”Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.” KJV- Daniel 7:14
Bagian dari bumi baru itu di mana kaki-kaki orang-orang jahat itu telah berpijak dan telah menajiskannya selama “sementara waktu itu”, akan dibersihkan oleh api yang turun “dari Allah dari dalam surga” yang membakar habis mereka itu berikut segala perbuatannya, sementara orang-orang yang akan mendiami bumi baru itu untuk selama-lamanya akan dilindungi di dalam maupun di sekitar “kota suci itu”. Wahyu 21 : 2.
“Maka mereka itupun naiklah ke tanah yang luas, lalu mengepung tempat tinggal segala orang suci itu berkeliling, serta kota yang dikasihi itu : maka turunlah api dari Allah dari dalam sorga lalu menelan akan mereka itu. Maka Iblis yang menyesatkan mereka itu tercampaklah ke dalam lautan api dan belerang, dimana binatang dan nabi palsu itu berada, maka mereka itu akan terkena siksa siang dan malam selama-lamanya ............ Maka maut dan neraka dicampakkanlah ke dalam lautan api itu. Inilah mati yang kedua itu. Maka barangsiapa yang tidak didapati namanya tertulis di dalam Buku Kehidupan dicampakkan ke dalam lautan api itu.” Wahyu 20 : 9, 10, 14, 15.
Oleh karena bukan hanya Setan, tetapi juga “barangsiapa saja yang tidak didapati namanya tertulis di dalam Buku Kehidupan dicampakkan ke dalam lautan api”, maka api di dalam lautan api ini hanya akan meneruskan pembinasaan yang sama yang akan dilakukan oleh api yang akan turun “dari Allah dari dalam surga”. Wahyu 20:9. Dengan kata lain, sesudah masa seribu tahun itu, api yang turun “dari Allah dari dalam surga”, mengakibatkan “lautan api” (Ayat 10) dan mengakibatkan pemusnahan semua orang berdosa. Dari hal pemusnahan yang terakhir ini, akan diberikan suatu demonstrasi pendahuluan sebelum masa seribu tahun itu apabila binatang dan nabi palsu itu dicampakkan ke dalam “lautan api” -- kubur mereka untuk selama seribu tahun itu. Dan karena api itu tentunya tidak terus menyala selama masa seribu tahun itu, maka kata-kata, “Iblis ........... dicampakkan ke dalam lautan api dan belerang dimana binatang dan nabi palsu itu berada” (Ayat 10) oleh karenanya menunjukkan, bahwa terdapat suatu contoh dan suatu contoh saingan mengenai kebinasaan itu; yaitu lautan api sebelum masa seribu tahun itu merupakan contoh untuk lautan api yang satunya sesudah masa seribu tahun itu.
“Dan aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru; karena langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu.” Api yang membakar orang jahat telah memurnikan bumi. Setiap jejak kutukan disapu bersih. Tidak ada api neraka yang menyala-nyala selamanya yang akan menahan konsekuensi dosa yang mengerikan di hadapan orang yang ditebus.” The Southern Watchman, 14 Maret 1905, paragraf 14.
“Dipulihkannya ke pohon kehidupan di Eden yang telah lama hilang, orang-orang yang ditebus akan “tumbuh” menjadi manusia seutuhnya dalam kemuliaan yang semula. Jejak terakhir kutukan dosa yang masih tersisa akan disingkirkan, dan umat Kristus yang setia akan muncul “dalam keindahan Tuhan Allah kita;” dalam pikiran, jiwa, dan tubuh yang mencerminkan gambar Tuhan mereka yang sempurna. Oh, penebusan yang luar biasa! Telah lama dibicarakan, telah lama diharapkan, direnungkan dengan penuh harap, tetapi tidak pernah sepenuhnya dipahami.” The Southern Watchman, 14 Maret 1905, paragraf 15.
Setelah Adam jatuh ke dalam dosa, apa yang Tuhan katakan kepadanya? – “Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu.”
Namun, apa yang Tuhan katakan? – “Dalam peluh mukamu engkau akan makan rotimu seumur hidupmu, artinya, demi dirimu sendiri engkau akan mengalami kesukaran dalam mencari nafkah, dan engkau harus berdamai dengan hal itu.” Meskipun hal itu bukanlah nasib manusia sebelum ia jatuh ke dalam dosa, itu menjadi nasibnya segera setelah ia dikeluarkan dari Taman Eden, segera setelah ia menerima kutukan itu.
“Tetapi,” engkau bertanya, ”mengapa Allah menghendaki agar kita semua mengalami kesusahan dan penderitaan sebelum kita dibawa kembali ke Eden? Jika Ia ingin membawa kita kembali, mengapa Ia tidak melakukannya sejak awal, pada zaman Adam?”
Seandainya Allah mengizinkan Adam dan Hawa untuk tetap tinggal di dalam Taman Eden setelah mereka jatuh dalam dosa dan terus memiliki akses kepada “pohon kehidupan”, maka Dia akan mengabadikan kehidupan mereka yang penuh dosa dalam keadaan mereka yang berdosa. Betapa mengerikannya hal itu – orang-orang berdosa harus hidup untuk selama-lamanya! Dan seandainya Dia menyelamatkan mereka dan keturunan mereka dari kesengsaraan dan kematian, mereka tidak akan pernah menyadari apa itu hidup dalam dosa, tidak, tidak lebih dari yang dialami si anak yang hilang sebelum ia mengalami kebejatan, kebangkrutan, kerja paksa, dan kemiskinan.
“Tetapi,” engkau berkata, ”Jika Tuhan tidak dapat membawa Adam dan Hawa ke dalam Taman itu sebelum terlebih dahulu melewati kematian dan kebangkitan, apakah Dia harus mengutuk bumi dan membuat mereka mencari makan dengan keringat mereka?” Dan mengapa Dia harus membuat mereka makan roti dalam kesusahan selama 6.000 tahun? – Karena semua orang yang akan masuk ke dalam Kerajaan itu, kembali ke Eden, pertama-tama harus datang kepada diri mereka sendiri seperti yang dilakukan oleh si anak yang hilang, karena semua orang harus disadarkan bahwa segala sesuatu yang jauh dari Taman itu tidak lebih dari makanan babi.
Karena pekerjaan itu penting dan karena pada dasarnya manusia berdosa tidak menyukai pekerjaan, maka duri dan onak diciptakan untuk memaksa mereka bekerja mencari nafkah. Jika kita membiarkan rumput liar yang menjengkelkan itu tumbuh di tanah, dan menghabiskan waktu kita untuk bersenang-senang, rumput liar itu akan menghimpit tanaman, dan kita, seperti si anak yang hilang, akan mengalami kelaparan. Jadi, tidak bekerja, tidak makan. Allah yang mengetahui apa yang terbaik bagi kita telah membuat kita mencari nafkah dengan susah payah, bekerja sepanjang hari dengan sedikit waktu istirahat.
Mereka yang datang kepada diri mereka sendiri, bagi mereka bekerja adalah kesenangan. Hanya orang bodoh yang membenci pekerjaan.
Read Genesis 10:1–12. This is where the Bible introduces a number of key political players found throughout the rest of the Bible, including Nineveh and Babylon. Given what we know about the roles of those cities later on, what can we deduce from these texts?
The beginning of Nimrod’s kingdom was “Babel,” or as it is in the Greek, “Babylon.” His dominion extended over the four cities of the plain; namely, Babylon, Erech, Accad, and Calneh. If the reader will turn to Genesis 10:1-8 and carefully count the persons born from the family of Noah after going out from the ark of the deluge to the birth of Nimrod, it will be noticed that Nimrod is the 26th person born after the flood. The location of the city was in the land of Shinar, as in Genesis 11:2 : “And it came to pass, as they journeyed from the east, that they found a plain in the land of Shinar; and they dwelt there.”
The name Babel (Babylon in Greek) originated at the time the tower of Babel was in building, after which God confounded the multitude by diversity of speech. According to Daniel, the capitol of Babylon stood on the same plain: “And the Lord gave Jehoiakim, king of Judah into his hand [The king of Babylon],… which he carried into the land of Shinar.” (Daniel 1:2) Therefore, Babylon was founded immediately after the flood, perhaps somewhere between 2400 and 2300 B.C., and had reached her height as a universal empire between 400 or 500 B.C. Babylon, in her development, had consumed a period of about 1800 years or more. Certainly no one would think that Babylon made very rapid speed in conquering the ancient world.
“The dwellers on the plain of Shinar disbelieved God's covenant that He would not again bring a flood upon the earth…One object before them in the erection of the tower was to secure their own safety in case of another deluge. By carrying the structure to a much greater height than was reached by the waters of the Flood, they thought to place themselves beyond all possibility of danger. And as they would be able to ascend to the region of the clouds, they hoped to ascertain the cause of the Flood.” Patriarchs and Prophets, page 119, paragraph 1.
Bacalah Kejadian 12:1-9. Mengapa Allah memanggil Abram (kemudian Abraham) keluar dari negeri asalnya?
“Setelah tercerai-berainya manusia dari Babel, kembali penyembahan berhala merajalela hampir di segenap bumi ini, dan Tuhan akhirnya membiarkan orang-orang berdosa yang keras kepala itu mengikuti jalan mereka yang jahat, sementara Ia memilih Abraham, dari garis keturunan Sem, dan menjadikan dia sebagai pemelihara hukum- Nya bagi generasi-generasi mendatang. Abraham telah dibesarkan di tengah-tengah takhayul dan kekafiran. Bahkan rumah tangga bapanya, yang olehnya pengetahuan akan Allah telah dipelihara, menyerah kepada pengaruh-pengaruh yang menyesatkan yang ada di sekeliling mereka, dan mereka “melayani dewa-dewa lain” gantinya Tuhan. Tetapi iman yang benar tidak dibiarkan untuk jadi musnah. Tuhan selalu memelihara satu umat yang sisa untuk melayani Dia. Adam, Set, Henokh, Metusalah, Nuh, Sem dalam satu garis yang tak terputus, dari zaman ke zaman telah memelihara kenyataan-kenyataan yang berharga dari kehendak-Nya. Anak Terah telah menjadi pewaris harta yang suci itu. Penyembahan berhala menggodanya dari segala penjuru, tetapi tidak berhasil. Setia di antara orang-orang yang tidak setia, tak ternoda oleh kemurtadan yang tengah merajalela, ia berpegang teguh kepada penyembahan kepada satu Allah yang benar. “TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan.” Mazmur 145:18. la menyampaikan kehendak-Nya kepada Abraham, dan memberikan kepadanya satu pengetahuan yang jelas akan tuntutan-tuntutan hukum-Nya, dan tentang keselamatan yang akan dicapai melalui Kristus.” Patriarchs and Prophets, page 125, paragraph 1.
Kita semua tahu kisahnya, bahwa ketika Tuhan memanggil Abraham untuk meninggalkan negerinya dan pergi ke negeri yang tidak dikenalnya, Tuhan berjanji untuk memberinya seorang anak laki-laki. Sekitar dua puluh lima tahun berlalu dan kedatangan seorang anak laki-laki belum juga terlihat. Sarah pada saat itu berusia sekitar sembilan puluh tahun (Kejadian 17:17). Selama tahun-tahun penantian Abraham dan Sarah untuk mendapatkan seorang anak laki-laki, Hagar menjadi istri Abraham dan melalui Hagar, Ismael lahir. Oleh karena itu, Sarah adalah wanita yang ditinggalkan (disisihkan), dan Hagar adalah wanita yang memiliki suami. Oleh karena itu, Yesaya 54:1 secara kiasan berbicara tentang kedua wanita ini dan anak-anak mereka.
Bacalah Ulangan 4:5-9. Apa yang Tuhan katakan kepada anak-anak Abraham, bangsa yang telah menjadi penggenapan dari janji yang telah Allah berikan kepada Abraham?
“Anak-anak Israel harus menduduki seluruh wilayah yang telah ditetapkan Allah kepada mereka. Bangsa-bangsa yang menolak berbakti dan melayani Allah yang benar, harus diusir. Tetapi adalah merupakan maksud Allah bahwa dengan pernyataan tabiat-Nya melalui bangsa Israel manusia akan ditarik kepada-Nya. Undangan Injil harus disampaikan ke seluruh dunia. Melalui pengajaran dari hal upacara persembahan korban, Kristus harus ditinggikan di hadapan bangsa-bangsa dan semua orang yang akan memandang kepada-Nya akan hidup. Semua orang, seperti Rahab orang Kanaan, dan Rut orang Moab, berpaling dari penyembahan berhala kepada penyembahan Allah yang benar, harus menyatukan dirinya dengan umat pilihan-Nya. Karena jumlah bangsa Israel bertambah banyak, mereka harus memperluas daerahnya sampai kerajaannya melingkupi seluruh dunia. Christ’s Object Lessons, page 290, paragraph 1.
“Yang direncanakan Allah untuk dilakukan bagi dunia melalui Israel, bangsa pilihan itu, akhirnya Ia akan selesaikan melalui gereja-Nya di bumi sekarang ini. Ia telah membiarkan kebun anggurnya “disewakan kepada penggarap-penggarap lain,” yaitu kepada umat yang memelihara perjanjian-Nya, yang dengan setia “menyerahkan hasilnya kepada-Nya pada waktunya.” Belum pernah Tuhan tanpa wakil-wakil yang benar di bumi ini yang telah menjadikan perhatian-Nya menjadi milik mereka. Saksi-saksi bagi Allah banyak jumlahnya di antara Israel rohani, dan kepada mereka akan digenapkan segala perjanjian yang dijanjikan oleh Yehova kepada umat-Nya dahulu kala.” Prophets and Kings, page 713, paragraph 1.
Bacalah 1 Samuel 8:4-18. Menurut Anda, mengapa para tua-tua menganggap ide tentang seorang raja itu menarik? Dengan cara apa kita menjadi sasaran pencobaan yang sama?
“Di bawah kepemimpinan Samuel, bangsa itu menjadi makmur, ketertiban dipulihkan, kesalehan dijunjung tinggi, dan semangat ketidakpuasan ditertibkan. Namun, seiring bertambahnya usia, sang nabi menunjuk kedua putranya untuk menjadi asistennya. Kedua pemuda itu ditempatkan di Bersyeba untuk menegakkan keadilan di antara orang-orang di dekat perbatasan selatan negeri itu. From Eternity Past, page 437, paragraph 4.
“Mereka tidak membuktikan diri mereka layak, tetapi ‘berpaling setelah mendapat keuntungan, dan menerima suap, dan memutarbalikkan keadilan’.” Mereka tidak meniru kehidupan ayah mereka yang murni dan tidak mementingkan diri sendiri. Dia terlalu memanjakan anak-anaknya, dan hasilnya terlihat dalam karakter mereka. From Eternity Past, page 438, paragraph 1.
“Dengan demikian, sebuah dalih diberikan untuk mendesak perubahan yang telah lama diinginkan secara diam-diam. “Berkumpullah semua tua-tua Israel, lalu datanglah mereka kepada Samuel di Rama dan berkata kepadanya: “Sesungguhnya engkau sudah tua dan anak-anakmu tidak hidup menurut jalanmu, maka sekarang angkatlah bagi kami seorang raja yang akan memerintah atas kami sama seperti bangsa-bangsa lain.” Seandainya ia mengetahui jalan hidup anak-anaknya yang jahat, ia pasti akan segera menyingkirkan mereka, tetapi bukan itu yang diinginkan oleh para pemohon. Samuel melihat bahwa motif mereka yang sebenarnya adalah ketidakpuasan dan kesombongan. Tidak ada satu pun keluhan yang diajukan terhadap Samuel. Semua orang mengakui integritas dan kebijaksanaan pemerintahannya. Nabi yang sudah lanjut usia ini tidak mengucapkan sanggahan, tetapi membawa masalah ini kepada Tuhan dalam doa dan meminta nasihat dari-Nya.” From Eternity Past, page 438, paragraph 2.
“Seperti semua bangsa lain.” Bangsa Israel tidak menyadari bahwa dalam hal ini, menjadi berbeda dengan bangsa-bangsa lain merupakan suatu keistimewaan dan berkat yang istimewa. Allah telah memisahkan bangsa Israel dari bangsa-bangsa lain, untuk menjadikan mereka harta milik-Nya yang istimewa. Tetapi mereka, dengan mengabaikan kehormatan yang tinggi ini, dengan penuh semangat ingin meniru teladan bangsa-bangsa lain! Dan kerinduan untuk menyesuaikan diri dengan praktik-praktik dan adat istiadat duniawi masih ada di antara orang-orang yang mengaku umat Allah. Ketika mereka menjauh dari Tuhan, mereka menjadi berambisi untuk mendapatkan keuntungan dan kehormatan dunia. Orang-orang Kristen terus-menerus berusaha untuk meniru praktik-praktik mereka yang menyembah ilah dunia ini. Banyak yang mendesak bahwa dengan bersatu dengan orang-orang dunia dan menyesuaikan diri dengan adat istiadat mereka, mereka dapat memberikan pengaruh yang lebih kuat terhadap orang-orang fasik. Tetapi semua yang mengikuti jalan ini dengan demikian terpisah dari Sumber kekuatan mereka. Menjadi sahabat-sahabat dunia, mereka adalah musuh-musuh Allah. Demi perbedaan duniawi, mereka mengorbankan kehormatan yang tak terkatakan yang telah Allah berikan kepada mereka, yaitu untuk menyatakan pujian kepada Dia yang telah memanggil kita keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib. 1 Petrus 2:9. Patriarchs and Prophets, page 607, paragraph 2.
Bacalah Matius 20:25-28. Kesalahan apakah yang diperingatkan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya untuk dihindari dalam membangun pekerjaan gereja Kristen?
“Akan ada perbedaan antara kerajaan-Nya dan kerajaan-kerajaan dunia. “Pemimpin-pemimpin bangsa-bangsa lain” adalah orang-orang yang ambisius, dan mencari kedudukan dan kekuasaan; tetapi tindakan mereka dalam hal ini adalah hasil dari gagasan-gagasan palsu tentang kebesaran dan kesombongan hati manusia. Di antara murid-murid Kristus, keadaan yang sama sekali berbeda harus ada. Seseorang tidak boleh bercita-cita untuk berkuasa atas saudara-saudaranya, dan berusaha untuk menjadi penguasa atas warisan Allah. The Signs of the Times, January 15, 1885, paragraph 8.
“‘Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.’ Dia, Guru mereka, telah memberikan teladan kepada mereka untuk tidak mementingkan diri sendiri bagi orang lain. Dia adalah Tuhan atas Surga, dan para malaikat menaati firman-Nya; namun Dia merendahkan diri-Nya sendiri untuk mengambil kelemahan dan kekurangan sifat manusia, untuk hidup sebagai teladan manusia dan mati sebagai korban. Ketika berada di bumi, Dia tidak memilih untuk dirinya sendiri kekayaan dan kehormatan dan pergaulan yang menyenangkan; tetapi hidup-Nya dihabiskan di antara para petani yang rendah hati dalam melayani kebutuhan orang-orang yang membutuhkan dan menderita. Dia tidak menghindar dari kontak dengan mereka yang paling hina dan berdosa; dia memberitakan kabar baik tentang pengampunan dan perdamaian kepada semua orang yang mau menerimanya dengan syarat-syarat yang murah hati dan bebas dari Surga. Dan dalam pelayanan mereka, murid-murid harus mengikuti teladan-Nya. The Signs of the Times, January 15, 1885, paragraph 9
Pelajaran besar yang Yesus ajarkan pada kesempatan-kesempatan ini diungkapkan oleh rasul Paulus: “Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain dengan kasih persaudaraan, dengan mengutamakan yang seorang atas yang lain.” Para murid berada di sekolah di mana Kristus menjadi guru; dan mereka yang mau melihat kekurangan mereka sendiri, dan ingin memperbaiki karakter mereka, memiliki banyak kesempatan. Mereka terus-menerus menerima baris demi baris, ajaran demi ajaran, yang menunjukkan kepada mereka bahwa kelemahlembutan, kerendahan hati, dan kasih sangat penting bagi pertumbuhan dalam kasih karunia, dan bagi kesesuaian untuk pekerjaan yang akan segera mereka masuki. The Signs of the Times, January 15, 1885, paragraph 10
Apakah yang diajarkan ayat-ayat berikut ini kepada kita tentang peran yang Allah maksudkan bagi umat-Nya di dunia ini? Bagaimanakah kita dapat menerapkan prinsip-prinsip ini pada diri kita sendiri?
(a) Numbers 14:17–21- “Tuhan masih bekerja dalam satu cara yang sama untuk mempermuliakan namaNya, dengan menuntun mereka untuk mengakui keadilanNya. Apabila mereka yang mengaku cinta kepadaNya bersungut-sungut kepada pimpinanNya, mencemoohkan janji-janjiNya, dan menyerah kepada pencobaan, bersatu dengan malaikat-malaikat jahat untuk menggagalkan maksud Allah, maka sering Tuhan mengatur keadaan itu sedemikian rupa sehingga orangorang ini, sekalipun mereka tidak mempunyai pertobatan yang sejati, mereka akan diyakinkan akan dosa mereka, dan akan dipaksa mengakui kejahatan hidup mereka, dan keadilan serta kebajikan Allah dalam perlakuanNya terhadap mereka. Demikianlah caranya Allah menyatakan pekerjaan kegelapan itu. Dan sekalipun roh yang telah mendorong mereka untuk berbuat jahat itu tidak diubahkan secara radikal, pengakuan diadakan yang akan membenarkan kehormatan Allah dan membenarkan orang-orang yang telah menempelak bangsa itu, yang telah menentang dan menyalah-tafsirkan mereka. Demikian pula akan terjadi bilamana murka Allah akan diturunkan pada akhirnya. Apabila Tuhan “datang dengan berpuluh-puluh ribu orang sucinya hendak memutuskan hukumNya atas orang sekalian,” Ia juga akan “meyakinkan orang jahat di antara mereka itu akan kejahatan-kejahatan mereka.” Yehuda 14, 15. Setiap orang berdosa akan dituntun melihat dan mengakui keadilan hukuman yang dijatuhkan ke atas diri mereka.” Patriarchs and Prophets, page 393, paragraph 1.
(b) Yesaya 42:6 - Dengan perkataan lain, mereka ( yang berasal dari Israel ) yang memberitakan pekabaran pemeteraian mereka yang 144.000 itu kepada sidang, akan juga kelak memberitakan kemuliaan Allah di antara segala bangsa Kapir, sehingga demikianlah keselamatan-Nya akan sampai ke seluruh ujung bumi, lalu “menghantarkan semua saudara (mereka) bagi suatu persembahan kepada Tuhan keluar dari segala bangsa.” Yesaya 66:19-20
Yesaya 49:6 - Alkitab ini memiliki contohnya sewaktu para Rasul pada akhirnya diperintahkan untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa Kapri sama seperti juga kepada orang - orang Yahudi. Kini untuk membangkitkan semua suku Yakub itu, ialah pertama - tama membangkitkan buah - buah pertama, yaitu 144.000 orang itu - 12.000 dari masing - masing suku bangsa Israel ( Wahyu 7:3 ). Kemudian, untuk menjadi terang dan selamat kepada seluruh hujung bumi, berarti bahwa hamba- hamba Allah akhir zaman ini akan menyelesaikan pekerjaan Injil, akan menkhotbahkan Injil Kerajaan kepada seluruh dunia untuk menjadi saksi kepada segala bangsa, dan dengan demikian datanglah kesudahan ( Matius 24:14).
Oleh sebab itu adalah hak istimewa kita bukan saja membawakan Terang Allah kepada Organisasi gereja dimana terdapat “buah - buah pertama ( mereka yang 144.000 - Wahyu 14:4 ) hasil penuaian rohani yang besar itu berada, melainkaa juga untuk membawakan terang yang sama kepada buah-buah kedua, yaitu kepada jumlah besar orang- orang yang akan dikumpulkan keluar dari segala bangsa, yaitu jumlah besar yang tak seorangpun dapat menghitungnya ( Wahyu 7:9 ).
Orang-orang yang diberi hak kewajiban yang sedemikian ini seperti yang Allah sendiri buktikan adalah keturunan - keturunan dari Yakub, yaitu “suku-suku bangsa Israel yang hilang itu” yang kini sedang datang kepada terang.
Yesaya 60:3 - Kita sekarang adalah umat yang tergelap di dalam dunia ini, namun hari itu sudah sampai disini dalam mana kita akan sangat dikenal. Di sinilah janji yang pasti, bahwa jika kita sekarang bangun daripada duduk-duduk lalu berusaha untuk mencapai tujuan yang telah digariskan Allah bagi kita, maka hasilnya kelak orang - orang Kapir akan datang kepada terang kita dan raja - raja akan datang kepada cahaya yang sudah terbit dari kemunculan kita. Inilah hari penerimaan bagimu.
(c) Wahyu 18:1-4 - Seruan Keras
“Saya melihat malaikat-malaikat bergegas-gegas hilir mudik di sorga, turun ke bumi, dan kembali naik ke sorga, mengadakan persiapan untuk kegenapan beberapa kejadian penting. Kemudian saya melihat malaikat hebat yang lain diperintahkan supaya turun ke bumi, untuk menyatukan suaranya dengan malaikat ketiga dan memberi kuasa dan kekuatan pada pekabarannya. Kuasa dan kemuliaan besar diberikan kepada malaikat itu, dan ketika ia turun, maka bumipun teranglah dengan kemuliaannya. Terang yang menyertai malaikat ini menembus kemana - mana, ketika ia berseru dengan dahsyat, dengan suara nyaring, “Sudah rubuh, sudah rubuh Babel, kota besar itu, dan ia telah menjadi tempat kediaman roh-roh jahat, dan tempat bersembunyi semua roh najis dan tempat bersembunyi segala burung yang najis dan yang dibenci.” Pekabaran tentang kejatuhan Babel, sebagaimana yang diberikan oleh malaikat yang kedua, diulangi kembali dengan tambahan yang menyebutkan kejahatan yang telah masuk dalam gereja - gereja sejak tahun 1844. Pekerjaan malaikat ini datang pada saat yang tepat untuk bergabung dalam pekerjaan besar terakhir pekabaran malaikat yang ketiga ketika pekabaran itu berkembang menjadi seruan keras. Maka dengan demikian umat Allah dipersiapkan untuk berdiri pada saat pencobaan, yang tidak lama lagi mereka akan hadapi. Saa melihat suatu terang besar berada di atas mereka, dan mereka bersatu dengan tiada gentar memberitakan pekabaran malaikat yang ketiga. Early Writings, page 277, paragraph 1.
“Malaikat - malaikat disuruh untuk membantu malaikat yang hebat dari sorga itu, dan saya mendengar suara - suara yang terdengar dimana - mana, “Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah daripadanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka - malapetakanya. Sebab dosa - dosanya telah bertimbun-timbun sampai ke langit, dan Allah telah mengingat segala kejahatannya.” Tampaknya pekabaran ini merupakan tambahan pada pekabaran yang ketiga, menggabungkannya sebagai seruan tengah malam yang menyertai pekabaran malaikat yang kedua pada tahun 1844. Kemuliaan Allah berdiam pada orang - orang kudus yang sabar menunggu, dan mereka dengan tidada gentar menyampaikan amaran khidmat yang terakhir, memberitakan kejatuhan Babel dan panggilan terhadap umat Allah supaya keluar dari dalamnya agar mereka boleh terlepas dari malapetaka - malapetakanya. Early Writings, page 277, paragraph 1.
Pelajaran Sabat sore membahas tentang kejatuhan orang tua pertama kita, urutan-urutan pemerintahan duniawi dan percobaan manusia untuk mengendalikan bumi. Pelajaran ini menunjukkan kemenangan pemerintahan Allah dalam kitab Wahyu dan solusi akhir dari kesengsaraan dan malapetaka manusia.
Pelajaran hari Minggu membahas tentang pengusiran Adam dan Hawa dari Taman Eden dan generasi-generasi yang mengikutinya, hingga kemunculan Babel, kerajaan terpanjang yang pernah ada di Bumi.
Pelajaran hari Senin membahas tentang panggilan Abraham dari tengah-tengah bangsa penyembah berhala untuk melayani Tuhan dan menjadi wakil-Nya di dunia. Demikian pula, pelajaran ini menunjuk pada panggilan Israel, umat Allah, untuk memberitakan jalan-jalan-Nya dan menyatakan kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa. Kegagalan Israel kuno tidak akan menghalangi rencana Allah. “Apa yang Allah rencanakan untuk dilakukan bagi dunia melalui Israel, bangsa yang terpilih, pada akhirnya akan Dia selesaikan melalui gereja-Nya di bumi saat ini.” Prophets and Kings, page 713, paragraph 1.
Pelajaran hari Selasa menyebutkan bahwa bangsa Israel kuno ingin menjadi seperti bangsa-bangsa lain dalam permintaan mereka akan seorang raja. Hal ini menunjukkan ketidakpuasan mereka terhadap Allah sebagai pemimpin mereka dan ketertarikan mereka terhadap hal-hal duniawi. Kita hari ini diperingatkan untuk tidak mengulangi kesalahan mereka.
Pelajaran hari Rabu membahas tentang para penguasa bangsa-bangsa lain. Pelajaran ini membandingkan pemerintahan mereka yang mementingkan diri sendiri dengan pemerintahan Allah yang benar dan memperingatkan kita untuk tidak mendirikan organisasi gereja berdasarkan prinsip-prinsip duniawi.
Pelajaran hari Kamis menutup pelajaran minggu ini dengan kita dipanggil untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa lain, untuk menyatakan kemuliaan Allah. Pekerjaan ini akan digenapi pada akhirnya ketika Allah memeteraikan 144.000 buah-buah pertama (Wahyu 7:1-4, Wahyu 14:1, 4, 5) dan mengumpulkan rombongan besar orang banyak, yaitu buah-buah kedua (Wahyu 7:9) dari segala bangsa.