Semak yang Menyala

Pelajaran 2, Triwulan 3, 5–11 Juli 2025

img rest_in_christ
Bagikan Pelajaran ini
sharethis sharing button
copy sharing button
email sharing button
whatsapp sharing button
facebook sharing button
twitter sharing button
telegram sharing button
messenger sharing button
line sharing button
wechat sharing button
vk sharing button
tencentqq sharing button
weibo sharing button
kakao sharing button
Download PDF

Sabat Sore, 5 juli

Ayat Hafalan:

“Dan TUHAN berfirman: "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka.

Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus.”- KJV Keluaran 3:7-8


Hendaklah diingat bahwa kita bukanlah yang pertama dan satu-satunya yang sudah akan merubah cara berpikir kita; kita bukanlah yang pertama dan satu-satunya umat yang menemukan bahwa rencana-rencana Allah adalah bertentangan terhadap rencana-rencana kita. Musa, juga, menemukan bahwa rencananya untuk melepaskan bani Israel dari perhambaan Mesir adalah bukan rencana Allah. Sama seperti rencana Allah bagi rute perjalanan yang akan ditempuh mereka dalam perjalanan mereka menuju ke tanah perjanjian adalah bukan rencana mereka. Rasul-rasul percaya dengan pasti bahwa Kristus akan mendirikan kerajaan-Nya pada kedatangan-Nya yang pertama, namun, mereka juga, harus merubah kepercayaan mereka. Dan juga, oleh karena orang-orang Ibrani yang dari budak-budak telah dijadikan Allah raja-raja, telah dijanjikan, bahwa kerajaan mereka akan berdiri kekal untuk selama-lamanya, mereka betul-betul terkejut sewaktu ia itu runtuh. Maka masih terdapat berbagai kejutan yang lain sepanjang sejarah sampai kepada hari ini.

Para pelopor gereja Masehi Advent Hari Ketujuh mengharapkan Tuhan datang segera sesudah 144.000 orang bertobat menggabungkan diri dengan sidang, dan berharap hidup untuk menyaksikan kedatangan-Nya. Sungguhpun keanggotaan sidang sudah berjumlah beberapa kali lipat 144.000 orang, para pelopor itu sudah mati, dan Tuhan masih akan datang. Jadi, pertanyaannya adalah bukan apakah kita ingin merubah pikiran kita atau tidak, tetapi apakah kita harus melakukannya

Minggu, 6 Juli

Semak yang Menyala


Bacalah Keluaran 3:1-6. Apa makna penting yang dapat ditemukan dalam fakta bahwa Tuhan memperkenalkan diri-Nya kepada Musa sebagai “Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub”?

 Sementara tahun demi tahun berlalu dan ia bersama-sama dengan kawanan dombanya itu menjelajahi tempat-tempat yang terpencil, sambil merenung-renungkan keadaan bangsanya yang terjajah itu, ia mengingat kembali perlakuan Allah terhadap leluhurnya, dan janji-janji yang menjadi warisan bangsa yang terpilih, dan doanya bagi Israel naik kepada Allah siang dan malam. Malaikat-malaikat surga memancarkan terang mereka ke sekeliling diri Musa. Di tempat ini, dengan ilham Roh Kudus, ia telah menulis Kitab Kejadian. Jangka waktu yang lama yang dilaluinya di tengah-tengah padang pasir yang sunyi senyap penuh dengan berkat limpah, bukan saja bagi Musa dan bangsanya, tetapi juga kepada seluruh dunia pada generasi-generasi mendatang. PP 251.1

Sementara menggembalakan domba-dombanya pada suatu hari di dekat bukit Horeb, “bukit Allah,” Musa telah melihat semak belukar yang menyala, dahan, ranting, dedaunan, dan batangnya, semuanya, tetapi tidak terbakar. Ia mendekati tempat itu untuk menyaksikan pemandangan yang ajaib itu, dan pada saat itu juga satu suara dari dalam nyala api itu terdengar memanggil namanya. Dengan bibir yang gemetar ia menjawab, “Ya, Allah.” Kepadanya diamarkan agar jangan mendekatinya dengan sikap yang tidak hormat: “Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus.... akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.” Itu adalah Dia yang, sebagai Malaikat Perjanjian itu, telah menyatakan diri-Nya kepada bapa-bapa zaman dahulu. “Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.” PP 251.2

Kerendahan hati dan sikap hormat harus menandai pembawaan semua orang yang datang ke hadirat Allah. Di dalam nama Yesus kita bisa datang kepada-Nya dengan satu keyakinan, tetapi janganlah datang menghampiri-Nya dengan keberanian yang sembrono, seolah-olah Dia itu sama tarafnya dengan diri kita. Ada orang-orang yang memanggil Allah Yang Agung, Suci dan Maha Kuasa, yang bersemayam di tengah-tengah terang yang tidak terhampiri itu, seperti mereka memanggil orang-orang yang setaraf dengan diri mereka, bahkan seperti kepada seorang yang lebih rendah daripada mereka. Ada orang-orang yang membawakan dirinya di dalam rumah-Nya dengan satu cara yang ia tidak akan berani melakukannya bilamana ia sedang berada di ruang pertemuan bersama dengan seorang pemimpin dunia. Mereka ini harus mengingat bahwa mereka sedang berada di dalam hadirat Dia yang diagungkan oleh malaikat, yang di hadapan-Nya malaikat-malaikat menutupi mukanya. Allah harus dihormati; semua orang yang sungguh-sungguh menyadari kehadiran-Nya akan bersembah sujud dengan rendah hati di hadapan-Nya, dan seperti Yakub yang sedang melihat khayal tentang Allah, mereka akan berseru, “Alangkah dahsyat tempat ini. Ini tidak lain, dari rumah Allah, ini pintu gerbang surga.” PP 252.1

Senin, 7 Juli

Malaikat Tuhan


Bacalah Keluaran 3:7-12. Bagaimana Allah menjelaskan kepada Musa mengapa Ia ingin campur tangan atas nama bangsa Israel yang diperbudak di Mesir?

  Itu adalah Dia yang, sebagai Malaikat Perjanjian itu, telah menyatakan diri-Nya kepada bapa-bapa zaman dahulu. “Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.” PP 251.2

“Lama sesudah itu matilah raja Mesir. Tetapi orang Israel masih mengeluh karena perbudakan, dan mereka berseru-seru, sehingga teriak mereka minta tolong karena perbudakan itu sampai kepada Allah. Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub. Maka Allah melihat orang Israel itu, dan Allah memperhatikan mereka.” Saat untuk kelepasan Israel telah tiba. Tetapi maksud Allah harus dilaksanakan dengan satu cara yang akan menghinakan kesombongan manusia. Yang melepaskan bangsa ini harus pergi sebagai seorang gembala yang hina, dengan hanya sebatang tongkat pada tangannya; tetapi Allah akan menjadikan tongkat itu sebagai lambang kekuasaan-Nya. PP 251.2

Sementara Musa dengan sikap hormat dan rasa gentar menunggu di hadapan Allah, suara Allah selanjutnya terdengar: “Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, Ya, Aku mengetahui penderitaan mereka. Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.... Jadi sekarang pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir.” PP 252.2

Oleh karena merasa heran dan gentar mendengar perintah itu, Musa mundur ke belakang, sambil berkata, “Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?” Dan jawab-Nya adalah, “Bukankah Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau: apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini.” PP 252.3

Selasa, 8 Juli

Nama Tuhan


Bacalah Keluaran 3:13-22. Mengapa Musa ingin mengetahui nama Tuhan dan apa arti penting dari nama-Nya?

Musa memikirkan tentang kesulitan-kesulitan yang akan dihadapinya, dan juga tentang kealpaan, kebodohan serta sikap tidak percaya daripada bangsanya itu, banyak dari antara mereka yang tidak mempunyai pengetahuan akan Allah. “Bahwa sesungguhnya,” katanya, “apabila hamba datang mendapatkan bani Israel serta kata hamba kepada mereka itu: Bahwa Allah leluhur kamu telah menyuruhkan aku mendapatkan kamu, maka bertanyalah mereka itu: Siapakah namanya? maka apa gerangan hamba sahut kepadanya? Jawabnya adalah:-- PP 252.4 (PB1 261.2)

“AKU AKAN ADA, YANG AKU ADA.” “Demikian hendaklah kau katakan kepada bani Israel: Bahwa AKU ADA telah menyuruhkan daku mendapatkan kamu.” PP 253.1 (PB1 261.3)

Jika nama Allah yang sesungguhnya adalah Yehovah, maka beranikah kita sebagai mahluk-mahluk ciptaan-Nya membiasakan diri dengan tidak hormat sehingga menyapa-Nya dengan nama-Nya sendiri yang sesungguhnya, gantinya menggunakan salah satu dari gelar-gelar-Nya yaitu, Allah, Tuhan, Bapa, Khalik Pencipta, Juruselamat, dan sebagainya? Padahal kita sendiri tidak mau membiasakan diri untuk secara tidak hormat menyapa para orangtua kita di bumi dengan nama-nama mereka, — John, George, Bill, Dorothy, Ruth, Mary, dan sebagainya, — menggantikan gelar-gelar mereka sebagai orangtua, yaitu Bapa dan Ibu. Ketidak-sopanan sedemikian ini yang dipraktekan oleh orang-orang Kapir masih dapat dimaafkan karena kebodohan mereka, tetapi apabila dipraktekkan oleh orang-orang Kristen yang memiliki terang, yang seharusnya lebih tahu, ia itu tidak akan dapat dimaafkan. Kita boleh dengan hormat menggunakan perkataan, Yehovah, hanya jika seseorang Kapir menanyakan kepada kita, ‘Siapakah Allahmu?’ Kemudian kita dapat dengan sopan menjawab Yehovah, ialah satu-satunya Allah yang benar dan hidup. Walau bagaimanapun, ketika berbicara kepada Allah, kita tidak pernah dapat dengan hormat menggunakan Nama-Nya sendiri yang sesungguhnya.

Sebagaimana orang-orang Yahudi yang takut akan Allah dahulu “menganggap Nama Ilahi itu terlalu suci untuk diucapkan.” Maka demikian itu pula hendaknya orang-orang Kristen yang memiliki terang di waktu ini.

Tetapi, nama Ibrani yang kuno dan yang dipersucikan bagi Allah itu bukan saja tidak pernah secara biasa diucapkan, tetapi bahkan juga ejaannya dalam bentuk yang dipersingkat, sehingga ia itu tidak dapat diucapkan; sedemikian halnya sehingga ucapan aslinya tidak diketahui. Semua yang kita ketahui secara pasti ialah—Bentuk Huruf Konsonan : Yhwh, Yvh, Atau Yhv.

Bentuk singkatan ini dari nama itu membuatnya sulit bagi para penterjemah untuk mengeja suatu perkataan yang dapat diucapkan. Oleh sebab itu, maka mereka telah memilih untuk melengkapi apa yang menurut perkiraannya merupakan huruf-huruf hidup yang hilang. Sebutan suku kata yang pertama pada mana telah disepakati secara umum ialah Jah. Kata-kata turunan lainnya telah ditambah oleh berbagai penterjemah yang berlainan. Yahweh, Yahowah, atau Yahovah telah di rumuskan untuk disesuaikan dengan bahasa-bahasa tertentu. Bentuk kata yang sudah diinggriskan lambat laun berkembang menjadi Jehovah. Oleh sebab itu, setiap ucapan huruf-huruf yang begitu saja membentuk Nama yang tak dapat diucapkan itu pada kenyataannya sama sekali adalah bukan perkataan Ibrani. (Bacalah Funk and Wagnall’s Standard Dictionary, definisi “Jehovah.”)

Rabu, 9 Juli

Empat Alasan


Bacalah Keluaran 4:1-17. Tanda-tanda apakah yang Allah berikan kepada Musa untuk dilakukan untuk memperkuat posisinya sebagai utusan Allah?

Musa melihat di hadapannya ada kesulitan-kesulitan yang nampaknya tidak akan dapat diatasi. Bukti apakah yang dapat ia berikan kepada bangsanya bahwa Allah benar-benar telah mengutusnya? “Bagaimana jika,” katanya, “mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu?” Sekarang bukti yang dapat meyakinkan indranya itu pun diberikan kepadanya. Ia disuruh untuk melemparkan tongkatnya ke atas tanah. Ketika ia melakukannya, “tongkat itu menjadi ular, sehingga Musa lari meninggalkannya.” Ia diperintahkan untuk menangkapnya dan di dalam tangannya ular itu kembali menjadi sebatang tongkat. Ia diperintahkan untuk memasukkan tangannya ke dalam baju pada bagian dadanya. Ia menurutnya dan “setelah ditariknya ke luar, maka tangannya kena kusta, putih seperti salju.” Kemudian ia disuruh untuk memasukkan tangannya itu kembali, dan pada waktu ditariknya ke luar tangannya itu menjadi pulih kembali seperti tangan sebelahnya. Dengan tanda-tanda ini Tuhan memberikan jaminan kepada Musa bahwa bangsa-Nya itu, sebagaimana juga Firaun, akan diyakinkan bahwa satu Pribadi yang lebih berkuasa daripada raja Mesir ada di antara mereka. PP 253.6

Bacalah Keluaran 4:10-18. Bagaimana Tuhan merespons Musa, dan pelajaran apa yang dapat kita ambil dari hal itu untuk diri kita sendiri, dalam situasi apa pun yang kita yakini sebagai panggilan Tuhan?

 Tetapi hamba Allah itu masih tetap diliputi oleh pemikiran tentang pekerjaan yang ganjil dan mengherankan yang ada di hadapannya. Di dalam rasa takut dan susahnya itu sekarang ia mengemukakan satu dalih bahwa ia tidak dapat berkata-kata dengan fasih. “Ah, TUHAN, aku ini tidak pandai bicara, dahulu pun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mu pun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah.” Ia sudah terlalu lama terpisah dari Mesir sehingga ia tidak mempunyai pengetahuan yang jelas, dan juga tidak lagi dapat menggunakan bahasa mereka dengan baik seperti pada waktu ia masih berada di antara mereka. PP 254.1

Tuhan berkata kepadanya: “Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN?” Kepada kata-kata ini ditambahkan pula satu jaminan yang lain tentang pertolongan Ilahi: “Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan.” Tetapi Musa masih tetap membujuk agar dipilih seorang yang lebih sanggup. Alasan-alasan ini pada mulanya datang dari perasaan rendah hati dan malu, tetapi setelah Tuhan berjanji akan meniadakan segala kesulitan itu, dan memberikan kepadanya sukses yang terakhir, maka dalih serta persungutan yang selanjutnya bahwa ia tidak layak menunjukkan bahwa ia tidak percaya kepada Tuhan. Itu menyatakan adanya satu perasaan takut bahwa Allah tidak sanggup untuk melayakkan dia bagi tugas yang besar untuk mana Allah telah memanggil dia atau bahwa Ia telah berbuat satu kesalahan di dalam memilih orang-Nya. PP 254.2

Musa sekarang disuruh untuk menemui Harun, kakaknya yang karena setiap hari menggunakan bahasa Mesir, dapat berkata-kata dengan sempurna dalam bahasa mereka itu. Kepadanya diberitahukan bahwa Harun sedang datang untuk menemui dia. Kata-kata yang berikutnya dari Tuhan merupakan satu perintah yang mendesak: PP 254.3

“Maka engkau harus berbicara kepadanya dan menaruh perkataan itu ke dalam mulutnya; Aku akan menyertai lidahmu dan lidahnya dan mengajarkan kepada kamu apa yang harus kamu lakukan. Ia harus berbicara bagimu kepada bangsa itu, dengan demikian ia akan menjadi penyambung lidahmu dan engkau akan menjadi seperti Allah baginya. Dan bawalah tongkat ini di tanganmu, yang harus kaupakai untuk membuat tanda-tanda mujizat.” Ia tidak lagi dapat menolak perintah ini karena segala alasan dan dalih telah terjawab. PP 254.4

Kamis, 10 Juli

Sunat


Baca Keluaran 4:18-31.Bagaimana kita memahami kisah aneh ini, dan pelajaran apa yang dapat kita ambil darinya?

Selama empat puluh tahun sebagai gambala ia telah lupa akan bahasa Mesir, dan demikian pula akan pendidikan-pendidikan Mesirnya. Walau pun begitu, sebagai gantinya, ia telah belajar untuk merawat dengan baik domba-domba. Oleh karena itu ia telah menghilangkan dari ingatannya pikiran nya untuk sekali kelak melepaskan umat Allah dari perhambaan Mesir mereka. Kemudian terjadilah, bahwa Allah telah melihat dia kuat dan mampu, lalu memerintahkan kepadanya untuk kembali ke Mesir dan untuk membawa pergi dari sana umat-Nya yang bersungut-sungut itu. Saudara ingat bahwa Musa telah menentang melawan pendapat itu dengan alasan, bahwa ia telah gagal pada percobaannya yang pertama, pada masa ia masih muda dan cukup memiliki pengetahuan dan, bahwa pada jam terakhir dari hidupnya ia tidak akan mencobanya lagi, bahwa bahkan ia tidak lagi dapat berbicara dengan bahasa itu. Setelah suatu percakapan yang panjang Allah menyingkirkan semua keberatannya oleh menjanjikan kepadanya untuk memberikan kakaknya Harun kepadanya sebagai juru bahasanya, maka Musa pada akhirnya setuju untuk kembali ke Mesir.

Dalam perjalanan dari Midian, Musa telah menerima satu amaran yang mengherankan dan menggentarkan tentang kemarahan Allah. Seorang malaikat menampakkan diri kepadanya dalam sikap yang mengancam seolah-olah ia dengan segera akan membinasakannya. Tidak ada keterangan yang diberikan; tetapi Musa dapat mengingat bahwa ia telah mengabaikan salah satu dari tuntutan-tuntutan Allah; yaitu dengan menyerah kepada bujukan isterinya, ia telah melalaikan untuk melaksanakan sunat bagi anaknya yang bungsu. Ia telah gagal untuk memenuhi syarat oleh mana anaknya dapat memperoleh hak terhadap berkat-berkat perjanjian Allah dengan Israel; dengan satu kelalaian seperti itu di pihak pemimpin mereka yang terpilih itu akan melemahkan kekuatan peraturan-peraturan ilahi terhadap umatNya. Zippora, merasa takut bahwa suaminya akan dibunuh, telah melaksanakan upacara penyunatan itu oleh dirinya sendiri, dan malaikatpun kemudian mengizinkan Musa untuk melanjutkan perjalanannya. Di dalam tugasnya menghadap Firaun, Musa ditempatkan dalam satu keadaan yang amat berbahaya; hidupnya dapat dipelihara hanya melalui perlindungan malaikatmalaikat suci. Tetapi apabila ia hidup dengan satu kelalaian terhadap tugas yang diketahuinya, ia tidak akan selamat; oleh karena ia tidak dapat dilindungi oleh malaikat-malaikat Allah. PP 255.5

Di dalam masa kepicikan tepat sebelum kedatangan Kristus, orang benar akan dipelihara melalui pelayanan malaikat-malaikat sorga; tetapi tidak akan ada keselamatan bagi orang-orang yang melanggar hukum Allah. Pada saat itu malaikat-malaikat tidak dapat melindungi mereka yang mengabaikan salah satu daripada hukum-hukumNya itu. PP 256.1

Jumat, 11 Juli

Pendalaman

 Perintah ilahi yang diberikan kepada Musa menjadikan dia tidak percaya kepada diri, lambat berkata-kata dan takut. Ia diliputi dengan satu perasaan tidak sanggup untuk menjadi jurubicara Allah kepada Israel. Tetapi sekali setelah menerima tugas itu, ia menjalankannya dengan segenap hati, sambil menaruh segenap pengharapannya di dalam Tuhan. Keagungan tugasnya itu menuntutnya untuk menggunakan segenap pikirannya. Allah memberkati penurutannya itu, dan iapun menjadi seorang yang fasih lidah, berharap dapat menguasai diri, dan layak untuk menjalankan tugas yang terbesar yang pernah diberikan kepada manusia. Ini adalah satu contoh tentang apa yang Allah perbuat untuk menguatkan tabiat mereka yang berharap sepenuhnya kepada Dia, dan menyerahkan diri seluruhnya kepada perintah-Nya. PP 255.1

Seorang manusia akan memperoleh kuasa dan kesanggupan apabila ia menerima tanggung jawab yang diberikan Allah kepadanya, dan dengan segenap jiwanya berusaha untuk menjadikan dirinya layak untuk menjalankan tanggung jawabnya dengan baik. Bagaimanapun rendah kedudukannya atau terbatasnya kesanggupannya, orang itu akan memperoleh keagungan yang sejati bilamana, sambil berharap kepada kekuatan ilahi, berusaha untuk melaksanakan tugasnya dengan setia. Andaikata Musa telah bergantung kepada kekuatan dan kebijaksanaannya sendiri, dan menerima tugas yang besar itu dengan penuh keinginan, maka ia telah membuktikan bahwa ia sama sekali tidak layak untuk tugas itu. Kenyataan bahwa seorang manusia merasakan kelemahannya paling tidak merupakan bukti bahwa ia menyadari kebesaran tugas yang ditetapkan baginya, dan ia akan menjadikan Allah sebagai penasihat dan kekuatannya. PP 255.2