Tulah-Tulah

Pelajaran 4, Triwulan 3, 19–25 Juli 2025

img rest_in_christ
Bagikan Pelajaran ini
sharethis sharing button
copy sharing button
email sharing button
whatsapp sharing button
facebook sharing button
twitter sharing button
telegram sharing button
messenger sharing button
line sharing button
wechat sharing button
vk sharing button
tencentqq sharing button
weibo sharing button
kakao sharing button
Download PDF

Sabat Sore, 19 Juli

Ayat Hafalan:

“Berkeraslah hati Firaun, sehingga ia tidak membiarkan orang Israel pergi — seperti yang telah difirmankan TUHAN dengan perantaraan Musa.” KJV - Keluaran 9:35


Sekali lagi perintah Ilahi datang kepada Musa, "Pergilah menghadap, katakanlah kepada Firaun, raja Mesir, bahwa ia harus membiarkan orang Israel pergi dari negerinya." Dalam kekecewaan ia menjawab, "Orang Israel sendiri tidak mendengarkan aku, bagaimanakah mungkin Firaun akan mendengarkan aku, aku seorang yang tidak petah lidahnya!" Ia diperintahkan untuk membawa Harun bersama dengan dia, dan pergi menghadap Firaun dan kembali menuntut "agar membiarkan orang Israel pergi dari negerinya." PP 260.3

“Kepadanya diberitahukan bahwa raja itu tidak akan menyerah hingga Allah harus mendatangkan hukuman ke atas Mesir, dan membawa Israel ke luar dengan pernyataan kekuasaan-Nya. Sebelum dijatuhkannya setiap kutuk, Musa harus menerangkan tentang sifat-sifat dan akibatnya agar raja itu dapat menyelamatkan dirinya dari kutuk tersebut jika ia mau. Setiap pehukuman yang ditolak akan diikuti oleh hukuman yang lebih dahsyat lagi, sampai hatinya yang congkak itu akan direndahkan, dan ia mau mengakui Khalik langit dan bumi sebagai Allah yang hidup dan benar. Tuhan ingin memberikan kepada orang Mesir satu kesempatan untuk melihat betapa sia-sianya hikmat orang-orang kuat dari bangsa mereka itu, betapa lemahnya kekuasaan dewa-dewa mereka itu, bilamana dihadapkan dengan perintah Allah. Ia akan menghukum orang Mesir oleh karena penyembahan berhala mereka, dan membungkamkan kesombongan mereka yang mengaku telah menerima berkat-berkat dari dewa-dewa mereka yang tidak bernyawa itu. Allah akan mempermuliakan nama-Nya sendiri agar bangsa-bangsa lain dapat mendengar tentang kuasa-Nya, dan merasa gentar akan perbuatan-perbuatan-Nya yang hebat itu, dan agar umat-Nya dapat dipimpin kembali dari penyembahan berhala mereka dan berbakti kepada Allah dengan benar.” PP 263.1

Minggu, 20 Juli

Allah vs Dewa-Dewa


Bacalah Keluaran 7:8-15. Pelajaran apakah yang terdapat dalam konfrontasi pertama antara Allah orang Ibrani dengan ilah-ilah Mesir?

 Raja menuntut diadakannya mukjizat sebagai bukti bahwa tugas mereka itu berasal dari Tuhan. Musa dan Harun telah diberi petunjuk bagaimana untuk bertindak seandainya tuntutan seperti itu diadakan, dan sekarang Harun mengambil tongkat itu dan melemparkannya di hadapan Firaun. Tongkat itu menjadi seekor ular. Raja kemudian memanggil “orang-orang berilmu dan ahli-ahli sihir,” yang ada di istananya, yang kemudian “mereka pun, ahli-ahli Mesir itu, membuat yang demikian juga dengan ilmu mantera mereka. Masing-masing mereka melemparkan tongkatnya, dan tongkat-tongkat itu menjadi ular; tetapi tongkat Harun menelan tongkat-tongkat mereka.” Kemudian raja, lebih nekad daripada sebelumnya, mengumumkan bahwa tukang-tukang sihirnya itu mempunyai kuasa yang setara dengan Musa dan Harun; ia menuduh hamba-hamba Allah itu sebagai penipu-penipu, dan ia merasa diri aman dalam menolak tuntutan-tuntutan mereka itu. Namun demikian, sementara ia menghinakan pekabaran mereka itu, ia telah dikendalikan oleh kuasa Ilahi agar tidak menyakiti mereka. PP 263.2

Tangan Allahlah, dan bukan pengaruh atau kuasa kemanusiaan yang dimiliki oleh Musa dan Harun, yang telah mengadakan mukjizat-mukjizat yang mereka tunjukkan di hadapan Firaun. Tanda-tanda dan keajaiban-keajaiban itu dimaksudkan untuk meyakinkan Firaun bahwa “AKU ADA” Yang Agung itu telah mengirimkan Musa, dan bahwa adalah tugas raja untuk mengizinkan Israel pergi, agar mereka dapat melayani Allah yang hidup. Tukang-tukang sihir itu juga menunjukkan tanda-tanda serta keajaiban-keajaiban; karena mereka melakukannya bukan hanya oleh keahlian mereka sendiri, tetapi oleh kuasa dewa mereka yaitu Setan yang membantu mereka dalam memalsukan pekerjaan Allah. PP 264.1

Ahli-ahli sihir itu sebenarnya tidak mengubah tongkat-tongkat itu menjadi ular; tetapi oleh sihir, dibantu oleh si penipu yang besar itu, mereka sanggup untuk menjadikan hal itu kelihatannya demikian. Adalah di luar kekuasaan Setan untuk mengubahkan tongkat menjadi ular yang hidup. Penghulu kejahatan itu, sekalipun memiliki segala hikmat dan kekuasaan seorang malaikat yang berdosa, tidaklah mempunyai kuasa untuk menciptakan atau memberi kehidupan; hal ini merupakan hak mutlak Allah sendiri. Tetapi segala sesuatu yang berada di bawah kekuasaan Setan untuk melakukannya, ia telah lakukan; ia membuat yang palsu. Bagi penglihatan manusia, tongkat-tongkat itu telah diubah menjadi ular. Demikianlah apa yang telah dipercayai oleh Firaun dan orang-orang seistananya. Dari apa yang kelihatan di luar tidak ada sesuatu yang membedakan tongkat-tongkat itu dari ular-ular yang telah dijadikan oleh Musa. Sekalipun Tuhan sudah berbuat sedemikian rupa sehingga ular yang benar telah menelan ular yang palsu itu, hal ini dianggap oleh Firaun bukan sebagai satu hasil kerja kuasa Allah, melainkan satu akibat dari sejenis sihir yang lebih unggul daripada sihir yang diperbuat oleh hamba-hambanya itu. PP 264.2

Senin, 21 Juli

Siapa Yang Mengeraskan Hati Firaun?


Bacalah Keluaran 7:3, 13, 14, 22. Bagaimanakah kita memahami ayat-ayat ini?

 Tentang Firaun, Tuhan telah menyatakan, Tetapi Aku akan mengeraskan hatinya, sehingga tiada diberinya bangsa itu pergi.” Dalam hal ini bukanlah berarti bahwa ada kuasa gaib yang dipakai untuk mengeraskan hati raja. Allah telah memberikan kepada Firaun bukti yang paling nyata tentang kuasa Ilahi, tetapi raja itu dengan hati yang keras menolak untuk memberikan perhatian terhadap terang itu. Setiap pernyataan kuasa Ilahi yang ditolak olehnya menjadikan dirinya lebih nekad di dalam pemberontakannya. Benih-benih pemberontakan yang ditaburkannya pada waktu ia menolak mukjizat yang pertama kini akibat-akibatnya harus dituai. Apabila ia terus menerus memberanikan diri dalam tindakan-tindakannya yang semakin membangkang, hatinya menjadi semakin keras sampai kepada saat di mana ia harus memandang kepada wajah anak sulungnya yang mati. PP 268.1

Allah berbicara kepada manusia melalui hamba-hamba Nya, memberikan amaran-amaran dan menempelak dosa-dosa. Ia memberikan kepada setiap orang satu kesempatan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahannya sebelum mereka menjadi tidak terubahkan dalam tabiat; tetapi jikalau seseorang menolak untuk diperbaiki, kuasa Ilahi tidak akan campur tangan untuk menghalangi kecenderungan daripada tindakannya. Ia akan mendapati bahwa lebih mudah baginya untuk mengulangi tindakan yang sama. Ia sedang mengeraskan hatinya terhadap pengaruh Roh Kudus. Penolakan yang lebih jauh terhadap terang akan menempatkan dirinya dalam satu keadaan di mana satu pengaruh yang jauh lebih kuat pun tidak akan berhasil untuk memberikan kesan yang dalam. PP 268.2

“‘Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Pada waktu engkau hendak kembali ini ke Mesir, ingatlah, supaya segala mujizat yang telah Kuserahkan ke dalam tanganmu, kauperbuat di depan Firaun. Tetapi Aku akan mengeraskan hatinya, sehingga ia tidak membiarkan bangsa itu pergi.’ Artinya, pertunjukan kuasa yang maha dahsyat di hadapan Firaun, yang ditolak olehnya, akan membuatnya semakin keras dan teguh dalam pemberontakannya. Kekerasan hatinya akan meningkat dengan terus menerus melawan kuasa Allah. Tetapi Allah akan mengatasi kekerasan hati Firaun, sehingga penolakannya untuk melepaskan bangsa Israel akan membesarkan nama-Nya di hadapan orang Mesir dan di hadapan bangsanya.” 3SG 194.2

Firaun ingin membenarkan kekerasan hatinya dalam menolak perintah Ilahi, dan oleh sebab itu ia berusaha mencari dalih untuk mengabaikan mukjizat-mukjizat yang telah diadakan Allah melalui Musa. Setan telah memberikan kepadanya apa yang ia inginkan. Oleh pekerjaan yang telah diadakannya melalui ahli-ahli sihir itu, ia telah melakukannya sedemikian rupa sehingga kelihatannya kepada orang-orang Mesir bahwa Musa dan Harun hanyalah petenung-petenung dan ahli-ahli sihir, dan bahwa pekabaran yang mereka sampaikan itu tidak dapat dipandang sebagai sesuatu yang datang dari satu pribadi yang lebih tinggi. Dengan demikian pemalsuan Setan itu telah mencapai tujuannya, yaitu menguatkan orang-orang Mesir dalam pemberontakan mereka, dan menyebabkan Firaun mengeraskan hatinya terhadap bukti yang meyakinkan itu. Setan juga mengharapkan untuk dapat menggoyahkan iman Musa dan Harun, sehubungan dengan tugas mereka yang berasal dari Tuhan, agar alat-alat yang digunakannya itu bisa berhasil. Ia tidak mau orang-orang Israel itu dibebaskan dari perbudakan untuk melayani Allah yang hidup. PP 264.3

Selasa, 22 Juli

Tiga Tulah Pertama


Bacalah Keluaran 7:14-8:19. Apa yang terjadi dalam tulah-tulah ini?

 Keesokan harinya Musa dan Harun diperintahkan untuk pergi ke tepi sungai, ke tempat yang biasa dikunjungi raja. Kelimpahan air Sungai Nil yang menjadi sumber makanan dan kekayaan Mesir, menyebabkan sungai itu disembah sebagai satu ilah dan setiap hari raja pergi ke sana untuk memujanya. Di tempat ini kembali kedua bersaudara itu mengulangi pekabaran itu kepadanya, dan kemudian mereka mengangkat tongkat itu ke atas dan memukulkannya ke atas air. Air sungai itu berubah menjadi darah, ikan-ikan mati dan sungai itu mengeluarkan bau busuk. Air yang ada di rumah-rumah, persediaan air yang ada di dalam bejana-bejana semuanya berubah menjadi darah. Tetapi “para ahli sihir Mesir membuat yang demikian juga dengan ilmu-ilmu mantera, dan Firaun berpaling, lalu masuk ke istananya dan tidak mau memperhatikan hal itu juga.” Tujuh hari lamanya kutuk ini berlangsung tetapi tidak mendatangkan pengaruh apa-apa. PP 265.1

Sekali lagi tongkat itu diulurkan ke atas air dan katak ke luar dari dalam sungai itu serta memenuhi seluruh negeri itu. Mereka memenuhi rumah-rumah, memasuki kamar-kamar tidur bahkan tempat membakar dan memasak kue. Katak dianggap suci oleh orang-orang Mesir, dan mereka tidak mau membinasakannya, tetapi sekarang hewan kotor itu tidak dapat dibiarkan lagi. Mereka memenuhi istana Firaun, dan raja merasa tidak sabar dan meminta supaya katak-katak itu dimusnahkan saja. Ahli-ahli sihir itu kelihatannya dapat menjadikan katak tetapi tidak dapat memusnahkannya. Melihat hal ini Firaun merasa seperti direndahkan. Ia memanggil Musa dan Harun dan berkata: “Berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya katak-katak itu dari padaku dan dari pada rakyatku; maka aku akan membiarkan bangsa itu pergi, supaya mereka mempersembahkan korban kepada TUHAN.” Setelah mengingatkan kembali kepada raja atas kecongkakannya yang dulu itu, mereka meminta agar dia menetapkan satu waktu kapan mereka harus berdoa untuk mengusir kutuk itu. Ia menetapkan hari yang berikutnya, dan dengan diam-diam mengharapkan bahwa di antara waktu itu katak-katak itu akan lenyap dengan sendirinya. Sehingga dengan demikian melepaskan dia dari penghinaan yang pahit karena harus menyerah kepada Allah orang Israel. Namun demikian, kutuk itu berlangsung terus sampai kepada waktu yang telah ditetapkan bilamana di seluruh negeri Mesir katak-katak itu mati, tetapi bangkai-bangkainya yang membusuk itu tetap tinggal serta mencemari udara. PP 265.2

Tuhan sebenarnya dapat menjadikan katak-katak itu kembali kepada tanah dalam sekejap; tetapi Ia tidak melakukan hal ini karena jangan-jangan setelah katak itu tidak ada lagi, maka raja dan orang banyak akan menyatakan bahwa itu adalah sebagai akibat dari pada mantera-mantera atau jampi-jampi seperti pekerjaan ahli-ahli sihir itu. Katak-katak itu mati dan kemudian bangkainya dikumpulkan bertumpuk-tumpuk. Sekarang raja dan orang Mesir melihat bukti yang tidak dapat dibantah oleh filsafat-filsafat mereka yang sia-sia itu, bahwa pekerjaan ini bukan jadi oleh karena sihir, melainkan satu hukuman dari Allah yang di surga. PP 266.1

“Tetapi ketika Firaun melihat, bahwa telah terasa kelegaan, ia tetap berkeras hati.” Oleh perintah Allah, Harun mengangkat tangannya, dan debu tanah itu berubah menjadi nyamuk di seluruh negeri Mesir. Firaun memanggil para ahli sihirnya serta memerintahkan agar mereka melakukan hal yang sama tetapi mereka tidak bisa. Dengan demikian terbuktilah bahwa pekerjaan Allah lebih unggul daripada perbuatan Setan. Ahli-ahli sihir itu pun mengakui, “Inilah tangan Allah.” Tetapi tetap hati raja itu tidak terubahkan. PP 266.2

Rabu, 23 Juli

Lalat, Ternak, dan Bisul


Bacalah Keluaran 8:20-9:12. Apa yang diajarkan oleh kisah ini tentang betapa pun hebatnya manifestasi kuasa dan kemuliaan Allah, manusia tetap memiliki kebebasan untuk menolak-Nya?

 Bujukan dan amaran tidak berhasil, dan satu hukuman yang lain pun diturunkan. Saat terjadinya telah diramalkan lebih dulu, agar hal itu jangan dikatakan terjadi karena kebetulan saja. Lalat pikat memenuhi rumah-rumah dan seluruh negeri Mesir, “sehingga rumah-rumah orang Mesir, bahkan tanah, di mana mereka berdiri akan penuh dengan pikat.” Pikat ini besar-besar dan berbisa, dan sengatnya amat menyakitkan baik kepada manusia dan juga kepada hewan-hewan. Dan sebagaimana telah diramalkan hukuman ini tidak berlaku di tanah Gosyen. PP 266.3

Sekarang Firaun menawarkan izin bagi Israel untuk berbakti dan memberikan persembahan di Mesir, tetapi mereka menolak tawaran dengan syarat tersebut. “Tidak mungkin kami berbuat demikian,” kata Musa, “apabila kami mempersembahkan korban yang menjadi kekejian bagi orang Mesir itu, di depan mata mereka, tidakkah mereka akan melempari kami dengan batu?” Binatang-binatang yang harus dikorbankan oleh orang-orang Israel itu adalah binatang-binatang yang termasuk kepada golongan yang dianggap suci oleh orang-orang Mesir; dan begitu besar rasa hormat mereka terhadap binatang-binatang itu sehingga bila ada seseorang membunuhnya, sekalipun dengan tidak sengaja, dianggap sebagai tindakan kejahatan yang harus dihukum mati. Adalah mustahil bagi orang-orang Israel itu untuk mengadakan perbaktian di Mesir tanpa menyinggung perasaan majikan-majikannya itu. Sekali lagi Musa meminta agar mereka diizinkan pergi sejauh tiga hari perjalanan menuju padang belantara. Raja menyetujui dan meminta agar hamba-hamba Allah itu berdoa agar kutuk-kutuk itu dapat diangkat dari dalam negerinya. Mereka berjanji akan melaksanakannya tetapi mengamarkan kepadanya agar jangan mendustai mereka. Kutuk itu diangkat tetapi hati raja telah menjadi keras oleh pemberontakan yang terus menerus, dan ia tetap menolak untuk menyerah. PP 266.4

Satu kutuk yang lebih hebat diturunkan – bala sampar ke atas ternak orang Mesir yang ada di padang. Baik binatang-binatang yang dianggap suci dan juga ternak biasa – sapi, lembu, domba, kuda, unta dan keledai – semuanya dibinasakan. Dengan jelas sudah dinyatakan bahwa binatang-binatang kepunyaan orang Israel terpelihara dari bala sampar tersebut; dan Firaun dengan mengutus pesuruh-pesuruhnya untuk mendatangi rumah-rumah orang Israel, dapat menyadari kebenaran pernyataan Musa itu. “Dari ternak orang Israel tidak ada seekor pun yang mati.” Tetapi raja tetap berkeras hati. PP 267.1

Kemudian Musa diperintahkan untuk mengambil abu dari dapur peleburan dan “harus menghamburkannya ke udara di depan mata Firaun.” Tindakan ini mempunyai arti yang dalam. Empat ratus tahun sebelumnya, Allah telah menunjukkan kepada Abraham tentang penjajahan yang kemudian akan terjadi terhadap umat-Nya, dengan memakai lambang satu dapur peleburan yang berasap dan sebuah lampu yang menyala. Ia telah menyatakan bahwa Ia akan menjatuhkan hukuman ke atas penjajah-penjajah mereka itu, dan akan membebaskan orang-orang yang tertawan dengan membawa harta yang banyak. Di negeri Mesir, Israel sudah lama menderita di dalam dapur api penganiayaan. Tindakan Musa ini merupakan satu jaminan kepada mereka bahwa Allah mengingat perjanjian-Nya, dan bahwa saat kelepasan mereka telah tiba. PP 267.2

Apabila abu itu dihamburkan ke atas, benda-benda kecil itu memenuhi segenap negeri Mesir dan apa pun yang terkena olehnya, menderita penyakit barah “yang memecah sebagai gelembung, pada manusia dan binatang di seluruh tanah Mesir.” Imam-imam dan ahli-ahli sihir hingga saat itu telah memberi dorongan kepada Firaun supaya tetap berkeras, tetapi sekarang satu hukuman telah diturunkan, yang kena kepada diri mereka. Terpukul oleh bala yang menyakitkan itu, kuasa yang mereka banggakan itu hanya membuat mereka menjadi bahan ejekan, dan mereka tidak dapat lagi melawan Allah orang Israel. Segenap bangsa itu sekarang menyadari betapa bodohnya untuk berharap kepada ahli-ahli sihir itu, di mana ternyata sekarang bahwa mereka tidak sanggup melindungi sekalipun diri mereka sendiri. PP 267.3

Kamis, 24 Juli

Hujan Es, Belalang, dan Kegelapan


Bacalah Keluaran 9:13-10:29. Seberapa berhasilkah tulah-tulah ini membuat Firaun berubah pikiran?

 Ancaman berikutnya yang dinyatakan kepada Firaun adalah hujan es dengan disertai amaran, “Oleh sebab itu, ternakmu dan segala yang kaupunyai di padang, suruhlah dibawa ke tempat yang aman; semua orang dan segala hewan, yang ada di padang dan tidak pulang berkumpul ke rumah, akan ditimpa oleh hujan es itu, sehingga mati.” Hujan es bukanlah sesuatu yang sering terjadi di Mesir, dan hal seperti ini belum pernah dilihat oleh orang Mesir. Amaran itu tersebar dengan cepat, dan semua orang yang percaya akan firman Tuhan telah mengumpulkan ternak mereka, sementara mereka yang mencemoohkan amaran itu membiarkan ternaknya di padang. Dengan demikian di tengah-tengah hukuman, rahmat Allah telah dinyatakan, orang banyak diuji, dan nyatalah sekarang berapa banyak yang telah dituntun untuk takut kepada Allah oleh perwujudan kuasa-Nya. PP 269.2

Badai itu datang seperti yang diramalkan – guntur dan hujan es, serta api bercampur dengannya, “sangat dahsyat, seperti yang belum pernah terjadi di seluruh negeri orang Mesir, sejak mereka menjadi suatu bangsa. Hujan es itu menghantam segala sesuatu yang ada di padang, di seluruh tanah Mesir, dari manusia sampai binatang; juga segala tumbuh-tumbuhan di padang dihantam oleh hujan itu dan segala pohon di padang ditumbangkannya.” Puing-puing dan kehancuran menandai jalan yang dilalui oleh malaikat-malaikat yang membawa kebinasaan itu. Tanah Gosyen saja yang terhindar dari kutuk ini. Dengan demikian ditunjukkanlah kepada orang Mesir bahwa bumi ini berada di bawah pengendalian Allah yang hidup, bahwa unsur-unsur di dalam alam ini mentaati suara-Nya dan satu-satunya jalan untuk beroleh keselamatan adalah dengan menurut Dia. PP 269.3

Segenap negeri Mesir gemetar di hadapan curahan pehukuman Ilahi itu. Dengan segera Firaun memanggil kedua bersaudara itu dan berseru, “Aku telah berdosa sekali ini, Tuhan itu yang benar, tetapi aku dan rakyatkulah yang bersalah. Berdoalah kepada Tuhan; guruh yang sangat dahsyat dan hujan es itu sudah cukup. Maka aku akan membiarkan kamu pergi, tidak usah kamu tinggal lebih lama lagi. Dan jawabnya adalah, “Sekeluar aku dari kota ini, aku akan mengembangkan tanganku kepada Tuhan; guruh akan berhenti dan hujan es tidak akan turun lagi, supaya engkau mengetahui, bahwa bumi adalah milik Tuhan. Tetapi tentang engkau dan para pegawaimu, aku tahu, bahwa kamu belum takut kepada Tuhan Allah.” PP 270.1

Sekarang Musa mengangkat tongkatnya ke atas negeri itu, dan angin timur pun bertiuplah dan mendatangkan belalang. “Datanglah belalang meliputi seluruh tanah Mesir dan hinggap di seluruh daerah Mesir, sangat banyak; sebelum itu tidak pernah ada belalang yang demikian banyaknya dan sesudah itu pun tidak akan terjadi lagi yang demikian.” Mereka memenuhi langit sehingga negeri itu menjadi gelap dan memusnahkan segala tanaman yang masih tinggal. Dengan segera Firaun memanggil nabi dan berkata, “Aku telah berbuat dosa terhadap TUHAN, Allahmu, dan terhadap kamu. Oleh sebab itu, ampunilah kiranya dosaku untuk sekali ini saja dan berdoalah kepada TUHAN, Allahmu itu, supaya bahaya maut ini dijauhkan-Nya dari padaku.” Mereka perbuat hal itu, dan angin barat yang bertiup dengan kuatnya menghembus belalang-belalang itu ke Laut Merah. Tetapi raja tetap berkeras dalam tekadnya itu. PP 271.5

Tiba-tiba kegelapan menyelubungi negeri itu, begitu pekat sehingga “orang dapat meraba gelap itu.” Orang banyak bukan saja tidak mempunyai cahaya terang tetapi udara menjadi begitu sesak sehingga menyebabkan mereka sulit bernapas “Tidak ada orang yang dapat melihat temannya, juga tidak ada orang yang dapat bangun dari tempatnya selama tiga hari; tetapi pada semua orang Israel ada terang di tempat kediamannya.” Matahari dan bulan adalah benda-benda yang disembah oleh orang Mesir; di dalam kegelapan yang ganjil ini orang banyak bersama-sama dengan dewa mereka telah ditimpa oleh kuasa yang telah membela nasib budak-budak itu. Tetapi bagaimanapun menakutkannya kegelapan itu, pehukuman itu merupakan satu bukti tentang belas kasihan Allah serta rasa enggan-Nya untuk membinasakan mereka. Ia mau memberikan kepada mereka suatu kesempatan untuk merenung dan bertobat sebelum menjatuhkan ke atas diri mereka kutuk terakhir yang paling dahsyat. PP 272.1

Jumat, 25 Juli

Pendalaman

 Akhirnya rasa takut memaksa Firaun meminta untuk dikasihani. Pada akhir hari yang ketiga dari pada kegelapan itu, ia memanggil Musa untuk menghadap serta menyetujui kepergian orang Israel, asalkan kawanan kambing domba mereka dibiarkan tinggal di Mesir. “Seekor pun tidak akan kami tinggalkan,” kata orang Israel yang teguh pendiriannya itu. “Kami tidak tahu, dengan apa kami harus beribadah kepada TUHAN, sebelum kami sampai di sana.” Kemarahan raja meledak tak terkendalikan lagi. Ia berteriak, “Pergilah dari padaku; awaslah engkau, jangan lihat mukaku lagi, sebab pada waktu engkau melihat mukaku, engkau akan mati.” PP 272.2

Jawab Musa, “Tepat seperti ucapanmu itu! Aku takkan melihat mukamu lagi!” PP 272.3

“Musa adalah seorang yang sangat terpandang di tanah Mesir, di mata pegawai-pegawai Firaun dan di mata rakyat.” Musa disegani oleh orang-orang Mesir. Raja tidak berani mengusik dia, karena orang banyak menganggap dia sebagai satu-satunya orang yang memiliki kuasa untuk menghentikan kutuk itu. Mereka menghendaki agar orang Israel diizinkan meninggalkan Mesir. Raja sendiri dan imam-imam itu yang menentang tuntutan Musa yang terakhir. PP 272.4