Roti dan Air Kehidupan

Pelajaran 7, Triwulan 3, 9–15 Agustus 2025

img rest_in_christ
Bagikan Pelajaran ini
sharethis sharing button
copy sharing button
email sharing button
whatsapp sharing button
facebook sharing button
twitter sharing button
telegram sharing button
messenger sharing button
line sharing button
wechat sharing button
vk sharing button
tencentqq sharing button
weibo sharing button
kakao sharing button
Download PDF

Sabat Sore, 9 Agustus

Ayat Hafalan:

“Sebab itu TUHAN berfirman kepada Musa: "Berapa lama lagi kamu menolak mengikuti segala perintah-Ku dan hukum-Ku? Perhatikanlah, TUHAN telah memberikan sabat itu kepadamu; itulah sebabnya pada hari keenam Ia memberikan kepadamu roti untuk dua hari. Tinggallah kamu di tempatmu masing-masing, seorangpun tidak boleh keluar dari tempatnya pada hari ketujuh itu." Lalu beristirahatlah bangsa itu pada hari ketujuh.” KJV - Keluaran 16:28-30


Sesudah Israel menyeberangi laut itu, dan sesudah laut itu menutup menenggelamkan musuh-musuh mereka, maka mereka semuanya menyanyi dan memuliakan Allah tetapi walaupun bala tentara Firaun dan laut tidak lagi merupakan obyek-obyek yang ditakuti tetapi menarik, cobaan-cobaan mereka, keragu-raguannya, dan ketakutan-ketakutannya belum juga berakhir. Segera setelah mereka melihat laut itu di belakangnya dan padang belantara di depannya mulailah mereka menuduh-nuduh Musa karena membawa mereka ke padang tandus itu untuk mati kelaparan di sana karena kekurangan pangan dan air. Tidak pernah masuk ke dalam ingatannya bahwa jika Allah dapat mengeringkan laut Ia pasti dapat juga mendatangkan banjir di padang belantara dan membuatnya berkembang bagaikan bunga mawar. Sekalipun adanya keragu-raguan dan berbagai persungutan mereka Allah kembali memperlihatkan suatu mukjizat yang lebih besar : Ia membuat air memancar keluar dari batu karang dan Ia menurunkan manna dari Sorga!

Allah telah berjanji akan menjadi Allah mereka, membawa mereka kepada diri-Nya sebagai satu umat, dan memimpin mereka kepada satu negeri yang luas dan subur, tetapi mereka mudah putus asa setiap kali rintangan menghambat di dalam perjalanan mereka ke negeri itu. Di dalam satu keadaan yang ajaib Ia telah membawa mereka keluar dari perbudakan mereka di Mesir, agar Ia dapat meninggikan dan membuat mereka agung serta terpuji di dalam dunia ini. Tetapi perlu bagi mereka untuk menemui kesulitan-kesulitan dan menahan penderitaan. Allah sedang membawa mereka dari satu keadaan yang sudah merosot dan melayakkan mereka untuk menduduki satu tempat yang terhormat di antara bangsa-bangsa dan menerima kepercayaan yang penting dan suci. Kalau saja mereka mempunyai iman di dalam Dia dengan mengingat segala sesuatu yang telah diperbuat-Nya bagi mereka, maka dengan sukacita mereka akan menanggung segala kesulitan, halangan bahkan penderitaan; tetapi mereka tidak mau berharap kepada Tuhan lebih jauh daripada apa yang mereka dapat saksikan sebagai bukti yang tetap dari kuasa-Nya. Mereka telah melupakan pengalaman perbudakan yang getir di Mesir. Mereka telah melupakan kebaikan serta kuasa Allah yang telah dinyatakan bagi mereka di dalam kelepasan mereka dari perbudakan. Mereka telah melupakan bagaimana anak-anak mereka telah dipelihara pada waktu malaikat pembinasa itu membunuh semua anak sulung di negeri Mesir. Mereka telah melupakan pertunjukan kuasa Ilahi yang hebat di Laut Merah. Mereka telah melupakan bahwa sementara mereka menyeberangi dengan selamat jalan yang telah terbuka bagi mereka itu, bala tentara musuh yang berusaha untuk mengejar mereka telah dihancurkan oleh air laut itu. Mereka hanya melihat dan merasakan ujian-ujian serta kesulitan-kesulitan mereka sekarang ini; dan gantinya berkata, “Allah telah berbuat perkara-perkara yang besar bagi kita; di mana dulunya kita adalah budak-budak, sekarang Ia menjadikan kita satu bangsa yang besar,” mereka telah membicarakan tentang kesulitan-kesulitan di sepanjang jalan, dan bertanya-tanya kapan masa pengembaraan mereka itu akan berakhir. PP 292.3

Minggu, 10 Agustus

Air yang Pahit


Bacalah Keluaran 15:22–27. Setelah menyeberangi Laut Merah, apa latar belakang dari mukjizat pertama yang dilakukan?

 Dari Laut Merah bangsa Israel melanjutkan perjalanan mereka di bawah naungan tiang awan. Pemandangan di sekeliling mereka sangat membosankan – tandus, bukit-bukit yang kelihatannya sunyi senyap, padang yang gersang, dan laut membentang luas, pantainya dipenuhi oleh mayat musuh mereka; tetapi mereka dipenuhi oleh kesukaan atas kesadaran bahwa sekarang mereka adalah bangsa yang merdeka, dan setiap pemikiran tentang rasa tidak puas dilenyapkan. PP 291.1

Tetapi tiga hari lamanya apabila mereka berjalan, mereka tidak menemukan air. Persediaan yang mereka bawa telah habis. Tidak ada sesuatu yang dapat melenyapkan rasa haus mereka apabila mereka dengan letih lesu berjalan pelahan-lahan di atas padang yang ditimpa teriknya sinar matahari. Musa, yang mengetahui seluk beluk daerah ini, mengetahui sesuatu yang tidak diketahui oleh orang lain, bahwa di Mara, pos yang terdekat tempat terdapatnya mata air, airnya tidak baik untuk digunakan. Dengan rasa cemas yang dalam ia mengamat-amati awan yang memimpin mereka itu. Dengan hati yang susah ia mendengar teriakan yang penuh kegembiraan, “Air! Air!”, menggema di antara orang banyak itu. Laki-laki dan perempuan, anak-anak dengan gembira dan dengan cepat berkumpul di sekeliling mata air itu, tetapi saat itu juga terdengar teriakan kekecewaan dari antara orang banyak itu – airnya terasa pahit. PP 291.2

Dengan rasa marah dan kecewa mereka bersungut kepada Musa karena telah memimpin mereka ke jalan itu, mereka tidak ingat bahwa kehadiran Ilahi di dalam awan misterius itu telah memimpin dia juga sebagaimana memimpin mereka. Dengan rasa susah oleh karena kemarahan mereka, Musa telah melakukan sesuatu yang mereka lupa lakukan, ia berseru dengan sungguh-sungguh kepada Allah meminta pertolongan. “TUHAN menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis.” Di tempat ini satu janji telah diberikan kepada Israel melalui Musa, “Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah-perintah-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit mana pun, yang telah Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Aku TUHAN-lah yang menyembuhkan engkau!” PP 291.3

Senin, 11 Agustus

Burung Puyuh dan Manna


Bacalah Keluaran 16:1–36. Apa penyebab keluhan orang Israel, dan apa yang terjadi selanjutnya?

 Setelah satu bulan meninggalkan Mesir, mereka mendirikan kemah-kemah mereka di padang belantara. Persediaan makanan mereka kini sudah mulai menipis. Rumput sukar sekali dicari di padang belantara dan kawanan domba mereka mulai berkurang. Bagaimana makanan bisa disediakan bagi orang yang sangat banyak itu? Kebimbangan memenuhi hati mereka, dan kembali mereka pun bersungut-sungut. Bahkan pemimpin-pemimpin dan tua-tua daripada orang banyak itu ikut serta dalam persungutan terhadap pemimpin yang telah diangkat oleh Allah itu. “Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami ke luar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan.” PP 292.1

Sebenarnya mereka belum menderita karena kelaparan; kebutuhan mereka saat itu masih dipenuhi, tetapi mereka takut akan hari depan. Mereka tidak dapat mengerti bagaimana orang banyak ini bisa hidup di dalam perjalanan mereka melalui padang belantara, dan di dalam angan-angan mereka membayangkan anak-anak mereka kelaparan. Tuhan membiarkan kesulitan-kesulitan mengelilingi mereka, dan persediaan makanan mereka itu dibiarkan berkurang, agar hati mereka berpaling kepada Dia yang sampai kepada saat itu telah menjadi Pembebas mereka. Jikalau di dalam kekurangan mereka telah berseru kepada Dia, maka Ia masih mau memberikan kepada mereka tanda-tanda yang nyata akan kasih serta penjagaan-Nya. Ia telah berjanji bahwa jikalau mereka mau menurut hukum-hukum-Nya, maka tidak akan ada penyakit menimpa kepada mereka, dan adalah sikap tidak mau percaya yang penuh dosa itu yang menyebabkan mereka membayang-bayangkan bahwa mereka atau anak-anak mereka akan mati kelaparan. PP 292.2

Allah tidak melupakan kebutuhan-kebutuhan orang Israel. Ia berkata kepada pemimpin mereka, “Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu.” Maka bangsa itu akan keluar dan memungut tiap-tiap hari sebanyak yang perlu untuk sehari, dengan jumlah dua kali lipat pada hari keenam, agar perayaan suci Sabat dapat dipertahankan. PP 294.3

Musa memberikan jaminan kepada perhimpunan orang banyak itu bahwa keperluan mereka akan dipenuhi: Pada waktu senja kamu akan makan daging dan pada waktu pagi kamu akan kenyang makan roti.” PP 294.4

Pada waktu senja hari kemah-kemah mereka dikelilingi oleh burung puyuh dalam jumlah yang sangat besar yang cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh perhimpunan itu. Pada pagi harinya di atas permukaan tanah terdapat, “sesuatu yang seperti sisik, halus seperti embun beku di bumi,” Mereka menyebutnya “manna”. Musa berkata, “Inilah roti yang diberikan Tuhan kepadamu menjadi makananmu.” Orang banyak mengumpulkan manna itu dan mendapati bahwa ternyata cukup persediaan bagi mereka semua. Mereka “menggilingnya dengan batu kilangan atau menumbuknya dalam lumpang. Mereka memasaknya dalam periuk dan membuatnya menjadi roti bundar.” Bilangan 11:8. “Rasanya seperti rasa panganan yang digoreng.” Mereka diperintahkan untuk mengumpulkan tiap-tiap hari satu gomer satu orang; dan mereka tidak boleh menyimpannya sampai hari esok. Beberapa dari antara mereka mencoba menyimpannya sampai keesokan paginya tetapi mereka dapati itu tidak baik untuk dimakan. Persediaan untuk satu hari harus dikumpulkan waktu pagi; karena semua yang tinggal di tanah akan meleleh oleh sinar matahari. PP 295.1

Selasa, 12 Agustus

Air dari Batu


Bacalah Keluaran 17:1-7. Pelajaran apa yang seharusnya dipelajari oleh umat dari kejadian ini?

Setelah meninggalkan padang belantara Sin, orang Israel mendirikan kemahnya di Rafidim. Di tempat ini tidak ada air dan kembali mereka tidak percaya akan pimpinan Allah. Di dalam kebutaan mereka dan dengan sembrono mereka datang kepada Musa dengan satu tuntutan, “Berikanlah air kepada kami agar kami bisa minum.” Tetapi ia tidak kehilangan sabar. “Mengapa engkau berbantah-bantah dengan aku?” katanya, “mengapa engkau mencobai akan Tuhan?” Dengan marah mereka berteriak, “Mengapa engkau telah membawa akan kami keluar dari Mesir, entah ia itu sebab membunuh kami dan anak-anak kami dan segala binatang kami dengan dahaga?” Pada waktu mereka diberi makanan dengan berkelimpahan, dengan rasa malu mereka mengingat kembali akan sikap mereka yang tidak percaya dan persungutan mereka, dan berjanji akan berharap kepada Tuhan di masa mendatang; tetapi dengan segera mereka melupakan janji mereka itu dan gagal dalam menghadapi ujian yang pertama daripada iman mereka itu. Tiang awan yang memimpin mereka seolah-olah menutupi satu misteri yang menakutkan. Dan Musa—siapakah dia? tanya mereka, dan apakah yang menjadi tujuannya dengan membawa mereka itu keluar dari Mesir? Kecurigaan dan tidak percaya memenuhi hati mereka dan dengan berani menuduh bahwa ia bermaksud akan membunuh mereka dan anak-anak mereka oleh kesulitan serta penderitaan, agar ia dapat memperkaya dirinya dengan harta milik mereka. Di dalam kegaduhan serta amarah mereka hampir-hampir melempari Musa dengan batu. PP 297.3 (PB1 310.2)

Dengan rasa susah Musa berseru kepada Tuhan, “Apakah yang harus kuperbuat terhadap bangsa ini?” Ia diperintahkan untuk membawa pemimpin-pemimpin bangsa Israel itu, dan juga tongkat oleh mana ia telah mengadakan keajaiban-keajaiban di Mesir dan pergi kepada orang banyak. Dan Tuhan berkata kepadanya, “Bahwa sesungguhnya Aku akan berdiri di sana di hadapanmu di atas gunung batu Horeb, maka hendaklah engkau palu akan gunung batu itu, niscaya akan keluar air daripadanya, supaya orang banyak itu minum.” Ia menurutinya, dan air keluar dalam satu pancaran yang hidup yang dengan limpahnya memenuhi kebutuhan segenap perhimpunan itu. Gantinya memerintahkan Musa untuk mengangkat tongkatnya dan meminta turunnya kutuk yang mengerikan, seperti yang di Mesir itu, terhadap pemimpin-pemimpin daripada orang-orang yang jahat dan bersungut-sungut itu, Tuhan di dalam rahmatNya telah menjadikan tongkat itu sebagai alatnya untuk memberikan kelepasan kepada mereka. PP 298.1 (PB1 311.1)

“Dan dibelahkannya gunung batu di padang Tiah dan diberinya minum mereka itu puas-puas seolah-olah dari dalam lubuk. Karena air yang mengalir dikeluarkannya dari dalam gunung batu, diturunkannya air banyak seperti sungai adanya.” Mazmur 78:15, 16. Musa telah memukul batu itu, tetapi adalah Anak Allah yang, terselindung di dalam awan itu, berdiri di samping Musa dan menjadikan air pemberi hidup itu telah mengalir. Bukan hanya Musa dan pemimpin-pemimpin saja, tetapi semua orang yang berdiri dari jauh, telah melihat kemuliaan Tuhan; tetapi kalau saja awan itu diangkat, mereka akan binasa oleh terang yang hebat daripada Dia yang tinggal di dalamnya. PP 298.2 (PB1 311.2)

Di dalam kehausan mereka telah mencobai Allah, dengan berkata, “Apakah Tuhan ada di antara kita, ataukah tidak? Jikalau Allah telah membawa kita ke tempat ini, mengapakah Ia tidak memberikan air kepada kita sebagaimana roti?” Sikap tidak percaya yang dinyatakan dengan cara itu adalah satu kejahatan, dan Musa merasa takut bahwa hukuman Allah akan menimpa mereka. Dan ia menyebut tempat itu Massa, “godaan,” dan Meriba, “perbantahan,” sebagai peringatan akan dosa mereka. PP 298.3 (PB1 311.3)

Rabu, 13 Agustus

Yitro


Baca Keluaran 18: 1–27. Langkah -langkah besar apa dalam sejarah bangsa yang terjadi di sini?

 Tidak jauh dari tempat di mana Israel sekarang sedang mendirikan kemahnya, terdapat rumah Yitro, mertua Musa. Yitro telah mendengar tentang kelepasan orang Israel, dan sekarang ia berangkat untuk mengunjungi mereka serta menyerahkan kembali kepada Musa istrinya dan kedua anak laki-lakinya. Pemimpin besar itu diberi tahu oleh pesuruh-pesuruh tentang kedatangan mereka, dan ia pergi menyambut mereka dengan penuh kegembiraan, dan sesudah saling memberi salam, mereka pun dibawa ke kemahnya. Ia telah mengirim kembali keluarganya pada waktu dalam perjalanan untuk memimpin Israel keluar dari Mesir yang penuh bahaya itu, tetapi kini kembali ia dapat menikmati penghiburan serta kegembiraan dengan adanya mereka itu. Kepada Yitro ia telah menceritakan kembali perbuatan Allah yang ajaib terhadap Israel, dan Yitro pun merasa gembira dan memuji Allah, dan bersama-sama dengan Musa dan pemimpin-pemimpin Israel ia menggabungkan diri untuk mempersembahkan korban dan mengadakan satu upacara pesta yang khidmat untuk memperingati rahmat Allah. PP 300.2

Sementara Yitro tinggal di tenda-tenda itu, ia melihat bagaimana beratnya beban yang ada di pundak Musa. Untuk mempertahankan tata tertib dan disiplin di antara orang banyak yang jumlahnya besar, yang bodoh dan tidak terlatih itu, sungguh merupakan satu tugas yang berat. Musa adalah pemimpin dan pemerintah yang mereka akui, dan bukan saja kepentingan umum dan tugas dari pada orang banyak itu, tetapi segala persengketaan yang timbul di antara mereka juga dihadapkan kepada Musa. Ia telah membiarkan hal ini, karena itu memberikan kepadanya satu kesempatan untuk memberi petunjuk kepada mereka; sebagaimana yang dikatakannya, “Aku memberitahukan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan Allah.’ Tetapi Yitro menentang hal ini, dengan berkata, “Pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri saja.” “Engkau akan menjadi sangat lelah,” dan ia menasihati Musa untuk mengangkat orang-orang yang layak sebagai pemimpin atas seribu orang; dan yang lain sebagai pemimpin atas seratus orang, dan yang lain atas sepuluh orang. Mereka haruslah “orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap.” Mereka inilah yang akan menjadi hakim atas perkara yang kecil-kecil, sementara soal-soal yang paling sulit dan penting harus dibawa kepada Musa, yang untuk orang banyak harus, kata Yitro, “kau hadapkanlah perkara-perkara mereka kepada Allah”; “kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan, dan memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani dan pekerjaan yang harus dilakukan.” Nasihat ini diterima, dan ini bukan hanya memberikan keringanan kepada Musa, tetapi telah menyerahkan terciptanya satu tata tertib yang lebih sempurna di antara bangsa itu. PP 300.3

Tuhan telah menghormati Musa dan telah mengadakan perbuatan-perbuatan yang ajaib oleh tangan-Nya; tetapi kenyataan bahwa ia telah dipilih untuk memberi petunjuk kepada orang lain tidaklah menjadikan dia untuk mengambil kesimpulan bahwa ia sendiri tidak memerlukan petunjuk. Pemimpin Israel yang terpilih ini mendengarkan dengan gembira kepada usul-usul imam yang beribadat yang berasal dari Midian itu, dan telah melaksanakan rencana tersebut sebagai cara pengaturan yang bijaksana. PP 301.1

Sesuai dengan rencana ini, “Musa memilih orang-orang cakap dan mengangkat mereka menjadi kepala atas bangsa itu, menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. Mereka ini mengadili di antara bangsa itu sewaktu-waktu; perkara-perkara yang sukar dihadapkan mereka kepada Musa, tetapi perkara-perkara yang kecil diadili mereka sendiri. ” Keluaran 18:19-26. AA 93.2

Kamis, 14 Agustus

Roti dan Air Kehidupan


Baca 1 Korintus 10:11. Alasan apa yang diberikan Paulus untuk peristiwa - peristiwa ini telah dicatat?

Perjalanan bangsa Israel diceritakan dengan setia; pembebasan yang dilakukan Tuhan bagi mereka, organisasi yang sempurna dan tata tertib khusus mereka, dosa mereka dalam mengeluh terhadap Musa dan dengan demikian terhadap Tuhan, pelanggaran mereka, pemberontakan mereka, hukuman mereka, mayat-mayat mereka yang berserakan di padang gurun karena ketidakpatuhan mereka terhadap rencana bijaksana Tuhan,—gambaran setia ini digantung di hadapan kita sebagai peringatan agar kita tidak mengikuti contoh ketidaktaatan mereka dan jatuh seperti mereka. Alasan apa yang diberikan Paulus untuk peristiwa-peristiwa ini telah dicatat? GW92 159.2

“Tetapi banyak di antara mereka yang tidak berkenan kepada Allah: sebab mereka binasa di padang gurun. Hal-hal ini menjadi teladan bagi kita, supaya kita jangan menginginkan hal-hal yang jahat, seperti mereka juga menginginkannya. Janganlah kamu menjadi penyembah berhala, seperti beberapa di antara mereka; seperti yang tertulis: “Orang-orang duduk untuk makan dan minum, lalu bangkit untuk bermain.” Janganlah kita berzinah, seperti yang dilakukan oleh beberapa di antara mereka, dan pada hari itu tiga puluh tiga ribu orang binasa. Janganlah kita mencobai Kristus, seperti yang dilakukan oleh beberapa di antara mereka, dan mereka binasa oleh ular-ular. Janganlah kamu mengeluh, seperti yang dilakukan oleh beberapa di antara mereka, dan mereka binasa oleh pembinasanya. Semua hal ini terjadi kepada mereka sebagai teladan, dan dituliskan untuk peringatan kita, yang hidup pada akhir zaman. Oleh karena itu, barangsiapa yang mengira dirinya berdiri, hendaklah ia waspada agar jangan jatuh.” [1 Korintus 10:5-12.] Apakah Allah telah berubah dari Allah yang berketertiban?—Tidak; Ia tetap sama dalam dispensasi saat ini seperti dalam dispensasi sebelumnya. Paulus berkata, “Allah bukanlah sumber kekacauan, tetapi sumber damai.” [1 Korintus 14:33.] Dia sama telitinya sekarang seperti dulu. Dan Dia berkehendak agar kita belajar pelajaran tentang ketertiban dan organisasi dari ketertiban yang sempurna yang ditetapkan pada zaman Musa, untuk kebaikan anak-anak Israel.—Testimonies for the Church 1:647. GW92 160.1

Baca Yohanes 4 : 7-15 dan Yohanes 6:31-51. Apa saja kebenaran yang terungkap di sini bagi kita sebagai orang Kristen?

Kebenaran diperoleh bukan oleh pergumulan yang menyakitkan atau kerja keras yang melelahkan, bukan oleh pemberian atau pengorbanan; tetapi kebenaran secara cuma-cuma diberikan kepada setiap orang yang lapar dan dahaga untuk menerimanya. “Ayo, hai semua orang yang haus marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah tanpa bayaran.” “Dan kebenaran yang mereka terima daripada-Ku.” Inilah nama-Nya yang diberikan orang kepadanya. Tuhan keadilan kita.” Yesaya 55:1; 54:17; Yeremia 23:6. MB 18.2

“Tidak ada kuasa manusia yang dapat memuaskan orang yang jiwanya lapar dan dahaga. Tetapi Yesus mengatakan, “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membuka pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” “Akulah roti hidup; barang siapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barang siapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” Wahyu 3:20; Yohanes 6:35. MB 18.3

“Sebagaimana kita memerlukan makanan untuk mempertahankan tenaga fisik kita, begitu juga kita memerlukan Kristus, Roti dari surga untuk mempertahankan kehidupan rohani kita dan memberikan kekuatan untuk melakukan pekerjaan Allah. Sebagaimana tubuh terus-menerus menerima makanan yang mempertahankan kehidupan dan kekuatan, begitu juga jiwa harus senantiasa berhubungan erat dengan Kristus, berserah kepada-Nya dan bergantung sepenuhnya kepada-Nya. MB 19.1

“Sebagaimana pejalan kaki mencari mata air di padang gurun lalu menemukannya dan memuaskan dahaganya, hendaknya begitulah dahaga orang Kristen untuk memperoleh air mumi kehidupan yang bersumber dari Kristus. “ MB 19.2

Jumat, 15 Agustus

Pendalaman

  Sejarah kehidupan bangsa Israel di padang belantara itu telah dicatat untuk menjadi manfaat bagi Israel milik Allah sampai kesudahan zaman. Catatan tentang perlakuan Allah terhadap pengembara-pengembara di padang pasir itu di dalam segala perjalanan hilir mudik mereka, di dalam menghadapi pengalaman kelaparan, dahaga dan kelelahan dan di dalam pernyataan yang nyata tentang kuasa-Nya untuk meringankan beban mereka, dipenuhi oleh amaran dan petunjuk bagi umat-Nya di segala zaman. Pengalaman orang Israel yang beraneka ragam itu adalah satu sekolah persiapan untuk memasuki rumah yang telah dijanjikan bagi mereka di Kanaan. Allah menghendaki agar umat-Nya pada zaman sekarang ini dengan rendah hati dan sikap yang mau diajar merenung-renungkan kembali akan segala ujian yang telah dilalui oleh Israel kuno itu agar mereka memperoleh pelajaran untuk menyediakan diri bagi Kanaan semawi itu. PP 293.1

Banyak orang yang menoleh kembali kepada bangsa Israel dan merasa heran terhadap sikap mereka yang tidak mau percaya dan bersungut-sungut, sambil merasa bahwa mereka sendiri tidak akan memanjakan sikap tidak tahu berterima kasih seperti itu; tetapi bilamana iman mereka ini diuji, sekalipun oleh cobaan yang kecil saja, mereka tidak menunjukkan iman atau kesabaran sebagaimana halnya orang Israel dahulu. Bilamana dituntun kepada jalan yang sempit, mereka bersungut-sungut terhadap proses yang telah dipilih Allah untuk menyucikan mereka. Walaupun keperluan mereka yang sekarang ini dipenuhi, banyak orang yang merasa enggan berharap kepada Allah untuk hari depannya, dan mereka terus-menerus merasa cemas jangan-jangan kemelaratan akan menimpa mereka, dan anak-anak mereka akan dibiarkan menderita. Beberapa orang selalu mengharap-harapkan hal-hal yang tidak baik atau membesar-besarkan kesulitan yang ada, sehingga mata mereka dibutakan terhadap berkat-berkat yang limpah untuk mana seharusnya mereka bersyukur. Halangan-halangan yang mereka hadapi, gantinya menuntun mereka untuk mencari pertolongan dari Allah, sebagai satu-satunya Sumber kekuatan, telah memisahkan mereka dari Dia, oleh sebab mereka telah membangkitkan di dalam diri mereka kegelisahan dan rasa tidak puas. PP 293.2

Apakah kita juga bersikap tidak mau percaya seperti itu? Mengapa kita harus bersikap tidak tahu berterima kasih dan tidak mau berharap? Yesus adalah sahabat kita; segenap surga menaruh perhatian untuk kesejahteraan kita; dan kecemasan serta ketakutan yang ada dalam diri kita mendukakan Roh Kudus Allah. Janganlah kita memanjakan kecemasan yang hanya akan mengganggu serta merusak diri kita, tetapi tidak menolong kita untuk menahan ujian-ujian itu. Jangan berikan tempat di dalam diri kita kepada sikap tidak berharap kepada Allah, sikap ini akan menuntun kita untuk menjadikan persiapan menghadapi kebutuhan masa depan sebagai sesuatu yang terutama di dalam hidup kita, seolah-olah kebahagiaan kita itu terdiri dari perkara-perkara duniawi. Bukanlah kehendak Allah agar umat-Nya itu dibebani oleh urusan-urusan hidup. Tetapi Tuhan tidak pernah mengatakan kepada kita bahwa tidak akan ada bahaya di jalan kita. Ia tidak bermaksud untuk mengambil umat-Nya keluar dari dunia yang jahat dan berdosa ini, tetapi Ia menunjukkan kepada kita satu perlindungan yang tidak pernah gagal. Ia mengundang orang-orang yang dalam kesusahan dan menanggung berat, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Matius 11:28. Lepaskanlah beban kecemasan serta urusan-urusan duniawi yang engkau sendiri telah kenakan pada lehermu, dan “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” (Ayat 29). Kita akan mendapat sentosa dan damai dalam Allah, bilamana kita menyerahkan beban kita kepada-Nya; karena Ia mau memelihara kita. (1 Petrus 5:7). PP 294.1

Kata Rasul Paulus, “Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup.” Ibrani 3:12. Dengan menyadari segala sesuatu yang telah diperbuat Allah bagi kita, iman kita harus menjadi kuat, giat dan bisa bertahan. Gantinya bersungut-sungut, bahasa jiwa kita seharusnya, “Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah Tuhan, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya.” Mazmur 103:1, 2. PP 294.2