

Jumat, 18 April

Pendalaman – Ringkasan Pelajaran Minggu Ini

Pelajaran ini diperkenalkan dengan gambar-gambar pernikahan. “Baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru, hubungan pernikahan digunakan untuk mengibaratkan persatuan yang manis serta suci yang ada antara Kristus dan umat-Nya.” The Desire of Ages, page 151, paragraph 1

Pelajaran hari Minggu ini menggunakan kedekatan antara suami dan istri dalam pernikahan untuk menggambarkan hubungan Kristus dengan jemaat-Nya. "Pernikahan, sebuah ikatan seumur hidup, adalah simbol persekutuan antara Kristus dan jemaat-Nya. Roh yang Kristus nyatakan kepada jemaat adalah roh yang harus dinyatakan oleh suami dan istri kepada satu sama lain.” Counsels to Newlyweds, page 127, paragraph 1

Pengantin perempuan cantik yang disebutkan dalam penglihatan Yehezkiel dalam pelajaran hari Senin "ditujukan kepada orang-orang yang mengaku Kristen yang mencari persahabatan dengan dunia di atas perkenanan Allah.” The Great Controversy, page 382, paragraph 1

Pelajaran hari Selasa ini menunjuk pada nubuatan yang berupa kiasan Hosea dan kehancuran Babel. Dalam Hosea pasal 2, gambaran lengkap tentang rumah tangga Allah dinyatakan dengan jelas, yaitu Allah menyebut istri Hosea sebagai istri-Nya dan anak-anaknya sebagai anak-anak-Nya.

Pelajaran hari Rabu membahas tentang perjanjian antara Ishak dan Ribka dan menunjukkan kehati-hatian yang dilakukan Abraham dalam mencarikan seorang istri bagi anaknya, Ishak, yang bukan berasal dari bangsa Kanaan, melainkan dari bangsanya sendiri. "Tidak ada orang yang takut akan Allah yang tanpa bahaya dapat bergaul dengan orang yang tidak takut akan Dia. Dapatkah dua orang berjalan bersama-sama, kecuali jika mereka bersepakat?" (Amos 3:3).” Choosing a Wife, page 57, paragraph 5

Pelajaran hari Kamis menutup pelajaran minggu ini dengan penghakiman atas Babel dan membandingkannya dengan pengantin perempuan Tuhan, Yerusalem Baru.