Ditangkap dan Diadili

Pelajaran 11, Triwulan 3, 7-13 September 2024

img rest_in_christ
Bagikan Pelajaran ini
Download Pdf

Sabat Sore, 7 September

Ayat Hafalan:

Kata-Nya: "Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki." KJV - Markus 14 : 36


Kristus sedang berdiri pada titik peralihan antara dua sistem dan dua perayaan mereka yang besar. Ia sebagai anak domba Allah yang tidak bercacat, hampir akan menyerahkan diri-Nya sebagai suatu persembahan karena dosa, agar dengan demikian Ia akan mengakhiri sistem upacara korban bayangan yang selama empat ribu tahun telah menunjuk kepada kematian-Nya. Ketika Ia makan Paskah dengan murid-muridNya, Ia mendirikan sebagai gantinya upacara yang akan menjadi peringatan pengorbanan-Nya yang besar itu. Perayaan nasional orang Yahudi itu harus dihilangkan selama-lamanya. Upacara yang ditetapkan oleh Kristus harus dipelihara oleh para pengikut-Nya di semua negeri dan pada segenap zaman. DA 652.2

Melalui ajaran upacara pengorbanan, Kristus harus ditinggikan dihadapan segala bangsa, dan semua orang yang mau memandang kepada-Nya harus hidup. Kristus adalah dasar kehidupan orang Yahudi. Segenap cara dan simbol adalah nubuatan yang tersusun rapat dari Injil, suatu pengkajian yang dalam dimana terikat janji-janji penebusan. AA 14.1

Minggu, 8 September

Tidak terlupakan


Bacalah Markus 14:1-11. Dua kisah apa yang saling terkait di sini, dan bagaimana keduanya saling mempengaruhi satu sama lain?

“Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, datanglah kepada-Nya seorang perempuan yang membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi yang mahal harganya, lalu membubuh minyak itu pada kepala-Nya, ketika Ia sedang duduk makan. Matius 26:6, 7. CTr 252.1

Kejadian ini penuh dengan pengajaran. Yesus, Sang Penebus dunia, semakin dekat dengan waktu ketika Dia akan memberikan nyawa-Nya bagi dunia yang berdosa. Namun, betapa sedikitnya murid-murid-Nya yang menyadari apa yang akan mereka kehilangan. Maria tidak dapat memikirkan hal ini. Hatinya dipenuhi dengan kasih yang murni dan kudus. Perasaan hatinya adalah “Apakah yang akan kuberikan kepada Tuhan atas segala kebaikan-Nya kepadaku?” Minyak wangi ini, yang menurut para murid sangat mahal harganya, hanyalah ungkapan kasihnya yang sederhana kepada Tuhannya. Tetapi Kristus dapat menghargai pemberian itu sebagai ungkapan kasihnya, dan hati Maria dipenuhi dengan kedamaian dan kebahagiaan yang sempurna. CTr 252.2

“Kristus berkenan kepada keinginan Maria yang sungguh-sungguh untuk melakukan kehendak Tuhannya. Dia menerima kekayaan kasih sayang yang murni yang tidak dapat dipahami oleh murid-murid-Nya.” .... Minyak wangi Maria adalah karunia kasih, dan hal ini memberikan nilai tersendiri di mata Kristus.... Yesus melihat Maria mundur dengan rasa malu, karena berharap mendengar teguran dari Dia yang dikasihinya dan disembahnya. Namun, yang ia dengar justru kata-kata pujian. “Mengapa kamu menyusahkan perempuan itu?” kata-Nya, “sebab ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik terhadap Aku. Sebab orang miskin selalu ada padamu, tetapi Aku tidak selalu ada padamu. Karena ia telah menuangkan minyak ini ke atas tubuh-Ku, ia melakukannya untuk penguburan-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh dunia, di situ juga apa yang dilakukan perempuan ini akan diceritakan untuk menjadi peringatan akan dia.” Tidak ada pengurapan lain yang akan diterima Yesus, karena hari Sabat sudah dekat, dan mereka memelihara hari Sabat sesuai dengan perintah .... Keinginan Maria untuk melakukan pelayanan ini bagi Tuhannya jauh lebih berharga bagi Kristus daripada semua minyak narwastu yang mahal dan berharga di dunia ini, karena hal itu menunjukkan penghargaannya kepada Penebus dunia. Kasih Kristuslah yang telah mendorongnya .... CTr 252.3

“Maria, dengan kuasa Roh Kudus, melihat dalam diri Yesus Seseorang yang datang untuk mencari dan menyelamatkan jiwa-jiwa yang hampir binasa. Setiap murid seharusnya diilhami dengan pengabdian yang sama.” – Manuscript 28, 1897.” CTr 252.4

“Ketika Yudas mengkhianati Gurunya, ia tidak menyangka bahwa Kristus akan membiarkan diri-Nya dibawa. Betapa seringnya ia melihat ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, ketika Yesus mengajarkan kebenaran kepada mereka dalam perumpamaan-perumpamaan, terbawa oleh gambaran-gambaran yang mencolok yang disajikan. Ketika pertanyaan-pertanyaan diberikan untuk keputusan mereka, mereka telah menyatakan penghakiman atas diri mereka sendiri, mengutuk jalan yang mereka tempuh. Betapa seringnya ketika Kristus telah menerapkan Firman ke dalam hati mereka sendiri, dan menunjukkan bahwa merekalah yang Ia gambarkan di hadapan orang banyak, kebenaran yang nyata, mereka disuruh pulang, membuat mereka marah, dan dalam rasa malu dan kegilaan mereka, mereka mengambil batu untuk melempari Penebus dunia! Berulang-ulang Dia mau dibunuh jika bukan karena malaikat-malaikat surgawi yang menyertai-Nya dan menjaga hidup-Nya sampai saat kasus orang Yahudi sebagai sebuah bangsa harus diputuskan. Kehidupan manusia ini harus dijaga oleh kuasa Allah sampai hari pekerjaan-Nya selesai. 12LtMs, Ms 28, 1897, par. 5

“Tetapi Yudas tidak berpikir sesuai dengan maksud Allah. Jika Kristus dapat luput dari begitu banyak jerat yang dipasang untuk membunuh-Nya, pikirnya, Dia pasti tidak akan membiarkan diri-Nya diambil oleh orang-orang Farisi dan Saduki. Dia, Yudas, akan memainkan perannya dalam menjual Tuhannya dan mendapatkan upahnya, sementara orang-orang akan ditipu dari uang mereka. Bahkan sampai akhir persahabatannya dengan para murid, Yudas tidak dicurigai oleh mereka akan maksud jahat yang ada di dalam hatinya..” 12LtMs, Ms 28, 1897, par. 6

Senin, 9 September

Perjamuan Terakhir


Bacalah Markus 14:22-31. Apa makna penting bagi iman Kristen yang ditemukan dalam kisah ini?

“Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: “Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku.” Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: “Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa. Akan tetapi Aku berkata kepadamu: mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku.” DA 653.3

Yudas si pengkhianat hadir pada upacara perjamuan itu. Ia menerima dari Yesus lambang tubuh-Nya yang sudah dipecah-pecahkan serta darah-Nya yang sudah ditumpahkan. Ia mendengar perkataan, “Perbuatlah demikian menjadi suatu peringatan akan Aku.” Dan sambil duduk di situ di hadirat Anak Domba Allah, si pengkhianat itu merenungkan niatnya sendiri yang gelap itu, serta menaruh pikiran yang murung dan penuh rasa dendam. DA 653.4

Pada waktu membasuh kaki, Kristus telah memberikan bukti yang meyakinkan bahwa Ia mengerti tabiat Yudas. “Tidak semua kamu bersih” (Yohanes 13:11), kata-Nya. Perkataan ini meyakinkan murid yang palsu ini bahwa Kristus membaca niatnya yang tersembunyi. Sekarang Kristus berbicara lebih jelas lagi. Sementara mereka duduk di sekeliling meja berkatalah Ia, sambil memandang kepada murid-murid-Nya, “Bukan tentang kamu Aku berkata. Aku tahu siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku.” DA 653.5

Meskipun Yesus mengetahui Yudas dari mulanya, dibasuh-Nya juga kakinya. Dan si pengkhianat itu mendapat kesempatan untuk bersatu dengan Kristus dalam mengambil bagian dari perjamuan itu. Juruselamat yang panjang sabar menawarkan setiap ajakan bagi orang berdosa untuk menerima Dia, bertobat dan disucikan dari kenajisan dosa. Inilah teladan bagi kita. Bila kita menganggap bahwa seorang berada dalam kesalahan dan dosa, jangan hendaknya kita memisahkan diri dari dia. Jangan hendaknya dengan perpisahan karena sifat kurang peduli kita meninggalkan dia sebagai mangsa penggodaan, atau mengusir dia ke atas medan pertempuran Setan. Ini bukanlah metode Kristus. Ia membasuh kaki murid-murid justru karena mereka mudah berbuat kesalahan dan bersalah, dan semuanya kecuali seorang dari kedua belas murid itu dibawa kepada pertobatan dengan jalan demikian! DA 655.4

Bila kita menerima roti dan anggur yang melambangkan tubuh Kristus yang sudah dipecah-pecahkan dan darah yang sudah dicurahkan, maka dalam angan-angan kita menggabungkan diri dalam peristiwa Perjamuan Kudus di ruangan atas. Kita tampaknya sedang melalui taman yang disucikan oleh sengsara-Nya yang menanggung dosa dunia. Kita menyaksikan pergumulan yang olehnya perdamaian kita dengan Allah diperoleh. Kristus dinyatakan tersalib di antara kita. DA 661.1

Sesudah nyanyian itu, mereka pun keluar. Mereka berjalan melalui jalan-jalan yang ramai, melewati gerbang kota itu menuju ke Bukit Zaitun. Dengan perlahan-lahan mereka berjalan terus, masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri. Ketika mereka mulai menurun menuju ke bukit, Yesus mengatakan, dalam nada kesedihan yang dalam, “Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai.” Matius 26:31. Murid-murid mendengarkan dengan kesedihan dan keheranan. Mereka ingat bagaimana di dalam rumah sembahyang di Kapernaum, ketika Kristus berbicara tentang diri-Nya sebagai roti hidup, banyak orang merasa sakit hati, dan berbalik dari Dia. Tetapi kedua belas murid tidak menunjukkan diri tidak setia. Petrus, yang menjadi juru bicara untuk saudara-saudaranya, pada waktu itu menyatakan kesetiaannya kepada Kristus. Kemudian Juruselamat berkata, “Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang diantaramu adalah Iblis.” Yoh. 6:70. Dalam ruangan atas Yesus mengatakan bahwa salah seorang dari kedua belas murid akan menyerahkan Dia, dan bahwa Petrus akan menyangkal Dia. Tetapi sekarang perkataan-Nya meliputi mereka semuanya. DA 673.1

Sekarang suara Petrus kedengaran menyanggah dengan keras, “Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak.” Di ruangan atas ia telah berkata, “Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu.” Yesus telah mengamarkan dia bahwa pada malam itu juga ia akan menyangkal Juruselamatnya. Sekarang Kristus mengulangi amaran itu, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada hari ini, malam ini juga, sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” Tetapi Petrus hanya berkata lebih keras lagi, ‘Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.’ Semua yang lain pun berkata demikian juga.” Mrk. 14:29, 30, 31 Dalam keyakinan mereka pada diri sendiri mereka menyangkali ucapan yang diulang-ulangi oleh Dia yang mengetahui. Mereka tidak siap untuk ujian itu; bila penggodaan menimpa mereka, mereka akan mengerti kelemahan mereka sendiri. DA 673.2

Ketika Petrus mengatakan Ia akan mengikut Tuhannya ke penjara dan sampai kepada kematian, ia maksudkan demikian, dengan sungguh-sungguh; tetapi ia tidak mengetahui akan dirinya sendiri. Jauh di lubuk hatinya terdapatlah unsur-unsur kejahatan yang akan dihidupkan oleh keadaan. Kecuali ia dijadikan sadar akan bahayanya, hal ini akan terbukti menjadi kebinasaannya yang kekal. Juruselamat melihat dalamnya sifat cinta diri sendiri dan keyakinan yang akan melebihi kasihnya bagi Kristus sekalipun. Banyak kelemahan, dosa yang tidak ditaklukkan, semangat yang gegabah, perangai yang tidak disucikan, sikap tidak peduli dalam memasuki penggodaan, telah dinyatakan dalam pengalamannya. Amaran Kristus yang sungguh-sungguh merupakan suatu panggilan untuk menyelidiki hati. Perlu bagi Petrus untuk tidak mempercayai dirinya sendiri, dan mempunyai iman yang lebih dalam pada Kristus. Sekiranya dengan kerendahan hati ia telah menerima amaran itu, ia akan dapat memohon kepada Gembala kawanan domba itu untuk menjaga domba-domba-Nya. Ketika di Danau Galilea ia hampir tenggelam, ia berseru, “Tuhan, tolonglah aku.” Mat. 14:30. Lalu tangan Kristus direntangkan untuk memegang tangannya. Demikian juga sekarang, sekiranya ia telah berseru kepada Yesus, Selamatkan aku dari diriku sendiri, ia akan terpelihara. Tetapi Petrus merasa bahwa ia tidak dipercayai, dan ia berpendapat bahwa hal itu kejam. Perasaannya sudah dilukai, dan ia menjadi lebih gigih dalam keyakinannya pada diri sendiri. DA 673.2

Selasa, 10 September

Getsemani


Bacalah Markus 14:32-42. Apakah yang didoakan Yesus di Getsemani dan bagaimana doa tersebut dijawab?

“Sambil berpaling, Yesus mencari tempat untuk mengasingkan diri, dan bersujud, diliputi oleh kengerian kegelapan yang luar biasa. Sifat kemanusiaan Anak Allah gemetar pada saat-saat yang sulit itu. Ia tidak berdoa untuk murid-murid-Nya agar iman mereka tidak goyah, tetapi untuk jiwa-Nya sendiri yang sedang dicobai dan menderita. Saat yang mengerikan telah tiba - saat yang akan menentukan nasib dunia. Nasib umat manusia terguncang di dalam timbangan. Kristus bahkan mungkin sekarang menolak untuk meminum cawan yang telah disediakan bagi manusia yang bersalah. Saat itu belum terlambat. Dia mungkin akan menghapus keringat darah dari kening-Nya, dan membiarkan manusia binasa dalam kesalahannya. Dia mungkin berkata, Biarlah orang yang melanggar itu menerima hukuman atas dosanya, dan Aku akan kembali kepada Bapa-Ku. Akankah Anak Allah meminum cawan pahit penghinaan dan penderitaan? Akankah orang yang tidak bersalah menderita akibat dari kutukan dosa, untuk menyelamatkan orang yang bersalah? Kata-kata itu keluar dengan gemetar dari bibir Yesus yang pucat, “Ya Bapa-Ku, jikalau cawan ini tidak akan berlalu dari pada-Ku, jikalau Aku tidak meminumnya, jadilah kehendak-Mu.” DA 690.2

“Tiga kali Ia mengucapkan doa itu. Tiga kali kemanusiaan telah menganjur surut dari pengorbanan yang terakhir yang paling hebat itu. Tetapi sekarang sejarah umat manusia terbayang di hadapan Penebus dunia. Ia melihat bahwa para pelanggar hukum, jika dibiarkan sendirian, mesti binasa. Ia melihat keadaan manusia yang tidak berdaya. Ia melihat kuasa dosa. Malapetaka dan ratapan dunia yang terkutuk terbayang di hadapan-Nya. Ia melihat nasib yang mengancamnya, dan keputusan-Nya pun diambil-Nya. Bagaimanapun juga Ia akan menyelamatkan manusia kepada-Nya. Ia menerima baptisan darah-Nya, agar melalui Dia berjuta juta orang yang sedang binasa dapat memperoleh hidup kekal. Ia telah meninggalkan istana surga, di mana semuanya adalah kesucian, kebahagiaan. dan kemuliaan, untuk menyelamatkan satu domba yang hilang, satu dunia yang sudah jatuh oleh pelanggaran. Dan Ia tidak akan berbalik dari tugas-Nya. Ia akan menjadi perdamaian bagi bangsa manusia yang telah gemar melakukan dosa. Doa-Nya sekarang hanya menyampaikan penyerahan, “Jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu.” DA 690.3

“Setelah mengambil keputusan ini, Ia terjatuh dalam keadaan hampir mati ke tanah yang dari padanya Ia baru berdiri sedikit. Di manakah sekarang murid-murid-Nya, untuk menaruh tangan dengan lemah lembut di bawah kepala Guru mereka yang mulai lemah, dan membasahi dahi yang dilukai lebih daripada anak-anak manusia? Juruselamat mengirik apitan sendirian, dan tidak seorangpun dari orang banyak itu bersama sama dengan Dia. DA 693.1

“Tetapi Allah menderita dengan Anak-Nya. Malaikat-malaikat memandang derita Juruselamat. Mereka melihat Tuhan mereka dikelilingi oleh banyak sekali tentara Setan, keadaan-Nya dibebani dengan suatu kengerian yang menakutkan dan gaib. Di surga sunyi senyap. Tidak ada kecapi yang dipetik. Sekiranya manusia yang fana dapat melihat keheranan bala tentara malaikat ketika dalam kesedihan yang tidak diungkapkan mereka memperhatikan Bapa memisahkan sinar terang, kasih, dan kemuliaan-Nya dari Anak-Nya yang kekasih, mereka akan mengerti lebih baik betapa menjijikkan dosa itu pada pemandangan-Nya. DA 693.2

“Dunia-dunia yang tidak jatuh dan malaikat-malaikat di surga telah memperhatikan dengan perhatian besar ketika pertentangan itu hampir akan berakhir. Setan dan persekutuan kejahatannya, rombongan malaikat yang murtad, memperhatikan sungguh-sungguh krisis besar ini dalam pekerjaan penebusan. Kuasa kebaikan dan kejahatan menunggu hendak melihat jawab apa akan diberikan pada doa Kristus yang diulangi tiga kali itu. Malaikat-malaikat ingin membawa keringanan kepada penderita Ilahi itu, tetapi hal ini tidak diperbolehkan. Tidak ada jalan kelepasan didapat untuk Anak Allah. Dalam krisis yang dahsyat ini, ketika segala sesuatu berada dalam pertaruhan, ketika cawan yang sukar dipahami itu bergetar pada tangan si penderita, langit pun terbukalah, suatu terang bersinar di tengah kegelapan saat krisis yang hebat dan malaikat yang berkuasa yang berdiri di hadirat Allah, yang menempati kedudukan yang dari padanya Setan jatuh, datang ke sisi Kristus. Malaikat itu datang bukannya hendak mengambil cawan itu dari tangan Kristus, melainkan hendak menguatkan Dia untuk meminumnya, dengan jaminan kasih Bapa. Ia datang hendak memberikan kuasa pemohon manusia Ilahi itu. Ia mengalihkan perhatian-Nya kepada langit yang terbuka, dan mengatakan kepada-Nya tentang jiwa-jiwa yang akan diselamatkan sebagai akibat penderitaan-Nya. Ia memastikan kepada-Nya bahwa Bapa-Nya lebih besar dan lebih berkuasa daripada Setan, bahwa kematian-Nya akan mengakibatkan kekalahan belaka di pihak Setan, dan bahwa kerajaan dunia ini akan diberikan kepada segala kesucian Allah tatkala Ia mengatakan kepada-Nya bahwa Ia akan melihat kesukaran jiwa-Nya dan merasa puas karena Ia akan melihat serombongan besar umat manusia yang diselamatkan, diselamatkan selama-lamanya. DA 693.3

“Sengsara Kristus tidak berhenti, tetapi perasaan tertekan dan perasaan putus asa hilang dari pada-Nya. Topan sekali-kali belum berhenti, tetapi Ia yang menjadi sasarannya dikuatkan untuk menghadapi keganasannya. Ia keluar dalam keadaan tenang dan tenteram. Damai surga terdapat di wajah-Nya yang berlumuran darah. Ia telah menanggung sesuatu yang tidak pernah akan dapat ditanggung oleh manusia; karena Ia telah merasai penderitaan kematian bagi setiap manusia.” DA 694.1

Rabu, 11 September

Meninggalkan Semua untuk Lari dari Yesus


Bacalah Markus 14:43-52. Apa yang terjadi di sini yang begitu penting bagi rencana keselamatan?

Sambil memandang dengan sedihnya kepada mereka, Ia berkata, “Tidurlah sekarang dan istirahatlah: Lihatlah, saatnya sudah tiba, bahwa Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa.” DA 694.3

Pada saat la mengucapkan perkataan ini, Ia mendengar langkah kaki orang banyak yang sedang mencari Dia, dan berkata, “Bangunlah kamu, marilah kita pergi; dia yang menyerahkan Aku sudah dekat.” DA 694.4

Derita yang haru saja dirasakan-Nya tidak kelihatan ketika Yesus melangkah hendak berjumpa dengan orang yang hendak menyerahkan Dia. Sambil berdiri di muka murid-murid-Nya Ia berkata, “Siapakah yang kamu cari?” Mereka menjawab, “Yesus orang Nazaret.” Yesus menjawab, “Akulah Dia.” Ketika perkataan ini diucapkan, malaikat yang tadinya melayani Yesus berpindah di antara Dia dan orang banyak. Suatu terang Ilahi menerangi wajah Juruselamat, dan suatu rupa seperti burung merpati menaungi Dia. Oleh adanya kemuliaan Ilahi ini. orang banyak yang ingin membunuh ini tidak dapat berdiri sesaat pun. Mereka mundur terhuyung-huyung. Imam-imam, tua-tua, serdadu-serdadu, malahan Yudas pun, jatuh ke tanah seperti orang mati. DA 694.5

Malaikat itu mengundurkan diri, dan terang itu pun lenyaplah. Yesus mempunyai kesempatan untuk meluputkan diri, tetapi la tinggal tetap di situ, dalam keadaan tetap tenang saja. Sebagai seorang yang dipermuliakan Ia berdiri di tengah rombongan orang banyak yang sudah keras hati yang sekarang tertiarap dan tidak berdaya di kaki-Nya. Murid-murid melihatnya, terdiam karena keheranan dan kekaguman. DA 694.6

Tetapi dengan cepat pemandangan itu berubah. Orang banyak bangkit berdiri. Serdadu-serdadu Roma, imam-imam dan Yudas, berkumpul di sekeliling Kristus. Tampaknya mereka merasa malu akan kelemahan mereka, dan khawatir jangan-jangan Ia akan meloloskan diri. Sekali lagi pertanyaan ditanyakan oleh Penebus, “Siapakah yang kamu cari?” Mereka telah mendapat bukti bahwa Ia yang berdiri di hadapan mereka adalah Anak Allah, tetapi mereka tidak mau diyakinkan. Menjawab pertanyaan “Siapakah yang kamu cari?” sekali lagi mereka menjawab, “Yesus orang Nazaret.” Kemudian Juruselamat berkata, “Aku sudah mengatakan kepadamu, Akulah Dia; sebab itu, jikalau kamu mencari Aku, biarkanlah orang ini pergi,” sambil menunjuk kepada murid-murid. Ia mengetahui alangkah lemahnya iman mereka, dan Ia berusaha melindungi mereka dari penggodaan dan ujian. Bagi mereka Ia bersedia mengorbankan diri-Nya. DA 695.1

Yudas si pengkhianat itu tidak lupa peranan yang hendak dilakukannya. Ketika orang banyak memasuki taman itu, ia telah mendahului mereka, diikuti oleh imam besar. Kepada orang-orang yang hendak menangkap Yesus ia telah memberikan tanda dengan berkata, “Orang yang akan kucium, itulah Dia, tangkaplah Dia.” Mat. 26:48. Sekarang ia pura-pura tidak ada bagian dengan mereka. Setelah mendekati Yesus, ia memegang tangan-Nya sebagai seorang sahabat yang akrab. Dengan perkataan, “Salam rabi,” ia mencium-Nya berulang-ulang, dan menangis seakan menaruh simpati kepada-Nya dalam bahaya-Nya. DA 695.2

Yesus berkata kepadanya, “Hai teman, untuk itukah engkau datang?” Suara-Nya gemetar dengan kesusahan ketika Ia menambahkan, “Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?” Seruan ini seharusnya membangkitkan angan-angan hati orang yang menyerahkan Dia, dan menjamah hatinya yang degil; tetapi kehormatan, kesetiaan dan kelemahlembutan manusia telah meninggalkan dia. Ia berdiri dengan berani dan menantang, tanpa menunjukkan kecenderungan untuk menaruh kasihan. Ia telah menyerahkan dirinya kepada Setan, dan ia tidak mempunyai kuasa untuk melawan dia. Yesus tidak menolak ciuman orang yang menyerahkan Dia. DA 696.1

Orang banyak bertambah berani ketika mereka melihat Yudas menjamah Dia yang belum lama berselang dipermuliakan di hadapan mata mereka. Sekarang mereka menangkap Yesus, dan mulai mengikat tangan yang indah yang telah digunakan dalam berbuat baik. DA 696.2

Murid-murid telah berpikir bahwa Guru mereka tidak akan membiarkan diri-Nya ditangkap. Karena kuasa yang sama yang telah menyebabkan orang banyak itu jatuh sebagai orang mati dapat menahan mereka dalam keadaan tidak berdaya, sampai Yesus dan sahabat-sahabat-Nya meloloskan diri. Mereka kecewa dan marah ketika mereka melihat tali dibawa ke depan untuk mengikat tangan Orang yang mereka kasihi. Petrus dalam amarahnya buru-buru menghunus pedangnya dan mencoba membela Gurunya, tetapi ia hanya memancung telinga hamba imam besar. Ketika Yesus melihat apa yang telah dilakukan, la melepaskan tangan-Nya, meskipun dipegang erat-erat oleh serdadu-serdadu Roma, dan berkata, “Sudahlah itu!” Ia menjamah telinga yang luka itu, dan menyembuhkannya. Kemudian Ia berkata kepada Petrus, “Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang. Atau kau sangka bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?” Satu pasukan gantinya masing-masing murid-murid. Oh, mengapa, pikir murid-murid itu, bukankah Ia menyelamatkan diri-Nya dan kita pun? Menjawab pikiran mereka yang tidak diucapkan itu, Ia menambahkan, “Jikalau begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?” “Bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?” DA 696.3

Murid-murid ketakutan ketika mereka melihat Yesus membiarkan diri-Nya ditangkap dan diikat. Mereka merasa sakit hati Karena Ia membiarkan penghinaan ini kepada diri-Nya dan kepada mereka. Mereka tidak dapat mengerti tingkah laku-Nya, dan mereka menyalahkan Dia karena menyerah kepada orang banyak. Dalam kemarahan dan ketakutan mereka, Petrus menganjurkan untuk meluputkan diri mereka sendiri. Untuk mengikuti anjuran ini, mereka semuanya “lari meninggalkan Dia.” Tetapi Yesus telah meramalkan perihal murid-murid-Nya meninggalkan Dia. “Lihat,” Ia telah mengatakan, “saatnya datang bahkan sudah datang, bahwa kamu dicerai-beraikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku.” Yoh. 16:32. DA 697.2

Kamis, 12 September

Siapa Engkau ?


Baca Markus 14:6-72. Bandingkanlah bagaimana Yesus merespons peristiwa-peristiwa yang berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Petrus. Pelajaran apa yang dapat kita pelajari dari perbedaan ini?

Akhirnya Kayafas, sambil mengangkat tangannya arah ke langit, me- nyapa Yesus dalam bentuk suatu sumpah yang sungguh-sungguh. “Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias Anak Allah, atau tidak.”DA 706.3

Terhadap seruan ini Kristus tidak dapat tinggal diam. Ada waktunya tinggal diam, dan ada waktunya berbicara. Ia tidak berbicara sampai di-tanyai secara langsung. Ia mengetahui bahwa menjawab sekarang akan memastikan kematian-Nya. Tetapi seruan itu diadakan oleh penguasa bangsa yang tertinggi, dan dalam nama Yang Maha Tinggi. Kristus tidak akan gagal untuk menunjukkan penghormatan yang sepatutnya terhadap hukum Lebih dari ini. hubungan-Nya sendiri kepada Bapa ditanyakan kepada-Nya. Ia harus menyatakan tabiat dan tugas-Nya dengan terusterang. Yesus telah mengatakan kepada murid-murid-Nya, “Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di surga.” Mat. 10:32. Sekarang dengan teladanNya sendiri Ia mengulangi pelajaran itu. DA 706.4

“Mulai sekarang,” kata Yesus, “kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit.” Dalam perkataan ini Kristus mengemukakan pemandangan yang bertentangan dengan apa yang sedang terjadi pada saat itu. Ia, Tuhan ke-hidupan dan kemuliaan, akan didudukkan pada sebelah kanan Allah. Ia akan menjadi hakim segenap bumi, dan dari keputusan-Nya tidak ada yang dapat naik banding. Lalu setiap perkara yang tersembunyi akan ditaruh dalam terang wajah Allah, dan hukuman dijatuhkan ke atas se- tiap orang sesuai dengan perbuatannya. DA 707.3

Pemandangan itu lalu dari pandangan imam itu. Perkataan Kristus sangat melukai hatinya, seorang Saduki. Kayafas telah menyangkal doktrin kebangkitan, pehukuman. dan kehidupan di masa depan. Sekarang bernyala-nyalalah amarahnya oleh kemarahan Setan. Apakah orang ini, se-orang tahanan di hadapannya, akan menyerang teori yang ditaruhnya dalam hatinya? Sambil mengoyakkan jubahnya, supaya orang banyak dapat melihat perasaan ngerinya yang pura-pura, ia menuntut agar orang tahanan itu dihukum karena menghujat tanpa diadakan pemeriksaan pen-dahuluan lebih lanjut. “Untuk apa kita perlu saksi lagi?” katanya, “sekarang kamu sudah mendengar hujat-Nya. Bagaimana pendapat kamu?” Dan mereka semuanya mempersalahkan Dia. DA 708.2

Ketika Kayafas mengoyakkan jubahnya, perbuatannya mengartikan bagaimana kedudukan bangsa Yahudi sebagai suatu bangsa terhadap Allah sesudah saat itu. Umat Allah yang tadinya disenangi sedang memisahkan diri dari Dia, dan dengan cepatnya sedang menjadi suatu umat yang tidak diakui oleh Yehovah sebagai milik-Nya. Ketika Kristus berseru di salib. “Sudah selesai” (Yoh. 19:30), dan tirai di bait suci terbelah dua, Penunggu Yang Suci menyatakan bahwa bangsa Yahudi telah menolak Dia yang dilambangkan oleh segala upacara korban mereka, yang menjadi kenyataan bagi segala upacara bayangbayang mereka. Israel telah memisahkan diri dari Allah. Memang sudah sepantasnya Kayafas mengoyakkan jubah jabatannya yang mengartikan bahwa ia mengaku sebagai seorang wakil Imam Besar; karena hal itu tidak lagi mengandung arti baginya atau bagi orang banyak. Sudah sepantasnya imam besar mengoyakkan jubahnya dalam kengerian bagi dirinya sendiri dan bagi orang banyak. DA 709.4

Petrus tidak menghendaki tabiatnya yang sebenarnya diketahui. Dalam bersikap acuh tak acuh ia telah menempatkan dirinya di tempat Setan, dan mudah sekali menjadi mangsa pencobaan. Kalau ia telah dipanggil untuk berperang bagi Gurunya, ia akan menjadi seorang serdadu yang berani; tetapi ketika jari yang menghina ditunjukkan kepadanya, terbukti ia adalah seorang pengecut. Banyak orang yang tidak mundur dari peperangan yang giat bagi Tuhan dipukul mundur oleh ejekan untuk menyangkal iman mereka. Oleh bergaul dengan orang-orang yang harus mereka hindari, mereka menempatkan diri pada jalan penggodaan. Mereka mengundang musuh untuk mencobai mereka, dan terpengaruh untuk mengatakan dan melakukan sesuatu yang dalam keadaan lain mereka tidak pernah akan dipersalahkan. Murid Kristus yang pada zaman kita menyamarkan imannya karena takut akan penderitaan dan celaan, menyangkal Tuhannya dengan sesungguhnya sebagaimana halnya dengan Petrus dalam ruang pengadilan. DA 712.1

“Sementara sumpah yang hina itu masih pada bibir Petrus, dan kokok ayam yang serak masih mendengung di telinganya, Juruselamat berbalik dari hakim yang bermuka masam, dan menatap, murid yang malang itu. Pada saat yang sama mata Petrus tertuju kepada Gurunya. Pada wajah yang lemah lembut itu ia membaca perasaan belas kasihan yang dalam dan kesedihan, tetapi tidak terdapat tanda adanya kemarahan. DA 712.4

“Memandang wajah pucat yang sedang menderita, bibir yang gemetar, pandangan belas kasihan dan pengampunan, sungguh menusuk hatinya bagaikan sebuah anak panah. Angan-angan hati digugah. Ingatan giat. Petrus teringat akan janjinya beberapa jam sebelumnya bahwa ia akan pergi dengan Tuhannya ke penjara dan sampai mati sekalipun. Ia teringat akan kesedihannya ketika Juruselamat mengatakan kepadanya di ruangan atas bahwa ia akan menyangkali Tuhannya tiga kali pada malam itu juga. Petrus baru saja menyatakan bahwa ia tidak mengenal Yesus, tetapi kini ia menyadari dengan kesedihan yang pahit perihal bagaimana Tuhannya tahu betul akan dia, dan betapa tepatnya Ia telah membaca hatinya, yang ia sendiri pun tidak mengetahui kepalsuannya.” DA 713.1

Jumat, 13 September

Pendalaman

Ketika hukuman bagi Yesus diumumkan oleh hakim, suatu kemarahan Setan menguasai orang banyak. Suara yang gemuruh kedengaran bagaikan suara binatang buas. Orang banyak menyerbu menuju Yesus, sambil berteriak-teriak, Ia bersalah, bunuhlah Dia! Kalau bukan oleh adanya serdadu-serdadu Roma, Yesus tidak akan tinggal hidup untuk dipakukan di salib Golgota. Ia akan dicabik-cabik di hadapan hakim-hakim-Nya, kalau penguasa Roma tidak campur tangan, dan oleh kekuatan senjata menahan kekerasan dari orang banyak. DA 715.1

Orang kafir marah melihat perlakuan yang kasar terhadap Seorang yang tentang Dia tidak suatu pun telah dibuktikan. Pembesar-pembesar Roma menyatakan bahwa orang Yahudi dalam mengumumkan hukuman ke atas Yesus sedang melanggar kekuasaan Roma, dan bahwa hal itu malah bertentangan dengan undang-undang Yahudi untuk menghukum mati seorang atas kesaksiannya sendiri. Campur tangan ini meredakan jalannya pengadilan sesaat lamanya; tetapi para pemimpin Yahudi sama-sama tebal telinga terhadap belas kasihan dan perasaan malu. DA 715.2

Para imam dan penghulu lupa akan kebesaran jabatan mereka, dan menistai Anak Allah dengan nama-nama yang kotor. Mereka mengejek Dia dengan martabat orangtua-Nya. Mereka menyatakan bahwa kecongkakan-Nya dalam mengumumkan diri-Nya sebagai Mesias menjadikan Dia patut mendapat kematian yang paling memalukan. Orang-orang yang paling rendah akhlaknya mengambil bagian dalam nistaan yang keji terhadap Juruselamat. Sehelai pakaian yang tua dihamparkan pada wajah-Nya, dan orang-orang yang menganiaya Dia menampar wajahNya, seraya berkata, “Cobalah katakan kepada kami, hai Mesias, siapakah yang memukul Engkau?” Ketika pakaian itu dilepaskan, seorang yang hina meludahi wajah-Nya. DA 715.3

Malaikat-malaikat Allah dengan cermatnya mencatat setiap pandangan, perkataan, dan perbuatan yang menghina terhadap Panglima mereka yang kekasih. Sekali kelak orang-orang yang hina yang mengejek dan meludahi wajah Kristus yang tenang dan pucat itu akan memandang-Nya dalam kemuliaan, yang bersinar lebih terang daripada matahari. DA 715.4