Air Bah

Pelajaran 4, Triwulan ke-2, 16-22 April 2022

img rest_in_christ
Bagikan Pelajaran ini
005 facebook
001 twitter
004 whatsapp
007 telegram
Download Pdf

Sabbath Afternoon - April 16

Ayat Hafalan:

“Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.” —Matius 24:37


"Pada zaman Nuh sebuah kutukan ganda menimpa bumi sebagai akibat dari pelanggaran Adam dan pembunuhan yang dilakukan oleh Kain..." PP 90.1

"Manusia mengesampingkan Allah dari pengetahuan mereka dan menyembah kepada ciptaan hasil imajinasi pikiran mereka; dan sebagai akibatnya mereka semakin merosot dan lebih merosot lagi.... Para penyembah dewa-dewa palsu memakaikan sifat-sifat serta nafsu kemanusiaan kepada dewa-dewa palsu tersebut, dengan demikian ukuran tabiat dewa-dewa itu merosot menjadi setaraf dengan manusia berdosa. Dan sebagai akibatnya mereka menjadi cemar. “Allah melihat bahwa kejahatan manusia itu terlalu banyak di atas bumi dan pikirannya dipenuhi dengan imajinasi kejahatan terus menerus. Maka bumi itupun telah rusak di hadapan hadirat Allah dan bumi telah dipenuhi dengan kekerasan.” Tuhan telah memberikan kepada manusia hukum-hukumNya sebagai peraturan hidup, tetapi hukumNya itu dilanggar dan sebagai akibatnya timbullah segala macam dosa. Kejahatan manusia dilakukan dengan terang-terangan, keadilan diinjak-injak dan teriakan orang-orang yang teraniaya naik sampai ke sorga. PP 91.21

Minggu - 17 April

Persiapan Air Bah

Kejadian 6:13-7:10

Apa pelajaran yang kita dapat dari kisah menakjubkan tentang sejarah awal manusia?

Saudara ingat bahwa sementara Nuh mengkhotbahkan bahwa suatu kebinasaan akan datang dari Yang Maha Kuasa, maka ia juga mempersiapkan sebuah tempat berlindung -- ia membangun bahtera itu. Orang-orang yang meragukan pemberitahuan Nuh dari hal air bah itu, dan orang-orang yang mengejek akan pendapat bahwa mereka harus masuk ke dalam bahtera bagi keselamatan, pada suatu masa sewaktu belum terdapat sedikitpun pertanda akan adanya ancaman bahaya hujan, tidak lagi menjadi orang-orang ragu-ragu sewaktu segala unsur alam dilepaskan. Mereka kemudian secara membabi buta berlarian menuju ke bahtera itu; tetapi dengan penuh kekecewaan dan kecemasan mereka menemukan pintu bahtera itu telah terkunci rapat dari mereka. Demikianlah semua orang, baik yang baik maupun yang jahat yang memilih untuk tetap tinggal di luar bahtera, telah binasa. Pengalaman zaman purbakala itu hendaklah berlaku sebagai suatu peringatan bagi kita, bahwa kita supaya tidak sombong seperti mereka. Kita sebaliknya harus memperhatikan amaran-amaran yang jelas yang berlaku bagi jam ini, sebab kepada kita diceritakan, bahwa seperti pada hari-hari air bah itu, demikian kelak akan jadi pada masa kedatangan Tuhan.

Bahtera masa kini adalah “Sion dan Yerusalem”, “karena hukum akan keluar dari Sion, dan Firman Tuhan dari Yerusalem.” Mikha 4 : 2

Senin - 18 April

Peristiwa Air Bah

Kejadian 7

Apa yang diingatkan kepada kita melalui gambaran tentang Air Bah?

Sekarang kita kembali untuk menjelaskan keruwetan Firman yang tampak dalam pencatatan lamanya jangka waktu air bah itu dan terkurungnya mereka itu di dalam bahtera. “Pada tahun yang keenam ratus dari umurnya Nuh, dalam bulan kedua, pada hari yang ketujuh belas dari bulan itu, pada hari itulah semua mata air dari tubir yang dalam pecahlah, dan segala pintu langit terbuka.” (Kejadian 7 : 11). Bulan kedua dan hari yang ketujuh belas dari bulan itu adalah tanggal dari tahun matahari (solar year) menurut kalender kuno sewaktu air bah yang mengamuk itu memulai hantamannya yang kejam terhadap setiap makhluk hidup di atas bumi. Kemarahan alam yang sama ini pun terus berlangsung dengan bengisnya empat puluh hari lamanya, dan setelah mencapai puncaknya dan menyapu bersih penghuninya, tiba-tiba ia kembali tenang. Dengan menambahkan empat puluh hari kepada tanggal sebelumnya menunjukkan bahwa hujan itu berhenti pada hari yang keduapuluh tujuh dari bulan yang ketiga. “Maka bahtera itu berhenti (tenang) dalam bulan yang ketujuh, pada hari yang ketujuh belas dari bulan itu, di atas pegunungan Ararat.”

Oleh sebab itu, maka semenjak dari hari hujan mulai turun sampai kepada hari bahtera itu berhenti, (bukan di atas tanah, melainkan berhenti dari hanyut) adalah tepat lima bulan. Inipun ada tercatat di dalam Kejadian 1:3, “dan makin surutlah air itu dari muka bumi. Demikianlah berkurang air itu sesudah seratus lima puluh hari.” Kenyataan ini membuktikan bahwa kalender bulanan kuno itu terdiri dari tiga puluh hari untuk sebulan (5 x 30 = 150).

“Maka segala air itu surut terus-menerus sampai bulan ke sepuluh : dan dalam bulan kesepuluh itu, pada hari yang pertama dari bulan itu terlihatlah puncak-puncak gunung.” (Ayat 5). Artinya, sejak dari hari segala air itu surut sampai kepada hari gunung-gunung itu kelihatan, terdapat tujuh puluh empat hari. (13) untuk melengkapi bulan yang ketujuh, (30) dalam bulan kedelapan, (30) dalam bulan kesembilan, dan (1) hari dari bulan kesepuluh = 74 seluruhnya.

“Maka terjadilah dalam tahun yang keenam ratus satu, dalam bulan pertama, hari yang pertama dari bulan itu, keringlah segala air dari permukaan bumi.” (Ayat 13). Artinya, sejak dari hari puncak-puncak gunung terlihat sampai kepada hari air itu kembali ke tempat asalnya, terdapat sembilan puluh hari — (29) untuk melengkapi bulan kesepuluh, (30) dalam bulan kesebelas, (30) dalam bulan kedua belas, dan (1) hari sejak dari bulan pertama dari permulaan tahun yang baru itu, seluruhnya berjumlah sembilan puluh hari.

Catatan berikut ini akan memberikan kepada kita jumlah hari untuk mengeringkan permukaan bumi dan memadatkannya dari pengaruh-pengaruh air : “Maka dalam bulan kedua, pada hari kedua puluh tujuh bulan itu, keringlah bumi itu.” (Ayat 14). Oleh sebab itu, maka bumi telah menjadi kering dalam jangka waktu lima puluh enam hari sejak dari hari air-air itu ditarik -- (29) hari untuk melengkapi bulan yang pertama, dan (27) hari dari bulan yang kedua, yang keseluruhannya (56) hari.

Berikut ini adalah ringkasan jumlah keseluruhan hari-hari itu : (40) selama hujan turun, 110 saat air-air itu mulai surut, 164 hari bagi air-air itu menyusut ke dalam perut bumi, dan (56) bagi bumi untuk mengering; keseluruhannya 370 hari; dan tujuh hari sebelum air bah itu mulai, sehingga jumlah keseluruhannya 377 hari -- dua belas bulan dan tujuh belas hari seluruhnya (30 hari untuk sebulan).

Tentu saja tak seorangpun akan mengira bahwa pengaturan air bah ini berikut jumlah hari yang ditetapkan bagi setiap tindakan telah disusun tanpa rencana oleh Allah yang adil dan maha bijaksana itu. Mengapa Nuh dan keluarganya berikut semua mahluk hidup yang masuk ke dalam bahtera itu ditutup di dalamnya tujuh hari lamanya sebelum hujan turun? Itu tentunya tidak bijaksana dan kejam pada pihak Allah, juga merugikan bagi Nuh, dan menjadi beban bagi semua penghuni bahtera itu karena lamanya mereka terkurung di dalamnya, jika itu tidak untuk menjadi pelajaran bagi generasi mendatang. Mengapa menghabiskan empat puluh hari untuk membanjiri bumi sementara Ia dapat saja melakukannya dalam waktu yang jauh lebih singkat? Mengapa memperpanjang kurungan mahluk-mahluk ciptaan-Nya itu di dalam bahtera, dengan menahan kebebasan air dalam alirannya kebawah, lalu memaksa air itu mempertahankan ketinggian 15 hasta selama 110 hari? Atau mengapa tidak lebih atau kurang? Mengapa Ia membuat air itu naik ke atas dalam empat puluh hari, dan menghabiskan 164 hari (lebih dari empat kali lamanya) untuk kembali surut? Tidakkah ini bertentangan dengan alam?

Bumi telah berada di bawah air selama lebih dari sepuluh bulan, dan karena derasnya tekanan air dari bawah dengan begitu keras telah membalikkan bentuk bumi ini, sehingga bumi telah menjadi tumpukan lumpur. Tetapi sesudah air itu turun ke dataran-dataran rendah, dan masuk ke dalam perut-perut bumi, maka Tuhan telah mengeringkan bumi hanya dalam lima puluh enam hari. Setiap perkara yang Allah lakukan sehubungan dengan air bah itu adalah bertentangan dengan alam, dan perhitungan maupun akal manusia. Tidak diragukan lagi, hal itu telah direncanakan untuk menjadi sebuah pelajaran penting bagi orang-orang yang hidup di akhir zaman.

Yang berikut ini tidak hanya akan membuktikan bahwa apa yang telah dikatakan itu benar, tetapi ini juga akan menunjukkan bahwa penutupan pintu bahtera itu tujuh hari sebelum pembinasaan oleh air bah dimulai, adalah merupakan suatu contoh yang melambangkan jangka waktu sejak dari berakhirnya masa kasihan sampai kepada permulaan dari bela-bela itu. Ini selanjutnya akan membuktikan bahwa hujan selama empat puluh hari dan empat puluh malam itu adalah sebuah contoh dari kebinasaan orang-orang jahat dalam bela-bela itu. 110 hari itu (sesudah hujan berhenti dan sebelum air-air itu surut) adalah sebuah contoh waktu dari orang-orang jahat, baik selama seribu tahun maupun untuk selama seratus tahun setelahnya. Juga bahwa pembersihan bumi dari air-air itu adalah merupakan contoh dari kebinasaan orang-orang jahat oleh api (kematian yang kedua) sesudah seribu tahun itu, dan 56 hari itu dalam mana bumi telah menjadi kering ialah contoh dari pendinginan bumi setelah penyuciannya dari dosa dan dari orang-orang berdosa.

Selasa - 19 April

Akhir Air Bah

Kejadian 8:1

Apakah sikap keluarga Nuh setelah Air Bah?

Tetapi setelah luput dari air bah itu, maka semua keturunan dari keluarga Nuh langsung lupa akan pelajaran yang tak ternilai itu. Demikianlah telah jadi bahwa orang-orang sesudah air bah itu telah bertekad untuk percaya bahwa pasti akan ada lagi suatu bencana air bah yang kedua, sama seperti halnya orang-orang sebelum air bah percaya bahwa tidak mungkin ada sesuatu air bah. Demikianlah ketidak-percayaan kepada ilham yang diperoleh Nuh itu seperti yang diucapkan sesudah air bah, demikian itu pula yang telah diucapkan sebelumnya, yang akibatnya, bahwa dalam usaha untuk mencapai kesentosaan hidup manusia telah mencoba membangun tugu Babil, bangunan pencakar langit dunia yang pertama dan monumen yang mula-mula itu dengan kebodohan usaha-usaha manusia yang begitu boros untuk menghimpun keselamatannya sendiri tanpa bantuan Ilham Ilahi. Sikap dari para pendiri tugu yang memalukan ini terhadap janji Tuhan melalui Nuh, sedemikian rupa telah membangkitkan amarah-Nya sehingga Ia telah menghapuskan dari ingatan mereka bahasa yang telah dikaruniakan-Nya kepada mereka melalui Adam, dan sebagai gantinya mereka telah diilhami dengan semua bahasa-bahasa dunia yang bermacam-macam itu, sehingga akibatnya para pendiri tugu itu telah menjadi kacau di antara sesama mereka dan tidak lagi dapat meneruskan bangunan itu. (Kejadian 11 : 7 – 9).

Dalam peristiwa yang luar biasa ini yang sedemikian itu telah mengubah secara radikal perjalanan masyarakat manusia, kita melihat sesuatu bentuk Ilham yang lain yang mengungkapkan bahwa sementara seseorang atau sekelompok orang mungkin dengan sengaja bekerja tidak sejalan dengan Allah, maka Ia dapat mengaruniakan karunia-Nya juga pada mereka, untuk mengacaukan rencana-rencana jahat mereka sendiri (Kejadian 11 : 1 – 9) sambil mempromosikan rencana kekal-Nya sambil memperoleh pujian bagi nama-Nya (Mazmur 76 : 10).

Rabu - 20 April

Perjanjian: Bagian 1

Kejadian 8:20; 9:2-4

Bagaimanakah Air Bah itu mempengaruhi makanan manusia?

Demikianlah, pada awal mulanya, makanan manusia tidak mencakup makanan daging. Tidak sampai setelah peristiwa air bah itu, ketika setiap tumbuhan hijau di bumi telah dibinasakan, ia diizinkan untuk memakan daging. Lalu Allah berkata: “Segala yang bergerak, yang hidup, akan menjadi makananmu. Aku telah memberikan semuanya itu kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau.” Kej. 9:3.

Meskipun demikian, selanjutnya tatkala keturunan Israel berada di padang gurun, Allah menyediakan bagi mereka manna. Tetapi ketika mereka bersungut-sungut menolak manna itu, dan menghubungkan fenomena itu kepada keadaan di sekitar mereka, dengan menyatakan bahwa adalah mustahil untuk mendapatkan makanan daging di padang gurun, maka Dia dengan sungguh-sungguh dan marah menumpukkan burung-burung puyuh pada mereka. Namun alangkah sayangnya! Ribuan orang mati supaya menjadi pelajaran bahwa manna bukan hanya sekedar akibat dari keadaan di sekitar mereka namun lebih merupakan suatu Pemeliharaan yang bertujuan baik. Sebab “selagi daging itu ada di mulut mereka, sebelum dikunyah, maka bangkitlah murka Tuhan terhadap bangsa itu dengan suatu tulah yang sangat besar.” Bil. 11:33.

Oleh karena pergerakan Eksodus itu adalah untuk melayakkan suatu bangsa untuk memperoleh tanah yang dijanjikan dan untuk mendirikan kerajaan waktu itu, sebagaimana kita pada saat ini, maka mereka telah dituntut untuk tidak mengkonsumsi segala makanan daging. Dan karena Yohanes Pembaptis telah menyampaikan sebuah pekabaran penting di zamannya (“Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat” – Mat. 3:2) yang sama halnya dengan kita pada zaman ini, makanannya adalah madu dan buah dari pohon lokus. Maka betapa pentingnya, sebagaimana diajarkan oleh contoh-contoh kita, bahwa kita yang memiliki pekabaran puncak dari Injil dan yang menjadi garda depan rombongan-rombongan dari kerajaan yang abadi, tidak mencemarkan kaabah jiwa kita dengan makanan-makanan yang dilarang untuk dimakan oleh contoh-contoh kita itu.

Lagipula, sebagaimana Elia dari kitab Maleakhi 4:5 dan Matius 17:11 akan memulihkan segala perkara sebelum datangnya hari Tuhan yang besar dan mengerikan itu, maka perlulah ia memulihkan vegetarianisme, yaitu makanan asli manusia. Kemudian, bukan hanya manusia melainkan binatang juga, akan menjadi vegetarian-vegetarian yang ketat, dan semuanya sekali lagi akan berbaur bersama di dalam persekutuan yang telah diperbaharui dari kedamaian Eden itu.

“Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya. Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu. Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak. Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunungKu yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan Tuhan, seperti air laut yang menutupi dasarnya.” Yes. 11:6-9.

Kamis - 21 April

Perjanjian : Bagian ke 2

Kejadian 4:17-24

Apa makna dari pelangi ?

Sekalipun hukuman ini berikut objek pelajarannya, namun segera setelah penduduk bumi kembali meningkat berlipat ganda banyaknya sesudah air bah itu, maka dosa pun ikut meningkat berlipat ganda. Dan walaupun orang banyak itu tak dapat berbuat lain selain mengakui akan kebenaran ramalan Nuh mengenai air bah itu, namun mereka tetap saja tidak mempercayainya dalam ramalan berikutnya; yaitu ramalan yang mengatakan bahwa tidak akan ada lagi “air bah membinasakan bumi.” Kejadian 9:11. Bahkan pelangi di dalam awan - awan, yaitu tanda alamat milik Tuhan mengenai janji-Nya untuk tidak lagi membanjiri bumi dengan air bah pada kedua kalinya, itupun gagal untuk menginsafkan mereka.

Betapa rahasianya dosa itu sesungguhnya! Pertama sekali mereka tidak mau percaya bahkan pada kemungkinan datangnya air bah, dan berikutnya mereka tidak mau percaya pada ketidak- mungkinannya datang sesuatu air bah. Sesungguhnya, penilaian terhadap orang - orang yang tidak percaya adalah sama saja bodohnya dengan penilaian terhadap seorang wanita desa yang setelah pertama kali ia melihat sebuah kereta api diam di atas relnya, maka dengan tegas ia menyatakan : “Kereta itu tidak akan pernah berjalan!” Kemudian setelah ia melihat kereta itu berjalan, maka kembali ia menyatakan dengan tegas sama seperti pada sebelumnya : “Kereta itu tidak akan pernah berhenti!” Demikianlah selagi roh tidak percaya terhadap Firman masih selalu melumpuhkan pikiran dan merendahkan tubuh kepada dosa dan kebusukan, maka sekalipun dalam zaman sewaktu orang - orang masih kokoh kuat dan panjang umurnya, roh yang sama itu pun masih tetap memiliki pegangan yang jauh lebih besar atas manusia di waktu ini.

Gantinya membebaskan mereka itu daripada ketakutan, Firman Allah yang diucapkan oleh perantaraan Nuh itu malahan telah mendorong orang - orang sesudah air bah itu untuk merasa bahwa ada suatu kebutuhan yang tak dapat dihindari, yaitu mendirikan tugu Babil sebagai pertahanan menghadapi sesuatu air bah yang kedua. Namun, karena ketidakpercayaan dan ketakutan mereka yang palsu itu diak berkenan kepada-Nya, maka Tuhan telah menunjukkan ketidakpuasan-Nya dengan cara mengganggu proyek pembangunan mereka yang jahat dan bodoh itu sebagai berikut : Ia membinasakan tugu mereka itu dan Ia mengacaukan bahasa mereka. Demikianlah halnya bahwa kekacauan di Babil itu (Kejadian 11:8,9) telah melahirkan suku-suku bangsa dan bahasa - bahasa yang ada sekarang.

Akhirnya, sementara para tukang yang kacau balau itu memisahkan diri berkelompok - kelompok, maka orang - orang yang saling bertentangga mulailah bersengketa satu dengan lainnya. Dan setelah sekian lamanya mereka bertumbuh menjadi bangsa - bangsa , maka pertikaian - pertikaian mereka itupun bertumbuh menjadi peperangan- peperangan. Oleh sebab itu, kebenaran sejarah yang menyatakan bahwa semua peperangan itu untuk pertama kalinya pecah sesudah kekacauan bahasa - bahasa …

Jumat - 22 April

Pelajaran Lanjutan

Dosa-dosa yang telah mendatangkan pembalasan kepada dunia sebelum air bah, ada juga di zaman ini. Takut akan Allah telah lenyap dari hati manusia, dan hukum-Nya diperlakukan dengan sikap acuh tak acuh dan cemoohan. Keduniawian yang hebat yang ada pada generasi tersebut setara dengan keduniawian generasi zaman ini. Kristus berkata, “Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, dan mereka tidak tahu sampai air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.” Matius 24:38, 39. Tuhan menghukum orang-orang sebelum air bah bukan karena mereka makan minum; Ia telah memberikan kepada mereka buah-buahan dengan berkelimpahan untuk memenuhi kebutuhan jasmani mereka. Yang menjadi dosa mereka ialah menerima pemberian-pemberian tersebut tanpa rasa syukur kepada Pemberinya, dan mereka telah merusakkan diri mereka oleh memanjakan nafsu makan mereka tanpa batas. Adalah halal bagi mereka untuk menikah. Pernikahan adalah sesuatu yang direncanakan oleh Tuhan; itu adalah salah satu daripada lembaga-lembaga yang pertama yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Ia memberikan petunjuk khusus mengenai pernikahan, mengenakannya dengan kesucian dan keindahan; tetapi segala petunjuk ini telah dilupakan dan pernikahan telah diselewangkan dan dijadikan alat sekedar untuk memuaskan hawa nafsu.” PP 101.2

Whatsapp:(+63)961-954-0737, (+63)961-954-0737
contact@threeangelsherald.org