Dan mereka berkata kepada perempuan itu: "Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia." KJV - Yohanes 4:42
Bangsa Yahudi dan bangsa Samaria bermusuhan keras dan sedapat mungkin mereka menghindarkan segala hubungan satu dengan yang lain. Berjual beli dengan orang Samaria dalam keadaan perlu dianggap sah oleh rabi-rabi; tetapi semua urusan sosial dengan mereka dilarang. Seorang Yahudi tidak mau meminjam dari orang Samaria, ataupun menerima sesuatu kebaikan bahkan sesuap roti atau secangkir air sekalipun. Dalam membeli makanan itu, murid-murid bertindak sesuai dengan adat bangsa mereka. Tetapi mereka tidak berbuat lebih dari itu. Meminta pertolongan dari orang Samaria, atau dengan cara apa pun berusaha menolong mereka, hal ini tidak masuk akal bahkan bagi murid-murid Kristus sekalipun. DA 183.2
Perbedaan besar antara orang Yahudi dan orang Samaria adalah perbedaan dalam kepercayaan agama, sebuah pertanyaan apa yang merupakan penyembahan yang benar. Orang Farisi tidak akan mengatakan hal yang baik tentang orang Samaria, tetapi mengutuk mereka dengan sangat kejam… Dan ketika orang Yahudi dipenuhi dengan kebencian yang begitu mendalam terhadap Kristus sehingga mereka bangkit untuk melempariNya dengan batu di bait suci, mereka tidak dapat menemukan kata-kata yang lebih baik untuk mengungkapkan kebencian mereka selain, “Bukankah benar kalau kami katakan, bahwa Engkau orang Samaria dan kerasukan setan?” Yohanes 8:48. Namun, imam dan orang Lewi mengabaikan pekerjaan yang telah diperintahkan Tuhan kepada mereka, meninggalkan orang Samaria yang dibenci dan dihina itu melayani salah satu orang yang sebangsa dengan mereka sendiri. COL 380.3
Bacalah Yohanes 4:1-4. Apakah latar belakang masalah yang membawa Yesus ke Samaria?
Dalam perjalanan ke Galilea Yesus berjalan melalui Samaria. Kira-kira tengah hari tibalah Ia di lembah Sikhem yang permai. Begitu memasuki lembah ini, karena sudah letih dari perjalanan-Nya, duduklah Ia di sini untuk beristirahat sementara murid-murid-Nya pergi membeli makanan. DA 183.1
Sedang Yesus duduk di pinggir sumur itu, Ia merasa lemas karena lapar dan haus. Sudah jauh sekali perjalanan yang ditempuh sejak paginya, dan sekarang teriknya panas matahari siang hari sedang menimpa Dia. Dahaga-Nya semakin terasa mengingat air sejuk dan menyegarkan yang begitu dekat, namun yang tidak dapat diperoleh-Nya; sebab Ia tidak punya tali ataupun timba, sedangkan sumur itu dalam. Ia menderita nasib manusia, maka dinantikan-Nyalah orang datang menimba air. DA 183.3
Bacalah Yohanes 4:5-9. Bagaimana Yesus menggunakan kesempatan ini untuk membuka dialog dengan perempuan di sumur?
Wanita itu melihat bahwa Yesus adalah seorang Yahudi. Dalam keheranannya ia lupa mengabulkan permintaan-Nya itu, tetapi berusaha mempelajari sebab-sebab permintaan itu. “Masakan Engkau,” sahutnya, “Seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” DA 184.1
Yesus menjawab, “Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! Niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.” Engkau heran mengapa Aku meminta dari padamu pertolongan yang begitu kecil yaitu seteguk air dari sumur yang di kaki kita ini. Sekiranya engkau meminta dari pada-Ku, maka Aku tentu memberi kepadamu air hidup yang kekal. DA 184.2
Wanita itu belum mengerti akan ucapan Kristus itu, akan tetapi ia merasakan maknanya yang dalam. Caranya yang menganggap remeh dan menantang itu pun mulailah berubah. Karena menyangka bahwa Yesus berbicara tentang sumur yang di depan mereka, ia pun berkata, “Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? Adakah Engkau lebih besar daripada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya?” Ia melihat di depannya hanya seorang pengembara yang kehausan, letih dari perjalanan dan penuh debu. Dalam pikirannya dibandingkannya Dia dengan Yakub, nenek moyang yang terhormat itu…” DA 184.3
Bacalah Yohanes 4:7-15. Bagaimana Yesus menggunakan pertemuan ini untuk mulai bersaksi kepada perempuan ini?
Yesus tidak segera menjawab pertanyaan yang mengenai diri-Nya itu, tetapi dengan kesungguhan yang tekun Ia berkata, “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam hatinya yang terus menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” DA 187.1
Orang yang berusaha memuaskan dahaganya pada mata air dunia ini, akan minum hanya untuk kemudian haus lagi. Di mana-mana manusia tidak merasa puas. Mereka itu senantiasa menginginkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan jiwa. Hanya Seseorang yang dapat memenuhi kebutuhan itu. Kebutuhan dunia ini, “Kerinduan segala bangsa,” ialah Kristus. Rahmat Ilahi yang dapat dikaruniakan hanya oleh-Nya sendiri, adalah seperti air hidup yang menyucikan, menyegarkan, serta menguatkan jiwa. DA 187.2
Yesus tidak mengemukakan pendapat bahwa hanya seteguk air hidup saja akan memuaskan dahaga sipenerima itu. Orang yang mengecap kasih Kristus pasti akan selalu merindukan lebih banyak lagi; tetapi ia tidak mencari apa-apa lagi selain itu. Kekayaan, kehormatan, dan kesenangan dunia ini tidak menarik hatinya lagi. Seruan yang tetap dari hatinya ialah, “Lebih banyak yang dari pada-Mu.” Maka Dia yang menyatakan kepada jiwa tentang kebutuhannya, menanti untuk memuaskan lapar dan dahaganya. Setiap sumber dan andalan manusia akan gagal. Segala tempat cadangan air akan menjadi kosong, dan segala kolam akan menjadi kering; akan tetapi Juruselamat kita adalah suatu mata air yang tak akan kering. Kita boleh minum, dan minum lagi, dan selamanya mendapat persediaan yang segar. Ia yang di dalamnya Kristus bersemayam, memiliki di dalam dirinya sendiri mata air berkat, – “yang terus menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” Dari sumber ini ia dapat menimba tenaga dan rahmat yang cukup untuk segala keperluannya. DA 187.3
Apakah latar belakang Perjanjian Lama dari pernyataan Yesus tentang air hidup (Yeremia 2:13, Zakharia 14:8)?
Di Timur, air disebut pemberian Allah. Menawarkan air minum kepada seorang pengembara yang haus dianggap sebagai suatu kewajiban yang begitu suci sehingga orang Arab di padang belantara mau menyimpang dari perjalanannya agar dapat melakukannya. Kebencian antara orang Yahudi dan orang Samaria mencegahkan wanita itu dari menawarkan sesuatu kebajikan kepada Yesus; tetapi Juruselamat sedang berusaha hendak mendapatkan kunci hati wanita itu, dan dengan kecerdikan yang lahir dari kasih Ilahi, Ia meminta pertolongan, bukan menawarkannya. Tawaran kebajikan mungkin akan ditolak; tetapi percaya menggugah percaya. Raja surga datang kepada jiwa yang terbuang ini, memohonkan layanan dari padanya. Dia yang menjadikan laut, yang mengendalikan samudera luas lepas, yang membuka segala mata air dan saluran di bumi ini, beristirahat dari kepenatan-Nya di sumur Yakub, dan bergantung pada kemurahan hati seorang yang tidak dikenal untuk pemberian secangkir air minum saja. DA 183.4
Bagaimanakah Yehezkiel 36:25-27 mencerminkan kebenaran yang ingin disampaikan Yesus kepada Nikodemus dan perempuan di sumur?
Adalah tidak mudah bagi kita dengan begitu saja melewati ayat-ayat Alkitab ini seperti yang kita dan Organisasi pernah lakukan sampai sekarang. Kita semua harus dengan teliti mencatat, bahwa Tuhan hendak mengkuduskan diri-Nya sendiri dengan cara mengambil orang-orang pilihan-Nya keluar dari antara bangsa-bangsa Kapir, dan keluar dari semua negeri, lalu menghantarkan mereka itu ke dalam tanah airnya sendiri, yaitu ke negeri nenek moyang mereka. “Kemudian”, setelah mereka kembali ke dalam tanah nenek moyangnya, demikianlah Injil mengatakan, Ia akan memercikkan air bersih ke atas mereka, lalu dengan sedemikian itu mereka akan menjadi suci dari semua kekotoran mereka dan dari semua berhala mereka. Kemudian di sana mereka akan dikaruniakan suatu hati yang baru, dan suatu roh yang baru, dan mereka akan dibuat berjalan dalam syariat-syariat Allah dan memeliharakan hukum-hukum-Nya.
Di sini diberitahu bahwa pembersihan terakhir dari orang-orang suci itu, yaitu penyucian yang menyingkirkan semua tanda dosa, dilaksanakan sesudah Allah mengambil umat-Nya dari antara bangsa-bangsa kapir dan dari semua negeri, lalu membawa mereka itu ke dalam negerinya sendiri.
Bacalah Yohanes 4:16. Bagaimana Yesus menanggapi permintaan perempuan itu?
“Ketika Yesus berbicara tentang air hidup itu, wanita itu memandang kepada-Nya dengan perhatian yang penuh kekaguman. Ia telah membangkitkan perhatian wanita itu, serta menyadarkan suatu kerinduan untuk memperoleh karunia yang dikatakan-Nya itu. Wanita itu mengerti bahwa bukannya air sumur Yakub itu yang dibicarakan-Nya; sebab air sumur ini selalu dipakainya, diminumnya, dan haus kembali. “Tuhan,” katanya: “Berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air.” DA 187.4
Kini Yesus dengan mendadak mengalihkan pembicaraan itu. Sebelum jiwa ini dapat menerima karunia yang hendak dianugerahkan-Nya itu, ia harus diajar dulu untuk mengenal dosanya dan Juruselamatnya. Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, panggilah suamimu dan datang ke sini. Kata perempuan itu: Aku tidak mempunyai suami.” Dengan demikian ia berharap untuk menghindari semua pertanyaan ke arah itu. Tetapi Juruselamat melanjutkan, “Engkau telah berkata dengan tepat, Aku tidak bersuami, karena engkau telah memiliki lima suami, dan dia yang sekarang bersamamu bukanlah suamimu, dan dalam hal ini engkau berkata dengan benar.” DA 187.5
Bacalah Yohanes 4:16-24. Apa yang Yesus lakukan untuk menunjukkan kepada wanita ini bahwa Dia mengetahui rahasia terdalamnya, dan bagaimana tanggapannya?
Dengan sabarnya Yesus membiarkan dia menuntun percakapan itu sekehendak hatinya. Sementara itu dinantikan-Nya kesempatan untuk menjelaskan kebenaran itu dalam hatinya. “Nenek moyang kami beribadah di gunung ini,” kata perempuan itu, ”tetapi kamu berkata bahwa di Yerusalem adalah tempat di mana orang harus beribadah.” Gunung Gerizim nampak dari tempat itu. Bait Sucinya sudah dimusnahkan, dan hanya mezbahnya yang masih ada. Tempat sembahyang itu telah menjadi pokok perbantahan antara orang Yahudi dan orang Samaria. Beberapa dari nenek moyang bangsa Samaria dulu pernah termasuk bangsa Israel; tetapi karena dosa-dosanya, Tuhan membiarkan mereka dikalahkan oleh sesuatu bangsa penyembah berhala. Turun temurun mereka bercampur gaul dengan para penyembah berhala, yang agamanya berangsur-angsur menajiskan agama mereka sendiri. Memang mereka percaya bahwa berhala-berhala mereka hanyalah untuk mengingatkan mereka tentang Allah yang hidup, Pemerintah alam semesta; namun orang terpengaruh untuk menghormati patung-patung ukiran mereka itu. DA 188.2
Untuk menjawab pertanyaan wanita itu, Yesus berkata, “Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.” Yesus telah menunjukkan bahwa Ia bebas dari prasangka bangsa Yahudi terhadap bangsa Samaria. Sekarang la berusaha hendak merubuhkan prasangka wanita Samaria itu terhadap orang Yahudi. Sementara menunjuk kepada kenyataan bahwa iman bangsa Samaria sudah dinajiskan oleh penyembahan berhala, Ia mengatakan bahwa kebenaran-kebenaran utama tentang penebusan telah diamanatkan kepada bangsa Yahudi, dan bahwa dari antara mereka itulah Mesias akan datang. Dalam Tulisan-tulisan Suci mereka mendapat keterangan yang jelas tentang tabiat Allah dan asas-asas pemerintahan-Nya. Yesus menggolongkan diri-Nya sendiri dengan bangsa Yahudi sebagai bangsa yang telah dikaruniai Allah suatu pengetahuan tentang diri-Nya. DA 188.4
Ia ingin mengangkat pikiran para pendengar-Nya di atas soal-soal yang menyangkut tatacara dan upacara belaka, serta soal-soal pertentangan. ‘Tetapi saatnya akan datang,” kata-Nya, “Dan sudah tiba sekarang bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” DA 189.1
Sementara berbicara dengan Yesus, wanita itu merasa terharu oleh perkataan-Nya. Belum pernah ia mendengar perasaan serupa itu dari imam-imam sebangsanya ataupun dari orang Yahudi. Setelah masa hidupnya yang lampau dipaparkan di hadapannya, ia sangat merasakan keperluannya yang besar. Ia sadar akan kehausan jiwanya, yang tidak dapat dipuaskan oleh air sumur di Sikhar itu. Tiada suatu apapun yang berhubungan dengan dia hingga kini yang begitu menyadarkan dia kepada sesuatu kebutuhan yang lebih tinggi. Yesus telah meyakinkan dia bahwa Ia dapat membaca segala rahasia hidupnya; namun ia merasa bahwa Ialah sahabatnya, yang berbelas kasihan serta mengasihi dia. Meskipun kesucian hadirat-Nya mencela dosanya, namun Ia tidak mengeluarkan ucapan tuduhan, melainkan telah memberitahukan kepadanya tentang rahmat-Nya, yang dapat memperbarui jiwa. Mulailah ia mendapat sesuatu keyakinan tentang tabiat-Nya. Timbullah pertanyaan dalam pikirannya, katanya kepada Yesus “Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami.” Kata Yesus kepadanya: “Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau.” DA 189.3
Ketika wanita itu mendengar ucapan ini, timbullah kepercayaan dalam hatinya. Diterimanya pengumuman yang ajaib dari bibir Guru Ilahi itu. DA 190.1
Baca Yohanes 4:27-29. Tindakan mengejutkan apa yang dilakukan wanita itu ?
Ketika murid-murid kembali, mereka terkejut melihat Guru mereka berbicara dengan wanita itu. Ia belum meminum air menyegarkan yang diingini-Nya itu, dan Ia tidak berhenti untuk memakan makanan yang telah dibawa oleh murid-murid-Nya itu. Setelah wanita itu pergi, muridmurid-Nya membujuk Dia supaya makan. Mereka lihat Dia diam, asyik berpikir, seperti dalam renungan yang tekun. Wajahnya berseri-seri dengan cahaya, dan mereka takut mengganggu hubungan-Nya dengan surga itu. Tetapi mereka tahu bahwa Ia lemas sekali dan penat, dan mereka merasa wajib mengingatkan Dia akan kebutuhan badani-Nya. Yesus tahu akan perhatian mereka yang didorong oleh kasih, lalu Ia berkata, “PadaKu ada makanan yang tidak kamu kenal. DA 190.4
Wanita itu telah dipenuhi dengan sukacita sementara ia mendengarkan perkataan Kristus. Pernyataan yang ajaib itu hampir menaklukkan. De-ngan meninggalkan kendinya, pulanglah ia ke kota, untuk menyampai-kan kabar itu kepada orang-orang lain. Yesus tahu mengapa ia pergi meninggalkan kendinya sudah tentu menunjukkan pengarah perkataanNya. Adalah kerinduan jiwanya yang sungguh-sungguh hendak mem-peroleh air hidup itu, maka lupalah ia pada tugasnya ke sumur itu, serta pada rasa dahaga Juruselamat yang tadinya hendak dipuaskannya. Dengan hati yang meluap-luap dengan kegirangan pergilah ia dengan tergesa-gesa, hendak memberitahukan kepada orang-orang lain terang yang indah yang telah diterimanya itu. DA 191.2
“Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat,” katanya. “Mungkinkah Dia Kristus itu?” Ucapannya itu menjamah hati mereka. Ada sesuatu pernyataan yang baru di wajahnya, suatu perubahan di dalam seluruh pembawaannya. Mereka itu ingin melihat Yesus. “Maka keluarlah mereka itu dari dalam negeri pergi mendapatkan Yesus.” DA 191.3
Baca Yohanes 4 : 30 - 42. Apa yang terjadi setelah pertemuan ini, dan apa yang diajarkan tentang bagaimana Injil dapat disebarkan
Selagi Yesus duduk di pinggir sumur itu, Ia memandang ke ladang gandum yang terhampar di hadapan-Nya, dengan daunnya yang hijau dan lembut disinari cahaya matahari keemasan. Dengan mengalihkan perhatian murid-murid-Nya kepada pemandangan itu, Ia menggunakan-nya sebagai suatu perumpamaan: “Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihat-lah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai.” Maka sedang Ia mengatakan hal itu, dilihatNya rombongan yang sedang datang ke sumur itu. Empat bulan lagi baru tiba musim menuai gandum, tetapi di sini sudah ada suatu panen yang sudah sedia akan dituai. DA 191.4
“Sekarang juga penuai,” kata-Nya, “Telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita. Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: yang seorang menabur dan yang lain menuai.” Di sini Kristus menunjukkan tugas suci yang harus ditunaikan bagi Allah oleh orang-orang yang menerima Injil itu. Mereka harus menjadi alat-alat-Nya yang hidup. Ia meminta pelayanan mereka masing-masing. Baik menabur maupun menuai, kita bekerja bagi Allah. Seorang menaburkan bibit; yang lain mengumpulkan pada musim menuai; dan baik penabur maupun penuai itu mendapat upah. Mereka bersuka bersama-sama dalam pahala pekerjaan mereka. DA 191.5
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya itu, “Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka .” Juruselamat di sini sedang memandang ke muka kepada pengumpulan besar pada hari Pentakosta. Murid-murid itu tidak boleh memandang hal ini sebagai hasil usaha mereka sendiri. Mereka sedang memasuki pekerjaan orang-orang lain. Semenjak kejatuhan Adam, Kristus telah selamanya mempercayakan benih firman-Nya itu kepada hamba-hamba pilihan-Nya, untuk ditaburkan di dalam hati manusia. Dan suatu alat yang tidak kelihatan, yaitu suatu kuasa yang mahabesar, telah bekerja diam-diam tetapi sangat berhasil untuk menghasilkan panen. Embun dan hujan dan sinar matahari rahmat Allah telah diberikan, untuk menyegarkan serta menghidupkan benih kebenaran itu. Kristus sudah hampir menyirami benih itu dengan darahNya sendiri. Murid-murid-Nya diberi kesempatan yang mulia untuk bekerja sama dengan Allah. Mereka adalah teman sekerja Kristus dan orang-orang saleh pada zaman purba. Dengan dicurahkan-Nya Roh Kudus pada hari Pentakosta, beribu-ribu orang akan ditobatkan dalam sehari. Ini adalah hasil penaburan Kristus, panen pekerjaan-Nya. DA 192.1
Dalam perkataan yang diucapkan kepada wanita di pinggir sumur itu, bibit baik telah ditaburkan, dan betapa segera panennya diperoleh. Orang-orang Samaria itu datang dan mendengarkan Yesus serta percaya pada-Nya. Dengan mengerumuni Dia di sumur itu, mereka menghadapkan pertanyaan-pertanyaan kepada-Nya, dan dengan hasrat yang besar menerima segala keterangan-Nya tentang banyak perkara yang selama itu tidak jelas bagi mereka. Sementara mereka mendengar, kebingungan mereka pun lenyap. Mereka bagaikan suatu umat yang berada dalam kegelapan besar yang melihat cahaya yang memancar dengan tiba-tiba hingga mereka mencapai siang hari. Akan tetapi mereka belum merasa puas dengan pertemuan yang singkat ini. Mereka masih ingin mendengar lebih jauh, dan supaya sahabat-sahabat mereka juga mendengarkan Guru ajaib itu. Mereka mengundang Dia ke kota mereka serta memohon ke-pada-Nya supaya tinggal dengan mereka. Dua hari lamanya Ia tinggal di Samaria, dan banyak lagi yang percaya pada-Nya. DA 192.2
Orang Samaria percaya bahwa Mesias akan datang sebagai Penebus, bukan hanya bagi bangsa Yahudi, tetapi juga bagi dunia. Roh Kudus dengan perantaraan Musa telah menubuatkan Dia sebagai seorang nabi yang datang dari Allah. Dengan perantaraan Yakub telah dikatakan bahwa kepada-Nya segala bangsa akan menurut; dan dengan perantaraan Abraham, bahwa dalam Dialah segala bangsa di dunia ini diberkati. Di atas ucapan Alkitab inilah bangsa Samaria itu mengalaskan iman mereka pada Mesias. Bangsa Yahudi telah salah menafsirkan nabi-nabi yang belakangan, dengan menganggap bahwa kemuliaan kedatangan Kristus yang kedua kali akan dialami pada kedatangan-Nya yang pertama kali. Itulah sebabnya orang Samaria mengabaikan semua tulisan suci kecuali yang diberikan dengan perantaraan Musa. Tetapi ketika Juruselamat menghapus semua tafsiran yang salah ini, banyak yang menerima nubuatan-nubuatan itu dan juga perkataan Kristus sendiri mengenai kerajaan Allah. DA 193.1
Yesus sudah mulai merubuhkan tembok pemisah antara orang Yahudi dan orang kafir, dan memasyhurkan kabar keselamatan kepada dunia. Walaupun Ia seorang Yahudi, Ia bergaul bebas dengan orang Samaria, meniadakan adat istiadat Kefarisian bangsa-Nya. Di tengah prasangka mereka Ia menerima sikap ramah tamah dari bangsa yang dibenci itu. Ia tidur di rumah mereka, makan sehidangan dengan mereka, – ikut menikmati makanan yang disediakan dan dihidangkan oleh tangan mereka, – mengajar di jalan raya mereka, serta memperlakukan mereka dengan sangat murah hati dan sopan santun. DA 193.2