Kontroversi di Yerusalem

Pelajaran 9, Triwulan 3, 24-30 Agustus 2024.

img rest_in_christ
Bagikan Pelajaran ini
Download Pdf

Sabat sore, 24 Agustus

Ayat Hafalan:

Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu." KJV - Markus 11:25


Orang Saduki telah membanggakan diri bahwa dari semua orang, me-rekalah yang berpaut paling tekun pada Kitab Suci. Tetapi Yesus menun-jukkan bahwa mereka tidak mengetahui makna yang sebenarnya. Penge-tahuan itu harus dijelaskan dalam hati oleh penerangan Roh KudusPerihal mereka tidak mengetahui akan Alkitab serta kuasa Allah dinyatakan-Nya sebagai penyebab kekacauan iman mereka dan kegelapan pikiran. Mereka sedang berusaha membawa rahasia Allah di dalam lingkungan pertimbangan mereka yang terbatas. Kristus menyerukan kepada mereka untuk membuka pikiran terhadap kebenaran yang suci yang akan memperluas dan memperkuat pengertian. Beribu-ribu orang yang tidak beriman karena pikiran mereka yang terbatas tidak dapat mengerti rahasia Allah. Mereka tidak dapat menjelaskan pertunjukan kuasa Ilahi yang ajaib dalam pemeliharaan-Nya, dan itulah sebabnya mereka menolak bukti-bukti kuasa seperti itu, yang disebabkan anggapan oleh kuasa alam yang masih dapat mereka pahami. Satu-satunya kunci kepada rahasia yang mengelilingi kita ialah mengakui dalamnya segala hadirat dan kuasa Allah Manusia perlu mengakui Allah sebagai Khalik semesta alam, Seorang yang memerintahkan dan melaksanakan segala perkara. Mereka memerlukan suatu pandangan yang lebih luas akan tabiat-Nya, dan tentang rahasia kuasa-Nya. DA 605.5

Minggu, 25 Agustus

Jalan Masuk Kemenangan


Bacalah Markus 11:1-11 dan Zakharia 9:9, 10. Apa yang sedang terjadi di sini?

Pada hari pertama dalam minggu itu Kristus memasuki kota Yerusalem dengan kemenangan. Orang banyak yang datang berduyun-duyun hendak melihat Dia di Betania sekarang menemani Dia, ingin menyaksikan perihal Ia diterima. Banyak orang sedang dalam perjalanan ke kota hendak merayakan Paskah, dan orang-orang ini pun menggabungkan diri dengan orang banyak yang menemani Yesus. Segenap alam tampaknya bergembira. Pohon-pohon diliputi warna hijau, dan bunganya menyebarkan bau harum di udara. Suatu hidup dan kegembiraan yang baru membangkitkan semangat orang banyak. Harapan akan kerajaan yang baru muncul kembali. DA 569.3

Kristus masuk sebagai raja menurut adat istiadat Yahudi. Binatang yang ditunggangi-Nya ialah binatang yang ditunggangi oleh raja-raja Israel, dan nubuatan telah meramalkan bahwa demikianlah Mesias harus datang kepada kerajaan-Nya. Segera setelah Ia duduk di atas keledai itu, kedengaranlah sorak sorai kemenangan yang gemuruh bunyinya. Orang banyak menyambut Dia sebagai Mesias, Raja mereka. Kini Yesus menerima penghormatan yang belum pernah diperkenankan-Nya sebelumnya, dan murid-murid menerimanya sebagai suatu bukti bahwa harapan mereka yang menggembirakan itu harus diwujudkan dengan jalan melihat Dia didudukkan di atas takhta. Orang banyak diyakinkan bahwa saat pembebasan mereka sudah dekat. Dalam khayalan mereka melihat tentara Roma diusir dari Yerusalem, dan orang Israel sekali lagi menjadi suatu bangsa yang merdeka. Semua orang bergembira dan penuh kegairahan, orang banyak berlomba-lomba menghormati Dia. Mereka tidak dapat menunjukkan kebesaran dan keindahan secara lahir, tetapi mereka menyembah Dia dengan hati yang gembira. Mereka tidak sanggup mempersembahkan kepada-Nya pemberian yang mahal, tetapi mereka menghamparkan jubah mereka sebagai permadani di atas jalan-Nya, dan mereka juga menyebarkan cabang-cabang zaitun dan pohon kurma yang penuh daun dijalan. Mereka dapat memimpin pawai kemenangan tanpa ukuran kerajaan, tetapi mereka menebang dahan-dahan pohon kurma yang terentang, yakni lambang kemenangan alam, dan melambai-lambaikannya tinggi-tinggi dengan sorak hosana yang nyaring. DA 570.1

Belum pernah sebelumnya dalam hidup-Nya di dunia ini Yesus mengizinkan arak-arakan seperti itu. Dengan jelas la melihat lebih dulu apa akibatnya. Hal itu akan membawa Dia ke salib. Tetapi Ia bermaksud menunjukkan diri-Nya kepada khalayak ramai sebagai Penebus. Ia ingin menarik perhatian kepada korban yang akan menyempurnakan tugas-Nya bagi dunia yang sudah jatuh. Sementara orang banyak berhimpun di Yerusalem untuk merayakan Paskah, Ia sebagai Anak Domba yang dilambangkan dalam korban bayang-bayang dengan sukarela mengasingkan diri-Nya sebagai persembahan kepada Allah. Perlu bagi jemaat-Nya sepanjang zaman menjadikan kematian-Nya bagi dosa-dosa dunia suatu pokok pelajaran yang dipikirkan dan dipelajari dengan mendalam. Setiap fakta yang dihubungkan dengan itu hendaknya dibenarkan tanpa keragu-raguan. Itulah sebabnya sangatlah perlu mata semua orang ditujukan kepada-Nya sekarang; peristiwa-peristiwa yang mendahului pengorbanan-Nya yang besar itu harus sedemikian rupa agar menarik perhatian orang pada korban itu sendiri. Sesudah pertunjukan seperti itu, sebagaimana yang terjadi ketika Ia memasuki Yerusalem, semua mata mengikuti perkembangan-Nya yang cepat akan peristiwa yang akhir itu. DA 571.2

Peristiwa-peristiwa yang dihubungkan dengan pawai kemenangan ini akan menjadi buah bibir setiap orang, dan akan mengingatkan Yesus pada pikiran setiap orang. Sesudah Ia disalibkan, banyak orang akan mengingat kembali peristiwa-peristiwa ini dalam hubungannya dengan ujian dan kematian-Nya. Mereka akan dituntun untuk menyelidiki nubuatan, dan akan diyakinkan bahwa Yesuslah Mesias itu; dan di segenap negeri orang-orang yang bertobat berlipat ganda. DA 571.2

Senin, 26 Agustus

Pohon Kutukan dan Bait Suci yang Telah Dibersihkan


Bacalah Markus 11:12-26. Apakah pentingnya peristiwa-peristiwa yang digambarkan di sini?

 Sepanjang malam Yesus berdoa, dan keesokan harinya la pun kembali ke Bait Suci. Dalam perjalanan-Nya Ia melalui kebun pohon ara. Ia sudah lapar, “dan dari jauh la melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara.” DA 581.3

Belum ada musim buah ara yang masak, kecuali di beberapa tempat tertentu, dan di tanah pegunungan di sekitar Yerusalem dapat dikatakan dengan sebenarnya, “memang bukan musim buah ara.” Tetapi di kebun buah-buahan yang didatangi Yesus, satu pohon kelihatan sudah lebih dulu dari pohon-pohon yang lain. Pohon itu sudah penuh daun. Memang sifat pohon ara ialah sebelum daun-daun terbuka, buah yang sedang bertumbuh pun kelihatan. Sebab itu pohon ini yang penuh daun memberi harapan adanya buah yang sudah cukup matang. Tetapi rupa pohon itu menyesatkan. Setelah memeriksa cabang-cabangnya, dari dahan yang paling bawah sampai pada ranting yang paling atas, Yesus tidak mendapati apa-apa “selain daun-daun saja.” Itu merupakan daun-daun rimbun yang mencolok, selain itu tidak ada. DA 581.4

Kristus mengucapkan kutuk yang menjadikan pohon itu layu. “Jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya!” kata-Nya. Keesokan harinya, ketika Juruselamat dan murid-murid-Nya dalam perjalanan ke kota, cabang-cabang yang kering dan daun-daun yang layu menarik perhatian mereka. “Ya Rabi,” kata Petrus, “Lihatlah, pohon ara yang Kau kutuk itu sudah kering.” DA 582.1

Kutuk yang diucapkan terhadap pohon ara adalah suatu perumpamaan yang dilakonkan. Pohon yang tidak berbuah itu, yang memperagakan daun-daun rimbun yang mencolok itu di hadapan pemandangan Kristus, melambangkan bangsa Yahudi. Juruselamat ingin menjelaskan kepada murid-murid-Nya sebab musabab dan kepastian nasib Israel. Untuk maksud ini Ia memberikan sifat-sifat akhlak pada pohon itu dan menjadikannya sebagai penafsiran terhadap kebenaran Ilahi. Orang Yahudi menonjol diantara segala bangsa yang lain, mengaku setia kepada Allah. Mereka mendapat anugerah khusus dari pada-Nya dan mereka mengaku memiliki kebenaran melebihi bangsa lain. Tetapi mereka sudah menjadi bejat oleh kasih akan dunia serta keserakahan akan keuntungan. Mereka membanggakan ilmu mereka, tetapi mereka tidak mengetahui segala tuntutan Allah, dan penuh dengan kepura-puraan. Sebagaimana halnya dengan pohon yang tidak berbuah, mereka mengembangkan cabang-cabang mereka yang penuh keangkuhan ke atas, kelihatan rimbun daunnya, dan indah dipandang mata, tetapi mereka tidak mengeluarkan buah “selain daun-daun saja.” Agama Yahudi, dengan Bait Suci yang indah, mezbah-mezbahnya yang suci, imam-imamnya yang bersongkok dan upacara yang mengesankan, sesungguhnya indah secara lahir, tetapi kerendahan hati, kasih dan kebajikan sangat kurang. DA 582.4

Semua pohon di kebun ara tidak berbuah; pohon-pohon yang tidak berdaun tidak memberi harapan, dan tidak menyebabkan kekecewaan. Dengan pohon-pohon ini orang kafir dilambangkan. Mereka berada dalam keadaan serba kekurangan seperti orang Yahudi dalam hal kesalehan, tetapi mereka tidak pura-pura menyembah Allah. Mereka tidak membanggakan diri dengan kepura-puraan dalam kebaikan. Mereka buta terhadap perbuatan dan jalan Allah. Bagi mereka belum musimnya pohon ara itu berbuah Mereka masih menunggu harinya yang akan membawa harapan kepada mereka. Orang Yahudi, yang telah menerima berkat yang lebih besar dari Allah, harus mempertanggungjawabkan penyalahgunaan mereka akan pemberian ini. Hak-hak yang dibanggakan hanyalah menambah kesalahan mereka. DA 583.1

Amaran itu berlaku untuk segala masa. Tindakan Kristus dalam mengutuki pohon yang telah diciptakan dengan kuasa-Nya sendiri itu berdiri sebagai amaran kepada semua jemaat dan kepada semua orang Kristen. Tidak seorang pun dapat hidup sesuai dengan hukum Allah tanpa melayani orang lain. Tetapi banyak orang tidak hidup sesuai dengan kehidupan Kristus yang berkemurahan serta tidak mementingkan diri. Ada orang yang menganggap diri mereka orang Kristen yang istimewa, tidak mengerti apa yang termasuk dalam pelayanan bagi Allah. Mereka merencanakan dan belajar untuk menyenangkan diri sendiri saja. Mereka bertindak hanya untuk kepentingan diri sendiri. Waktu berharga bagi mereka hanya kalau mereka dapat mengumpulkan bagi diri sendiri. Dalam segala persoalan kehidupan inilah yang menjadi tujuan mereka. Bukannya untuk orang lain melainkan mereka bekerja untuk diri sendiri saja. Allah menciptakan mereka supaya hidup dalam dunia di tempat mana pelayanan yang tidak mementingkan diri harus dilakukan. Ia merencanakan mereka untuk menolong sesama manusia dalam segala cara yang mungkin dilakukan. Tetapi perasaan diri sendiri terlalu besar, sehingga mereka tidak dapat melihat sesuatu yang lain. Mereka tidak mengadakan hubungan dengan kemanusiaan. Mereka yang hidup untuk diri sendiri adalah seperti pohon ara itu, yang mengadakan setiap kepura-puraan tetapi tidak berbuah. Mereka mengadakan perbaktian sekadar rupa, tetapi tanpa pertobatan atau iman. Mereka mengaku menghormati hukum Allah, tetapi penurutan kurang. Mereka berkata-kata, tetapi tidak berbuat. Dalam hukuman yang diucapkan terhadap pohon ara, Kristus menunjukkan betapa jijik pada pemandangan mata-Nya kepura-puraan yang sia-sia itu. Ia menyatakan bahwa orang yang berbuat dosa terang-terangan tidak lebih besar kesalahannya kalau dibandingkan dengan seorang yang mengaku menyembah Allah, tetapi tidak mengeluarkan buah bagi kemuliaan-Nya. DA 584.1

Pada permulaan masa kerja-Nya, Kristus telah mengusir dari Bait Suci orang-orang yang telah menajiskannya dengan jual beli yang tidak suci, dan sikap-Nya yang tegas serta bersifat Ilahi itu telah menakutkan hati para pedagang yang berencana jahat itu. Pada akhir masa tugas-Nya Ia datang sekali lagi ke Bait Suci, dan mendapati bahwa tempat itu masih dinajiskan seperti sebelumnya. Keadaan segala perkara malah lebih buruk dari sebelumnya. Halaman Bait Suci bagian luar bagaikan tempat ternak yang luas. Dengan suara-suara riuh dari binatang-binatang dan bunyi dencing mata uang berpadu dengan bunyi amarah pertengkaran di antara para pedagang, dan di antara mereka kedengaranlah suara orang-orang yang memegang jabatan yang suci. Para pembesar Bait Suci pun terlibat dalam jual beli dan tukar menukar uang. Mereka sangat dikuasai keserakahan untuk memperoleh keuntungan sehingga pada pemandangan Allah mereka tidak lebih baik daripada pencuri. DA 589.1

Dalam membersihkan Bait Suci itu dari pedagang dunia, Yesus mengumumkan tugas-Nya untuk membersihkan hati dari kenajisan dosa, dari keinginan duniawi, hawa nafsu yang mementingkan diri, kebiasaan yang jelek, yang merusakkan jiwa. DA 161.1

“Kita tidak boleh hanyut ke dalam arus-arus duniawi. Perhatikanlah pembersihan Bait Suci pada awal pekerjaan Kristus, dan pada akhir hidup-Nya, pekerjaan pribadi-Nya yang menyamar sebagai manusia. Siapa yang Ia anggap berniat mencari keuntungan? Orang-orang Yahudi telah menjadikan pelataran Bait Suci sebagai tempat perdagangan yang kotor. Mereka telah mengubah lembaga Paskah yang kuno dan suci menjadi sarana untuk mendapatkan keuntungan yang keji. SpTA07 54.1

Dewasa ini, pekerjaan yang sangat memalukan ini sedang diulang kembali. Akan ada pekabaran-pekabaran yang disampaikan; dan mereka yang telah menolak pekabaran-pekabaran yang telah Allah kirimkan, akan mendengar pernyataan-pernyataan yang paling mengejutkan. Roh Kudus akan memberikan pengumuman tersebut dengan kesucian dan kesungguhan yang akan tampak mengerikan di telinga mereka yang telah mendengar permohonan kasih yang tak terbatas itu, dan tidak menanggapi tawaran pengampunan. Tuhan yang terluka dan yang terhina itu akan berbicara, menyatakan dosa-dosa yang telah disembunyikan. Sebagaimana para imam dan penguasa, yang penuh dengan kemarahan dan teror, mencari perlindungan dengan melarikan diri pada adegan terakhir pembersihan bait suci, demikian pula halnya dengan pekerjaan di akhir zaman. Kesengsaraan yang akan dinyatakan kepada mereka yang telah memiliki terang dari surga, tetapi tidak mengindahkannya, akan mereka rasakan, tetapi tidak memiliki kuasa untuk bertindak.” SpTA07 54.2

Dengan demikian, Ia dua kali memberikan peringatan dalam bentuk contoh bahwa pada penutupan masa Kekristenan, Ia akan dua kali menyucikan gereja-Nya: satu kali pada saat pemeteraian buah-buah pertama, yaitu 144.000 orang, dan sekali lagi pada saat pemeteraian buah-buah kedua, yaitu “orang banyak yang banyak jumlahnya”. Wahyu 7:1-9.

Selasa, 27 Agustus

Siapa yang Mengatakan Kamu bisa Melakukannya?


Bacalah Markus 11:27-33. Tantangan apakah yang dibawa oleh para pemimpin rohani kepada Yesus dan bagaimanakah Dia meresponnya?

“Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah memberikan kuasa itu kepada-Mu?” Mereka mengharapkan Dia menuntut bahwa kekuasaan-Nya berasal dari Allah. Mereka berniat hendak menolak pernyataan seperti itu. Tetapi Yesus menghadapi mereka dengan mengajukan suatu pertanyaan yang tampaknya bertalian dengan pokok pembicaraan yang lain, dan la memberikan jawab-Nya kepada mereka berdasarkan jawab mereka terhadap pertanyaan ini. “Baptisan Yohanes itu dari surga atau dari manusia?” DA 593.3

“Para imam melihat bahwa mereka berada dalam kedudukan yang sukar sulit yang daripadanya tidak ada bantahan yang menyesatkan dapat melepaskan mereka. Jika mereka mengatakan bahwa baptisan Yohanes berasal dari surga, sifat mereka yang tidak tetap akan nyata. Kristus dapat mengatakan, kalau begitu, mengapa kamu tidak percaya padanya? Yohanes sudah menyaksikan tentang Kristus, “Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia.” Yoh. 1:29. Kalau para imam percaya akan kesaksian Yohanes bagaimanakah dapat mereka menyangkal bahwa Kristus itulah Mesias? Kalau mereka menyatakan kepercayaan mereka yang sebenarnya bahwa pekerjaan Yohanes berasal dari manusia, mereka akan mendatangkan ke atas diri sendiri suatu topan kemarahan; karena orang banyak percaya bahwa Yohanes seorang nabi. DA 593.4

“Dengan perhatian besar orang banyak menunggu keputusan. Mereka mengetahui bahwa para imam telah mengaku menerima pekerjaan Yohanes, dan mereka mengharapkan imam-imam itu akan mengakui dengan tidak ragu-ragu bahwa ia diutus oleh Allah. Tetapi setelah berunding secara rahasia, imam-imam memutuskan tidak mau menyerah. Dengan pura-pura mengaku tidak tahu, mereka berkata, “Kami tidak tahu.” “Jika demikian,” kata Kristus, “maka Aku pun tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.” DA 594.1

“Ahli-ahli Taurat, imam-imam, dan penghulu-penghulu semuanya terdiam. Dalam keadaan bingung dan terkecewa, mereka berdiri dengan muka masam, tidak berani menanyakan pertanyaan selanjutnya kepada Kristus. Oleh sifat pengecut dan ragu-ragu sebagian besar dari mereka telah kehilangan kehormatan dari orang banyak, yang sekarang berdiri di dekatnya, sedang melihat orang-orang yang sombong dan bersifat membenarkan diri ini dikalahkan.” DA 594.2

Bacalah Markus 12:1-12. Bagaimana Yesus menindaklanjuti penolakannya untuk memberi jawaban, dan apa dampaknya?

“Dengarkanlah suatu perumpamaan yang lain,” kata Kristus. “Adalah seorang tuan tanah membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lobang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam kebun itu. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. Ketika hampir tiba musim petik, ia menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima hasil yang menjadi bagiannya. Tetapi penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hambanya itu: mereka memukul yang seorang, membunuh yang lain dan melempari yang lain pula dengan batu. Kemudian tuan itu menyuruh hamba-hamba yang lain, lebih banyak dari pada yang semula, tetapi mereka pun diperlakukan sama seperti kawan-kawan mereka. Akhirnya ia menyuruh anaknya kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani. Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari. kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita. Mereka menangkapnya dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya. Maka apabila tuan kebun anggur itu datang, apakah yang akan dilakukannya dengan penggarap-penggarap itu?” DA 596.2

“Yesus menyapa semua orang yang hadir. tetapi para imam dan penghulu menjawab, “Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada waktunya.” Pada mulanya orang-orang yang berbicara itu tidak mengerti penggunaan perumpamaan itu, tetapi sekarang mereka melihat bahwa mereka telah mengucapkan hukuman bagi diri mereka sendiri. Dalam perumpamaan itu tuan tanah melambangkan Allah, kebun anggur ialah bangsa Yahudi, dan pagar ialah hukum Ilahi yang menjadi perlindungan mereka. Menara melambangkan Bait Suci. Si pemilik kebun anggur itu telah melakukan segala sesuatu yang perlu untuk kesejahteraannya. Ia mengatakan “Apakah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya?” Yes. 5:4. Demikianlah digambarkan tentang penjagaan Allah yang tidak mengenal lelah bagi Israel. Dan sebagaimana tukang kebun harus menyerahkan kepada tuannya bagian yang patut diterimanya dari hasil kebun anggur itu, demikian juga umat Allah harus menghormati Dia dengan suatu kehidupan yang sesuai dengan hak-Nya yang suci. Tetapi sebagaimana penggarap-penggarap itu membunuh hamba-hamba yang diutus oleh tuannya kepada mereka untuk menerima hasilnya demikian juga orang Yahudi telah membunuh nabi-nabi yang telah diutus Allah untuk memanggil mereka kepada pertobatan. Pesuruh demi pesuruh telah dibunuh. Sejauh itu penggunaan perumpamaan itu tidak dapat diragukan, dan dalam apa yang mengikutinya bukannya kurang nyata. Dalam anak yang kekasih yang pada akhirnya diutus oleh tuan yang empunya kebun anggur kepada hamba-hambanya yang tidak mau menurut itu, dan yang mereka tangkap dan bunuh, para imam dan penghulu melihat suatu gambaran yang jelas tentang Yesus dan nasib yang tidak lama lagi akan menimpa Dia. Mereka sudah merencanakan hendak membunuh Dia yang diutus oleh Bapa kepada mereka sebagai panggilan terakhir. Dalam pembalasan yang dikenakan kepada penggarap-penggarap yang tidak berterima kasih ini digambarkan nasib orang-orang yang akan membunuh Kristus.” DA 596.3

Rabu, 28 Agustus

Tugas-tugas Duniawi dan Hasil-hasil Surgawi


Bacalah Markus 12:13-27. Apa yang terjadi di sini, dan kebenaran apa yang Yesus ajarkan?

 Orang Farisi sudah pernah menjadi gusar karena dipaksa oleh orang Roma membayar upeti. Mereka beranggapan bahwa pembayaran upeti berlawanan dengan hukum Allah. Sekarang mereka melihat kesempatan untuk memasang jerat bagi Yesus. Mata-mata datang kepada-Nya, dan dengan berpura-pura ikhlas seakan-akan ingin mengetahui kewajiban mereka berkata, “Guru, kami tahu, bahwa segala perkataan dan pengajaran-Mu benar dan Engkau tidak mencari muka melainkan dengan jujur mengajar jalan Allah. Apakah kami diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?” DA 601.2

Perkataan, “Kami tahu bahwa Engkau adalah seorang yang jujur mengajar jalan Allah,” sekiranya mereka memang ikhlas, sungguh merupakan suatu pengakuan yang luar biasa. Tetapi perkataan itu diucapkan untuk menipu, meskipun demikian kesaksian mereka benar adanya. Orang Farisi memang mengetahui bahwa Kristus mengatakan dan mengajarkannya dengan hati yang tulus, dan dengan kesaksian mereka sendiri mereka akan dihakimkan. DA 602.1

Mereka yang mengajukan pertanyaan kepada Yesus berpendapat bahwa mereka sudah menyamarkan maksud mereka secukupnya, tetapi Yesus membaca hati mereka seperti sebuah buku yang terbuka, dan menyatakan kepura-puraan mereka. “Mengapa kamu mencobai Aku?” kata-Nya; dengan demikian memberi mereka suatu tanda yang tidak mereka minta, dengan menunjukkan bahwa Ia telah membaca maksud mereka yang tersembunyi. Mereka malah lebih bingung lagi ketika Ia menambahkan; “Tunjukkanlah kepada-Ku satu dinar.” Mereka membawanya, dan Ia menanyakan kepada mereka, “Gambar dan tulisan siapakah ada padanya? Jawab mereka: ‘Gambar dan tulisan Kaisar!’ Sambil menunjuk pada cap di atas mata uang itu, Yesus berkata, ‘Kalau begitu, berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah. DA 602.2

Mata-mata itu telah mengharapkan Yesus menjawab pertanyaan mereka secara langsung, dalam suatu cara atau yang lain. Sekiranya Ia mengatakan, Tidak patut membayar uang upeti kepada Kaisar, Ia akan dilaporkan kepada pemerintah Roma, dan ditahan karena membangkitkan pemberontakan. Tetapi sekiranya Ia mengatakan bahwa patut membayar uang upeti, mereka merencanakan hendak menuduh Dia kepada orang banyak karena menentang hukum Allah. Sekarang mereka merasa diri sendiri gagal dan dikalahkan. Rencana mereka dikacaukan. Cara yang ringkas dalam menjawab pertanyaan mereka menyebabkan mereka tidak dapat mengatakan apa-apa lagi. DA 602.3

Kebangkitan merupakan suatu pokok yang mereka pilih untuk menanyai Dia. Sekiranya Ia setuju dengan mereka, Ia akan memberi penghinaan yang lebih jauh kepada orang Farisi. Sekiranya Ia berselisih paham dengan mereka, maka mereka merencanakan hendak mengolok-olok ajaran-Nya. DA 605.2

Orang Saduki memberikan pertimbangan bahwa jika tubuh harus terdiri dari unsur yang sama dalam keadaannya yang baka sebagaimana dalam keadaannya yang fana maka bila dibangkitkan dari antara orang mati tubuh itu harus mempunyai daging dan darah, dan harus melanjutkan hidup di dunia abadi yang terganggu di dunia ini. Dalam hal itu mereka menarik kesimpulan bahwa hubungan duniawi akan diteruskan, suami dan istri akan disatukan kembali, perkawinan disempurnakan dan segala perkara berjalan terus sama seperti sebelum kematian, kelemahan dan hawa nafsu dalam kehidupan ini diabadikan dalam kehidupan yang kekal. DA 605.3

Dalam jawaban atas pertanyaan mereka, Yesus mengangkat tudung dari kehidupan di masa depan. “Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di surga.” Ia menunjukkan bahwa orang Saduki sudah salah dalam kepercayaan mereka. Dasar pikiran mereka salah semata-mata. “Kamu sesat,” Ia menambahkan, “sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah.” Ia tidak menuduh mereka, sebagaimana Ia telah menuduh orang Farisi dengan kepura-puraan, melainkan dengan kekeliruan dalam kepercayaan. DA 605.4

Kristus menyatakan kepada para pendengar-Nya bahwa kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Alkitab yang mereka percayai itu tidak akan ada gunanya. Ia berkata, “Tetapi tentang kebangkitan orang-orang mati tidakkah kamu baca apa yang difirmankan Allah, ketika Ia bersabda: Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup.” Tuhan memperhatikan perkara-perkara yang tidak ada seolah-olah ada. Ia melihat akhir dari mulanya, dan memandang hasil pekerjaan-Nya seakan-akan sudah dilaksanakan sekarang. Orang-orang mati yang mulia itu, mulai dari Adam sampai dengan orang saleh yang meninggal terakhir, akan mendengar suara Anak Allah, dan akan keluar dari kubur kepada hidup yang baka. Allah akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Nya. Akan terdapat suatu hubungan yang erat dan halus antara Allah dan orang saleh yang dibangkitkan. Keadaan ini, yang diharapkan dalam niat-Nya, dipandang-Nya seolah-olah sudah ada. Orang mati hidup bagi Nya. DA 606.1

Kamis, 29 Agustus

Hukum yang Terbesar


Baca Markus 12:28-34. Pertanyaan mendalam apakah yang diajukan oleh Ahli Taurat yang ramah itu, dan jawaban ganda apa yang diberikan oleh Yesus ?

“Orang Farisi telah meninggikan keempat hukum yang pertama, yang menunjukkan kewajiban manusia terhadap Khaliknya, sebagai hukum yang jauh lebih penting daripada keenam hukum yang lain, yang menjelaskan kewajiban manusia kepada sesamanya manusia. Sebagai akibatnya, mereka gagal dalam kesalehan yang praktis. Yesus telah menunjukkan kepada orang banyak tentang kekurangan mereka yang besar, dan telah mengajarkan perlunya perbuatan yang baik, dengan menyatakan bahwa pohon dikenal dari buah-buahnya. Untuk alasan inilah la telah dituduh meninggikan keenam hukum yang terakhir melebihi keempat hukum yang pertama”. DA 606.4

“Ahli Taurat itu mendekati Yesus dengan suatu pertanyaan yang langsung, “hukum manakah yang paling utama?” Jawab Yesus langsung dan tegas: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa. Kasihilah Tuhan. Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” Dan yang kedua serupa dengan yang pertama, kata Kristus; karena hukum itu mengalir dari padanya, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama daripada kedua hukum ini.” “Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” DA 607.1

“Keempat hukum pertama dari Sepuluh Hukum diringkaskan dalam satu ajaran yang besar, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu.” Keenam hukum yang terakhir termasuk dalam hukum yang lain, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kedua hukum ini merupakan pernyataan prinsip kasih. Yang pertama tidak dapat dipelihara dan yang kedua dilanggar, dan yang kedua pun tidak dapat dipelihara sementara yang pertama dilanggar. Bila Allah mendapat tempat yang betul di takhta hati, tempat yang benar itu akan diberikan kepada sesama kita manusia. Kita akan mengasihinya seperti diri kita sendiri. Dan hanyalah bila kita mengasihi Allah lebih dari segala sesuatu barulah kita dapat mengasihi sesama manusia tanpa memihak. DA 607.2

“Dan karena segenap hukum diringkaskan dalam kasih akan Allah dan manusia, akibatnya ialah tidak ada satu ajaran yang dapat dilanggar tanpa melanggar prinsip ini. Dengan demikian Kristus mengajarkan kepada para pendengar-Nya bahwa hukum Allah bukan merupakan banyak ajaran yang terpisah-pisah; menganggap yang satu lebih penting, sedangkan yang lain kurang penting, dan boleh dilupakan begitu saja. Tuhan kita mengemukakan keempat hukum yang pertama serta keenam yang terakhir sebagai suatu keseluruhan Ilahi, dan mengajarkan bahwa kasih kepada Allah akan ditunjukkan oleh penurutan akan segala hukumNya. DA 607.3

Ahli Taurat yang telah menanyai Yesus sangat mahir akan hukum itu, dan keheran-heranan mendengar perkataan-Nya. Ia tidak mengharapkan Dia menyatakan suatu pengetahuan yang begitu dalam dan saksama tentang Alkitab. Ia telah mendapat suatu pandangan yang lebih luas tentang prinsip-prinsip yang menjadi dasar ajaran yang suci itu. Di hadapan imam-imam dan penghulu-penghulu yang telah berhimpun dengan jujur ia mengakui bahwa Kristus telah memberikan tafsiran yang benar terhadap hukum, dengan berkata : DA 607.4

“Tepat sekali. Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama daripada semua korban bakaran dan korban sembelihan.” DA 607.5

Kebijaksanaan dalam jawab Kristus telah meyakinkan ahli Taurat itu. Ia mengetahui bahwa agama Yahudi bergantung pada upacara secara lahir gantinya pada kesalehan secara batin. Ia merasakan nihilnya korban-korban dalam upacara Bait Suci, serta pencurahan darah yang tidak disertai iman bagi penebusan dosa. Kasih dan penurutan kepada Allah, dan penghargaan yang tidak mementingkan diri bagi manusia, kelihatan baginya lebih berharga daripada segala upacara ini. Kesediaan orang ini untuk mengakui benarnya pertimbangan Kristus, dan sambutannya yang tidak ragu-ragu dan serta merta di hadapan orang banyak, menunjukkan adanya suatu roh yang sangat berbeda dengan roh imam-imam dan penghulu-penghulu. Hati Yesus menaruh belas kasihan terhadap ahli Taurat yang jujur yang sudah berani menghadapi muka masam di pihak imam-imam dan ancaman di pihak penghulu-penghulu untuk mengucap- kan keyakinan hatinya. “Yesus melihat bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: Engkau tidak jauh dari kerajaan Allah.” DA 608.1

Ahli Taurat sudah dekat pada kerajaan Allah, dalam hal ia mengakui perbuatan kebenaran sebagai sesuatu yang lebih berkenan kepada Allah daripada korban bakaran dan persembahan sembelihan. Tetapi ia perlu mengakui tabiat Ilahi Kristus, dan oleh percaya pada-Nya menerima kuasa untuk melakukan perbuatan kebenaran Upacara agama tidak ada gunanya, kecuali dihubungkan dengan Kristus oleh iman yang hidup. Hukum akhlak sekalipun gagal akan melakukan maksudnya, kecuali hukum itu dipahami dalam hubungannya dengan Juruselamat. Kristus sudah berulang-ulang menunjukkan bahwa hukum Bapa-Nya berisi sesuatu yang lebih dalam daripada hanya sekadar perintah secara lisan. Dalam hukum itu terkandunglah prinsip yang sama yang dinyatakan dalam Injil. Hukum itu menunjukkan kewajiban manusia dan menunjukkan kesalahan kepadanya. Ia harus memandang kepada Kristus untuk minta keampunan dan kuasa guna melakukan apa yang diperintahkan oleh hukum. DA 608.2

Jumat, 30 Agustus

Pendalaman

 Orang Farisi telah berkumpul mengelilingi Yesus ketika Ia menjawab pertanyaan ahli Taurat. Sekarang sambil berbalik ia menanyakan kepada mereka, “Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?” Pertanyaan ini direncanakan untuk menguji kepercayaan mereka mengenai Mesias, – untuk menunjukkan apakah mereka menganggap Dia hanya sebagai seorang manusia atau sebagai Anak Allah. Suara-suara serentak menjawab. “Anak Daud.” Inilah gelar yang telah diberikan oleh nubuatan kepada Mesias. Ketika Yesus menyatakan Keilahian-Nya oleh mukjizat-Nya yang besar, ketika Ia menyembuhkan orang sakit dan membangkitkan orang mati, orang banyak bertanya-tanya satu sama lain, “Bukankah orang ini Anak Daud?” Perempuan Siro Fenisia, Bartimeus yang buta, dan banyak lagi yang lain telah berseru kepada-Nya minta pertolongan, “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud.” Mat. 15:22. Sementara menunggang keledai ke Yerusalem Ia telah disambut dengan sorak kegirangan, “Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan.” Mat. 21:9. Dan anak-anak kecil di dalam Bait Suci telah menggemakan puji-pujian gembira pada hari itu. Tetapi banyak orang yang menyebut Yesus Anak Daud tidak mengenal Keilahian-Nya. Mereka tidak mengerti bahwa Anak Daud adalah juga Anak Allah. DA 608.3

Dalam jawab terhadap pernyataan bahwa Kristus adalah anak Daud, Yesus berkata, “Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya, ketika ia berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai musuh-musuh-Mu Kutaruh di bawah kaki-Mu. Jadi jika Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin la anaknya pula? Tidak ada seorang pun yang dapat menjawab-Nya. dan sejak hari itu tidak ada seorang pun juga yang berani menanyakan sesuatu kepada-Nya.” DA 609.1