Penindasan: Latar Belakang dan Kelahiran Musa

Pelajaran 1, Triwulan 3, 28 Juni–4 Juli 2025

img rest_in_christ
Bagikan Pelajaran ini
sharethis sharing button
copy sharing button
email sharing button
whatsapp sharing button
facebook sharing button
twitter sharing button
telegram sharing button
messenger sharing button
line sharing button
wechat sharing button
vk sharing button
tencentqq sharing button
weibo sharing button
kakao sharing button
Download PDF

Sabat Sore, 28 Juni

Ayat Hafalan:

“Lama sesudah itu matilah raja Mesir. Tetapi orang Israel masih mengeluh karena perbudakan, dan mereka berseru-seru, sehingga teriak mereka minta tolong karena perbudakan itu sampai kepada Allah. Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub. Maka Allah melihat orang Israel itu, dan Allah memperhatikan mereka.” KJV - Keluaran 2:23-25 


“Orang-orang Mesir, agar dapat memperoleh persediaan makanan bagi diri mereka, telah menjual tanah dan ternak mereka kepada raja dan akhirnya menyerahkan diri kepada perhambaan untuk selama-lamanya. Dengan penuh kebijaksanaan Yusuf telah menyediakan jalan untuk membebaskan mereka; ia mengizinkan mereka untuk menjadi pekerja-pekerja istana, yang mengawasi tanah milik raja, dan setiap tahun harus membayar upeti seperlima dari hasil kerja mereka.” PP 241.1

“Tetapi anak-anak Yakub tidak dituntut untuk mengikuti syarat-syarat seperti itu. Oleh karena pelayanan yang Yusuf telah berikan kepada bangsa Mesir, mereka bukan saja telah diberi sebagian dari pada negeri itu sebagai tempat tinggal mereka, tetapi juga telah dibebaskan dari pajak dan diberi persediaan makanan yang limpah selama berlangsungnya masa kelaparan di negeri itu. Di hadapan umum raja menyatakan bahwa adalah karena campur tangan Allah Yusuf yang penuh rahmat itu sehingga Mesir telah menikmati kelimpahan sementara bangsa-bangsa lainnya binasa oleh karena kelaparan. Ia juga menyaksikan bahwa kepemimpinan Yusuf telah memperkaya kerajaan itu dengan limpah sekali, dan sebagai rasa terima kasihnya membuat keluarga Yakub mendapatkan dukungan kerajaan.” PP 241.2

Minggu, 29 Juni

Umat Allah di Mesir


Bacalah Keluaran 1:1-7. Kebenaran penting apa yang ditemukan di sini?

Tetapi apabila waktu berlalu, orang besar yang kepadanya Mesir berutang banyak, dan rakyat telah menerima berkat dari pekerjaannya, telah mati. Dan “naiklah seorang raja yang baru di Mesir yang tidak mengenal Yusuf.” Bukannya ia tidak mengetahui tentang pelayanan Yusuf kepada bangsa itu, melainkan ia tidak mau mengakuinya, dan ia berusaha untuk sejauh-jauhnya menghapuskannya dari ingatan. “Bangsa Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita. Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan jika terjadi peperangan jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini.” PP 241.3

Bacalah Keluaran 1:8-11. Bagaimana situasi bangsa Israel pada saat Eksodus?

Bangsa Israel telah berkembang menjadi satu bangsa yang besar; mereka “beranak cucu dan tak terbilang jumlahnya; mereka bertambah banyak dan dengan dahsyat berlipat ganda, sehingga negeri itu dipenuhi mereka.” Di bawah asuhan Yusuf yang bersifat memajukan, dan juga karena kebajikan raja yang memerintah pada waktu itu, dengan cepat mereka telah tersebar luas di seluruh negeri itu. Tetapi mereka telah memelihara diri sebagai satu bangsa yang berbeda dan tidak mau membiasakan diri dengan adat ataupun agama orang Mesir; dan jumlah mereka yang bertambah-tambah sekarang telah menimbulkan ketakutan raja serta orang-orang Mesir, jangan-jangan kalau terjadi peperangan mereka ini akan menggabungkan diri dengan musuh-musuh bangsa Mesir. Tetapi peraturan melarang mereka untuk mengusir orang Israel dari dalam negeri mereka. Banyak dari antara orang Israel adalah pekerja-pekerja yang mempunyai pengetahuan serta kesanggupan, dan mereka telah memberikan sumbangan yang besar bagi kekayaan bangsa; raja memerlukan pekerja-pekerja seperti itu untuk membangun istana-istana serta kuil-kuil yang megah. Oleh sebab itu ia telah menggolongkan mereka itu sama dengan orang Mesir yang telah menjual diri serta segala harta milik mereka itu kepada raja. Segera diangkatlah orang-orang yang bertindak sebagai pengurus terhadap mereka, dan mereka pun berada di bawah perhambaan sepenuhnya. “Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu.” “Tetapi makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka.” PP 241.4

Senin, 30 Juni

Latar Belakang Sejarah


Apakah kunci keberhasilan Yusuf yang luar biasa di Mesir setelah awal yang sulit? (Kej. 37:26-28 dan Kej. 39:2, 21)

 Bertahun-tahun sebelum bangsa Israel pergi ke Mesir, Allah dalam pemeliharaan-Nya (Kej. 45:5) mempengaruhi Yakub untuk membuatkan jubah dengan berbagai warna untuk putra bungsunya, Yusuf. Keberpihakan yang kelihatan ini, bersama dengan mimpi Yusuf dan penafsiran ayahnya tentang mimpi itu (Kej. 37:10), memprovokasi saudara-saudaranya yang iri hati untuk menjualnya sebagai budak, untuk dibawa ke Mesir untuk mencegahnya menggantikan mereka dalam hal pengaruh dan kedudukan. Tetapi di Mesir, Tuhan pada waktu-Nya sendiri mengangkatnya ke takhta kerajaan yang kedua di kerajaan itu, kemudian mendatangkan tahun-tahun kelimpahan dan tahun-tahun kelaparan, sebagai sarana untuk memindahkan seluruh keluarga Yakub ke Mesir.

Dalam usaha mereka yang putus asa untuk menyingkirkan Yusuf agar tidak diperintah olehnya, saudara-saudaranya hanya berhasil (dengan membangkitkan potensi Pemelihara yang selalu penuh perhatian) dalam meninggikannya ke takhta administratif Mesir, dan menjatuhkan diri mereka sendiri dalam kehinaan di kakinya. Di sini terdapat bukti nyata bahwa orang yang berusaha mengalahkan maksud-maksud Allah hanya berhasil mengalahkan maksud-maksudnya sendiri dan memajukan maksud-maksud Allah.

Masalah-masalah yang menimpa Yusuf dalam hidupnya sebenarnya adalah untuk kebaikannya dan mempersiapkannya untuk menjadi seorang penafsir mimpi, seorang raja, dan tidak diragukan lagi sebagai ahli ekonomi terhebat yang pernah ada di dunia. Tuhan telah mengamati bahwa Yusuf melakukan segala sesuatu seolah-olah itu adalah miliknya sendiri, dan terlebih lagi, ia selalu sadar bahwa Tuhan adalah Tuannya dan tidak ada yang dapat disembunyikan dari-Nya. Keyakinan inilah yang membuat Yusuf memahami bahwa apa pun yang dilakukan atau dikatakan orang tentang dirinya, hanya Allah yang berkuasa atas hidupnya. Oleh karena itu, dalam kemakmuran dan ketenaran, Yusuf mempertahankan kesetiaan dan integritasnya; dan dalam kesengsaraan, Yusuf tidak membuang-buang waktu untuk menyalahkan orang lain sebagai penyebab masalahnya. Sebaliknya, ia berusaha untuk berperilaku dengan cara yang akan membuat dirinya dipuji bahkan oleh bangsawan, karena tidak mungkin orang Ismael akan menjualnya kepada Potifar jika ia bukan orang yang unggul.

“Maka TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi orang yang makmur, dan ia tinggal di rumah tuannya, orang Mesir itu. Maka dilihat oleh tuannya, bahwa TUHAN menyertai dia, dan bahwa TUHAN membuat segala sesuatu yang dikerjakannya berhasil di tangannya. Maka Yusuf mendapat kasih karunia pada pemandangannya, lalu ia mengabdi kepadanya, dan diangkatnyalah dia menjadi pengawas atas rumahnya, dan segala miliknya diserahkannya ke dalam tangannya .... Dan Yusuf adalah seorang yang baik hati dan elok parasnya." Kejadian 39:2-4, 6. Namun, sekali lagi Yusuf harus mengalami nasib buruk yang tidak dapat ia kendalikan, dan ia pun masuk penjara, namun kepribadiannya yang baik dan kesetiaannya sekali lagi membuatnya bebas, dan bahkan ia dipromosikan untuk menduduki jabatan tertinggi di negeri itu.

Selasa, 1 Juli

Bidan-Bidan Ibrani


Bacalah Keluaran 1:9-21. Apa peran penting bidan-bidan yang setia, dan mengapa mereka dikenang dalam sejarah?

 Raja dan penasihat-penasihatnya mengharapkan bahwa mereka akan dapat menaklukkan orang Israel melalui kerja berat, dan dengan demikian mengurangi jumlah mereka serta menghancurkan semangat mereka untuk menjadi satu bangsa yang merdeka. Gagal melaksanakan maksud mereka itu, mereka mulai menggunakan cara-cara yang lebih kejam lagi. Perintah telah dikeluarkan kepada kaum wanita yang pekerjaannya memberi kesempatan kepada mereka untuk dapat melaksanakannya, yaitu membunuh setiap bayi laki-laki orang Ibrani pada waktu dilahirkan. Setan sendirilah penggerak rencana ini. Ia mengetahui bahwa seorang penebus akan bangkit dari antara orang Israel; dan dengan mendorong raja untuk membinasakan anak-anak Ibrani itu, ia mengharapkan akan dapat menggagalkan rencana Ilahi. Tetapi perempuan-perempuan itu takut akan Allah dan tidak berani melaksanakan perintah yang kejam itu. Tuhan berkenan atas sikap mereka itu, dan Ia telah menjadikan mereka makmur. Raja, yang merasa marah oleh karena gagalnya rencana tersebut, telah menjadikan perintah itu lebih mendesak dan lebih berat lagi. Seluruh bangsa diperintahkan mencari dan membantai korban-korban yang tidak berdaya itu. “Lalu Firaun memberi perintah kepada seluruh rakyatnya: Lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani ke dalam sungai Nil; tetapi segala anak perempuan biarkanlah hidup.” PP 242.1

“Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup.” Keluaran 1:17... “..seorang bernama Sifra dan yang lain bernama Pua.” Ayat 15. Arti dari nama-nama ini adalah: “Keindahan” dan “kemegahan”. Memang benar. Tidaklah mungkin bagi dua orang bidan untuk melayani perempuan yang begitu banyak, tetapi faktanya hanya ada dua orang...

Firaun memerintahkan kepada seluruh rakyatnya, “Lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani ke dalam sungai Nil; tetapi segala anak perempuan biarkanlah hidup.” Keluaran 1:20, 22. Tujuan utama dari rencana Firaun bukanlah untuk mengurangi jumlah penduduknya. Seandainya itu tujuannya, dia seharusnya membunuh perempuan, karena pada masa itu mereka mempraktekkan poligami. Seandainya dia memberikan perintah untuk melemparkan anak-anak perempuan ke sungai, dan menyelamatkan anak-anak laki-laki, dia bisa mencapai tujuannya, dan juga menambah jumlah budaknya karena laki-lakilah yang membuat batu bata. Kita baca dalam buku Patriarchs and Prophets, halaman 242: “Setan sendirilah penggerak rencana ini. Ia mengetahui bahwa seorang penebus akan bangkit dari antara orang Israel; dan dengan mendorong raja untuk membinasakan anak-anak Ibrani itu, ia mengharapkan akan dapat menggagalkan rencana Ilahi.”

Rabu, 2 Juli

Musa Lahir


Bacalah Keluaran 2:1-10. Apakah peran pemeliharaan dan perlindungan Allah dalam kisah kelahiran Musa?

 Sementara perintah ini sedang hangat-hangatnya dilaksanakan, seorang anak laki-laki telah lahir kepada Amran dan Yokhebed, orang-orang Israel yang saleh dari suku bangsa Lewi. Bayi itu “elok rupanya,” dan orangtuanya, merasa yakin bahwa masa kelepasan Israel sudah semakin dekat dan bahwa Allah akan membangkitkan seorang pembebas bagi umat-Nya, telah bertekad tidak akan membiarkan anaknya menjadi korban. Iman kepada Allah menguatkan hati mereka, “mereka tidak takut terhadap perintah raja.” Ibrani 11:23. PP 242.2

Si ibu berhasil menyembunyikan bayinya selama tiga bulan. Kemudian menyadari bahwa ia tidak akan dapat lagi menjaga bayinya dengan aman, ia telah menyediakan sebuah keranjang yang terbuat dari pandan yang tidak tembus air oleh karena dilapisi dengan gala-gala dan ter; dan membaringkannya di dalam keranjang itu, ia menaruh keranjang itu di antara rumput-rumput di tepi sungai. Ia tidak berani tinggal di sana dan menjagainya, karena jangan-jangan hal ini akan menyebabkan kematiannya dan kematian anaknya itu juga; tetapi kakak perempuannya, Miryam, tinggal dekat tempat itu, bersikap seolah-olah tidak mengetahui apa-apa padahal dengan saksama ia memperhatikan apa yang akan terjadi terhadap adiknya yang masih kecil itu. Dan ada juga pengawas-pengawas lainnya. Dengan doa yang sungguh-sungguh si ibu telah menyerahkan bayinya kepada penjagaan Allah; dan malaikat-malaikat, yang tidak kelihatan menaungi tempat terbaringnya bayi itu. Malaikat-malaikat telah menuntun putri Firaun datang ke tempat ini. Rasa ingin tahunya telah timbul ketika ia melihat keranjang yang kecil itu, dan ketika ia melihat bayi manis yang ada di dalamnya, dengan cepat ia dapat membaca cerita yang sebenarnya. Air mata bayi itu telah membangkitkan rasa belas kasihannya, dan rasa simpatinya telah mengajak dia untuk memikirkan ibu yang tidak dikenalnya, yang telah menggunakan cara seperti itu untuk menyelamatkan hidup bayinya yang manis ini. Ia bertekad untuk menyelamatkan bayi manis ini, dan mengangkatnya sebagai anaknya sendiri. PP 243.1

Dengan diam-diam Miryam telah mengamat-amati segala gerak-gerik mereka; dan melihat bahwa bayi itu diperlakukan dengan lemah lembut, ia telah memberanikan diri untuk datang lebih dekat, dan akhimya berkata, “Akan kupanggilkah bagi tuan putri seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan putri?” Dan ia pun diizinkan. PP 243.2

Dengan cepat ia berlari kepada ibunya, dan memberitahukan tentang kabar yang baik itu, dan dengan tidak berlambatan mereka kembali kepada putri Firaun. “Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu,” kata putri itu. PP 243.3

Allah telah mendengar doa-doa ibu itu; imannya telah mendapat pahala. Adalah dengan rasa syukur yang dalam di mana sekarang ia telah menerima tugas yang aman dan membahagiakan itu. Dengan setia ia gunakan kesempatan untuk mendidik anaknya bagi Allah. Ia merasa yakin bahwa anaknya telah diselamatkan untuk melaksanakan satu tugas yang besar, dan ia tahu bahwa dengan segera anak itu harus diserahkan kembali kepada ibunya yang ada di istana, untuk kemudian dikelilingi oleh pengaruh-pengaruh yang cenderung akan memalingkannya dari Allah. Pemikiran ini telah membuat dia lebih tekun dan lebih rajin dalam memberi petunjuk-petunjuk kepada anak ini dibandingkan dengan anak-anaknya yang lain. Dia berusaha untuk menanamkan di dalam pikirannya rasa takut akan Allah, dan kasih akan kebenaran serta keadilan, dan dengan sungguh-sungguh berdoa agar ia dipelihara dari segala pengaruh-pengaruh yang jahat. Dia menunjukkan kepadanya kebodohan dan dosa dari penyembahan berhala, dan mengajar dia semasa kecilnya untuk bersujud serta berdoa kepada Allah yang hidup, satu-satunya yang dapat mendengar dia serta menolongnya dalam keadaan darurat. PP 243.4

Kamis, 3 Juli

Suatu Perubahan Rencana


Baca Keluaran 2:11-25. Peristiwa-peristiwa apakah yang dengan cepat terjadi dan mengubah seluruh arah kehidupan Musa? Pelajaran apa yang dapat kita pelajari dari kisah ini?

Dibesarkan di dalam istana Firaun, ia telah memperoleh pendidikan yang tertinggi yang dunia dapat berikan di waktu itu.Dan karena mengerti bahwa ia adalah satu-satunya yang akan memerdekakan saudara-saudaranya dari perhambaan Mesir, maka ia merasa sangat mampu untuk tugas tersebut. Ia telah mulai untuk melepaskan mereka walaupun ia belum diberitahu untuk berbuat begitu. Ia telah membunuh seorang Mesir, kemudian terlibat dalam sebuah pertikaian dengan salah seorang Ibrani, lalu kemudian lari untuk menyelamatkan dirinya. Demikian itulah, bahwa di Midian ia telah memperoleh suatu pekerjaan, menjadi seorang gembala, lalu kawin dengan putri majikannya. Selama empat puluh tahun sebagai gembala ia telah lupa akan bahasa Mesir, dan demikian pula akan pendidikan-pendidikan Mesirnya. Walaupun begitu, sebagai gantinya, ia telah belajar untuk merawat dengan baik domba-domba. Oleh karena itu ia telah menghilangkan dari ingatannya pikirannya untuk sekali kelak melepaskan umat Allah dari perhambaan Mesir mereka. Kemudian terjadilah, bahwa Allah telah melihat dia kuat dan mampu, lalu memerintahkan kepadanya untuk kembali ke Mesir dan untuk membawa pergi dari sana umat-Nya yang bersungut-sungut itu.

Dengan membunuh orang Mesir itu, Musa telah jatuh ke dalam kesalahan yang sama yang sangat sering diperbuat oleh leluhur-leluhurnya, yaitu melaksanakan dengan tangannya sendiri apa yang telah dijanjikan Allah akan dilakukan-Nya. Bukanlah kehendak Allah untuk melepaskan bangsa itu dengan jalan berperang, sebagaimana yang disangka Musa, melainkan oleh kuasa-Nya yang besar itu, agar supaya kemuliaan itu hanya diberikan kepada-Nya saja. Namun demikian, tindakannya yang kejam itu telah dikendalikan oleh Allah sehingga itu dapat melaksanakan maksud-maksud-Nya. Musa belum siap untuk tugasnya yang besar itu. la masih harus mempelajari pelajaran yang sama tentang iman yang telah diajarkan kepada Abraham dan Yakub – untuk tidak bersandar kepada kekuatan manusia atau kebijaksanaan manusia tetapi kepada kuasa Allah bagi kegenapan janji-janji-Nya. Dan ada juga pelajaran lain yang, di tengah-tengah kesunyian di antara gunung-gunung itu, harus dipelajari oleh Musa. Di dalam sekolah penyangkalan diri serta kesukaran ia harus belajar untuk sabar dan untuk menahan nafsunya. Sebelum ia dapat memerintah dengan bijaksana, ia harus diajar untuk menurut. Hatinya harus selaras dengan Allah sebelum ia dapat mengajarkan pengetahuan tentang kehendak-Nya kepada Israel. Oleh pengalamannya sendiri ia harus dipersiapkan untuk mempraktikkan penjagaannya sebagai seorang ayah terhadap semua orang yang memerlukan pertolongannya. PP 247.3

Manusia tidak akan mau menjalani jangka waktu yang lama yang penuh dengan kesukaran, dan dalam keadaan yang terpencil seperti itu, dan menganggapnya sebagai pemborosan waktu. Tetapi Hikmat Yang Tidak Terbatas itu telah memanggil dia yang akan menjadi pemimpin bangsa-Nya untuk memakai jangka waktu empat puluh tahun itu, di dalam pekerjaan yang rendah sebagai seorang gembala. Kebiasaan untuk menjaga, kebiasaan untuk melupakan diri serta memelihara kawanan dombanya itu, bila dikembangkan, akan menyediakan dirinya untuk menjadi gembala Israel yang berbelas kasihan dan panjang sabar. Tidak ada keuntungan yang dapat diberikan oleh pendidikan manusia yang dapat menjadi pengganti bagi pengalaman ini. PP 247.4

Jumat, 4 Juli

Pendalaman

 Di istana Firaun, Musa menerima latihan sipil dan militer yang tertinggi. Raja telah menetapkan untuk menjadikan cucu angkatnya itu sebagai penggantinya, dan anak muda itu telah dididik untuk pangkat itu. “Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya.” Kisah Para Rasul 7:22. Kesanggupannya sebagai seorang pemimpin dalam ketentaraan telah menjadikan dia sebagai seorang yang disenangi oleh tentara-tentara Mesir, dan oleh orang banyak dianggap sebagai seorang tokoh yang menonjol. Maksud Setan telah digagalkan. Perintah yang sama yang merupakan hukuman mati terhadap anak-anak Ibrani telah diubahkan oleh Allah untuk maksud latihan serta pendidikan calon pemimpin umat-Nya. PP 245.1

Pemimpin-pemimpin orang Israel telah diberitahu oleh malaikat-malaikat bahwa waktu kelepasan mereka sudah dekat, dan bahwa Musa adalah orang yang Allah akan gunakan untuk melaksanakan pekerjaan ini. Malaikat-malaikat memberitahukan kepada Musa bahwa Allah telah memilih dia untuk menghancurkan belenggu penjajahan terhadap umat-Nya. Dengan menyangka bahwa mereka akan memperoleh kebebasan oleh kekuatan senjata, Musa mengharap akan memimpin bangsa Ibrani ini untuk berperang melawan tentara Mesir, dan dengan pandangan ini, ia berhati-hati sekali di dalam membawakan hidupnya, agar jangan di dalam hubungannya yang ada dengan ibu angkatnya itu atau dengan Firaun, ia menjadi tidak bebas untuk melaksanakan kehendak Allah. PP 245.2

“Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak putri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah daripada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar daripada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah.” Ibrani 11:24-26. Musa layak untuk menduduki tempat yang terkemuka di antara orang-orang besar di dunia ini, untuk bersinar-sinar dalam istana kerajaan yang paling megah serta memegang tongkat kekuasaan. Daya pikirnya yang kuat membuat dirinya menonjol di atas orang-orang besar sepanjang zaman. Sebagai sejarawan, sastrawan, filsuf, panglima tentara dan ahli hukum, ia berdiri tanpa bandingan. Namun demikian, sekalipun dunia ada pada jangkauannya, ia mempunyai kekuatan akhlak untuk menolak harapan akan kekayaan, kebesaran dan kemasyhuran, “ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah daripada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa.” PP 245.4