Misi Tuhan kepada Kita: Bagian 1

Pelajaran 1, Triwulan ke-4, 30 September - 6 Oktober 2023

img rest_in_christ
Bagikan Pelajaran ini

Sabat Sore, 30 September

Ayat Hafalan:

"Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: "Di manakah engkau?" KJV - Kejadian 3:9


Kepada penghuni Taman Eden dipercayakan tugas untuk mengurus taman itu, “untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.” Pekerjaan mereka bukanlah sesuatu yang melelahkan melainkan sesuatu yang menyegarkan dan menggembirakan. Tuhan telah menetapkan “kerja” itu sebagai berkat kepada manusia untuk memenuhi pikirannya, menguatkan tubuhnya dan mengembangkan segala kesanggupannya. Di dalam kegiatan pikiran dan jasmani Adam mendapatkan salah satu kesukaan yang terbesar dari hidupnya yang suci itu. Dan bilamana, sebagai akibat dari pada pelanggarannya itu ia diusir dari rumahnya yang indah, dan dipaksa untuk bergumul dengan bumi ini, untuk mencari makannya tiap hari, “kerja itu,” meskipun jauh berbeda coraknya dari apa yang dilakukannya dalam taman itu, merupakan suatu perlindungan terhadap pencobaan dan satu sumber kebahagiaan…… PP 50.1

Sementara mereka tinggal setia kepada Tuhan, Adam dan sahabatnya memegang perintah atas seluruh bumi ini. Kuasa yang tidak terbatas terhadap segala makhluk hidup diberikan kepada mereka…… PP 50.2

Pasangan yang suci itu bukan saja merupakan anak-anak yang ada di bawah pemeliharaan Allah sebagai Bapa mereka tetapi juga merupakan pelajar-pelajar yang menerima petunjuk-petunjuk dari Khalik yang Mahabijaksana. Mereka dikunjungi oleh malaikat-malaikat dan diizinkan untuk berhubungan dengan Pencipta mereka tanpa ada tirai pemisah. Mereka dipenuhi oleh gairah hidup yang diberikan oleh pohon alhayat dan kesanggupan berpikir mereka hanya sedikit saja di bawah malaikat-malaikat….. PP 50.3

“Setelah mereka jatuh ke dalam dosa Adam dan Hawa tidak diizinkan lagi tinggal di Taman Eden….. PP 61.4

Di dalam kehinaan dan duka yang tidak terkatakan mereka telah meninggalkan rumah mereka yang indah dan pergi untuk hidup di dunia ini, di mana kutuk dosa berada. Udara yang dulunya begitu sejuk serta seragam suhunya, sekarang telah mengalami berbagai perubahan dan Tuhan dengan penuh rahmat telah menyediakan bagi mereka satu jubah yang terbuat dari kulit sebagai satu alat pelindung dari suhu yang sangat panas dan sangat dingin itu. PP 61.5

Minggu, 1 Oktober

Allah yang mengulurkan tangan kepada kita.


Zakharia 12:8 - “Pada waktu itu TUHAN akan membela penduduk Yerusalem, dan orang yang lemah di antara mereka pada waktu itu akan menjadi seperti Daud, dan keluarga Daud akan menjadi seperti Allah, seperti malaikat TUHAN yang ada di hadapan mereka.”

Selain memberi kita jaminan bahwa Tuhan akan membela umat-Nya, Ilham mempersamakan mereka dengan Daud dan Allah. Bahkan orang-orang yang lemah “akan menjadi seperti Daud, dan keluarga Daud akan menjadi seperti Allah,” “seperti malaikat Tuhan di hadapan mereka.” Sungguh pernyataan yang luar biasa dan menakjubkan! Betapa suatu keistimewaan untuk disamakan dengan Allah sendiri!

Kini, agar kita dapat mengetahui apa artinya menjadi “seperti Allah”, maka kita harus mempelajari seperti apakah Allah itu. Pada mulanya, Dia tidak hanya menciptakan dan memenuhi bumi dengan segala sesuatu yang baik bagi makhluk-Nya, tetapi Dia juga menanam sebuah taman (rumah) bagi manusia. Dengan demikian, Dia membuat sebuah model rumah untuk semua manusia yang akan tinggal di dalamnya. Dia mengajarkan Adam bagaimana cara memelihara rumah dan bagaimana cara merawat taman. Dia mengajarinya berbicara dan membedakan antara binatang yang satu dengan binatang yang lain, dan memberikan nama yang sesuai. Tuhan menganugerahi manusia dengan pengetahuan dan kehidupan untuk membuatnya bahagia, dan berguna dalam menjadikan dunia sebagaimana seharusnya. Bahkan setelah pasangan yang kudus itu jatuh dalam dosa, Allah masih tetap menaruh perhatian kepada mereka seperti sebelumnya – sedemikian rupa, sehingga Dia segera mulai mengajar mereka bagaimana menebus diri mereka sendiri, dan kembali ke rumah mereka yang kekal. Sejak hari itu hingga sekarang, Ia terus mengajar keluarga manusia.



Untuk melakukan pekerjaan penyelamatan ini, Allah mengutus Roh Kebenaran, mengutus nabi-nabi dan malaikat-malaikat, dan juga Anak-Nya yang tunggal – semuanya adalah guru-guru penebusan. Dia sendiri turun ke Sinai dan meskipun mereka membunuh hampir semua hamba-Nya termasuk Anak-Nya, namun perhatian-Nya yang tak pernah padam terhadap umat manusia masih terus berlanjut hingga hari ini. Tidak peduli dengan kesalahan kita, janji-Nya untuk membawa kita kembali ke Eden untuk hidup bersama-Nya jika kita bertobat, masih tetap teguh seperti halnya matahari.

Sekarang Anda sudah melihat seperti apakah Allah itu, dan jika kita ingin menjadi “seperti Allah”, maka harus jadi seperti itulah kita. Itu berarti bahwa kita harus menaruh perhatian pada satu sama lain dan pada pembangunan Kerajaan-Nya seperti Dia menaruh perhatian untuk itu. Kita harus tidak mementingkan diri sendiri seperti Dia. Kita harus dengan senang hati mengajarkan kepada orang lain semua yang telah diajarkan-Nya kepada kita. Kita harus melakukan semua yang kita bisa untuk meningkatkan kondisi kehidupan orang lain. Kita harus membuat dunia menjadi lebih baik dibandingkan jika kita tidak ada di dalamnya. Pada minggu penciptaan, Allah sudah melakukan bagian-Nya. Sekarang kita harus melakukan bagian kita dalam bagian dari penciptaan jika kita ingin menjadi seperti Allah.

Apa pun hal baik yang kita miliki, apakah itu perdagangan atau karunia lain yang bernilai, kita harus setia di dalamnya dan mau mengajarkannya kepada orang lain sebagaimana Dia adalah setia dan mau mengajarkannya kepada kita. Jika kita mengabaikan tugas ini, kita bukan hanya gagal untuk menjadi seperti Allah, tetapi bahkan kita harus mempertanggungjawabkan kelalaian kita.

Tuhan mengajarkan burung-burung itu cara untuk hidup dan membangun sarang, dan bagaimana membesarkan anak-anaknya. Maka, bukankah kita harus membantu orang lain untuk membangun dan memperbaiki rumah dan kehidupan mereka? Ingatlah perkataan Yesus, “Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya." Matius 10:42.

Seandainya Allah tidak seperti itu adanya, maka Dia tidak akan bisa menjadi Allah; dan jika kita terus-menerus seperti ini, maka kita tidak akan pernah bisa menjadi “seperti Allah.”

Senin, 2 Oktober

Tuhan yang rindu untuk selalu bersama kita.


Bacalah Kejadian 17:7, Kejadian 26:3, dan Kejadian 28:15. Apakah fokus utama dari janji Allah kepada Abraham dan keturunannya dalam ayat-ayat ini?

“Hai saudara-saudara dan bapa-bapa, dengarkanlah! Allah yang Mahamulia telah menampakkan diri-Nya kepada bapa leluhur kita Abraham, ketika ia masih di Mesopotamia, sebelum ia menetap di Haran, dan berfirman kepadanya: Keluarlah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan pergilah ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu.” Kisah Para Rasul 7:2, 3. “Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya” (Kejadian 12:4), dan pergi di bawah tuntunan-Nya ke Kanaan, di mana ia tinggal, walaupun Allah “tidak memberikan milik pusaka kepadanya, bahkan setapak tanah pun tidak, tetapi Ia berjanji akan memberikan tanah itu kepadanya menjadi kepunyaannya dan kepunyaan keturunannya, walaupun pada waktu itu ia tidak mempunyai anak.” Kisah Para Rasul 7:5.

Kemudian pada waktunya, Tuhan bermaksud untuk membawa Yakub dan seisi rumahnya keluar dari tanah Kanaan, menuju Mesir. Namun, karena mengetahui bahwa anak-anak Yakub tidak mau pergi seperti yang dilakukan Abraham, hanya dengan memerintahkan mereka, maka dalam takdir-Nya, Ia menanamkan dalam hati Yakub kasih yang lebih besar kepada Yusuf daripada kepada anak-anaknya yang lain. Hal ini menimbulkan iri hati dan cemburu di dalam diri mereka, yang pada gilirannya menimbulkan kebencian dan kemurkaan, yang diwujudkan dalam perlakuan mereka yang kejam dan penjualan Yusuf, yang mengakibatkan dia dibawa sebagai budak ke Mesir.

Bertahun-tahun kemudian ketika saudara-saudara Yusuf pergi ke Mesir untuk mendapatkan makanan selama tujuh tahun kelaparan, Yusuf, yang menyadari rencana Allah dalam drama hidupnya yang aneh itu, dari perbudakan hingga menaiki takhta, berkata kepada saudara-saudaranya pada saat ia “memperkenalkan dirinya” kepada mereka: “Janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu.... dan ... untuk memberikan kepadamu suatu keturunan di bumi, dan untuk menyelamatkan nyawamu dengan suatu kelepasan yang besar." Kejadian 45:1, 5, 7.

Demikianlah Tuhan dengan takdir-Nya meninggikan Yusuf untuk berbagi takhta Mesir untuk mempengaruhi Firaun agar mengizinkan orang Israel masuk ke negeri itu.

Selanjutnya, untuk menarik mereka ke sana, Dia mendatangkan tujuh tahun kelimpahan, yang diikuti dengan tujuh tahun kelaparan. Setelah itu, Dia mengirimkan kabar kepada Yakub bahwa Yusuf masih hidup. Mendengar berita yang menggembirakan itu, muncullah dalam diri sang ayah suatu keinginan yang tak tertahankan untuk bertemu dengan anaknya. Hal ini dan kelaparan yang merenggut nyawa saudara-saudara Yusuf itu, memaksa mereka untuk pindah ke negeri Firaun yang berlimpah, di mana mereka hidup seperti raja.

Namun, karena tidak bermaksud untuk membuat mereka tinggal di sana selamanya, maka Tuhan tidak membiarkan kehidupan mereka terus menyenangkan seperti pada awalnya, agar mereka tidak menolak untuk mendengarkan Musa ketika ia datang dengan berita bahwa waktunya telah tiba bagi mereka untuk pulang ke rumah. Tetapi Dia mendatangkan takdir penyelamatan lainnya, kali ini dengan mengizinkan penderitaan yang tak tertahankan menimpa mereka, sehingga ketika mereka dipanggil, mereka akan menanggapinya dengan senang hati. Jadi mereka harus menjadi budak: dan yang lebih buruk lagi, mereka harus kehilangan anak-anak mereka yang laki-laki, lalu tanpa ampun mereka harus dicambuk dengan kejam di punggung mereka untuk menghasilkan lebih banyak batu bata.

Demikianlah, kuasa Roh dikombinasikan dengan penderitaan yang mengerikan akibat perbudakan mereka yang berat di Mesir, menjadi kekuatan yang luar biasa yang memaksa mereka untuk meninggalkan tanah kafir itu dan kembali ke tanah air mereka sendiri.

Kemudian, dalam perjalanan pulang mereka bertemu dengan takdir yang lain lagi – persinggahan mereka yang lama di padang gurun, empat puluh tahun lamanya – yang Tuhan izinkan dengan tujuan untuk memisahkan mereka dari orang banyak yang tidak percaya dan yang tidak setia yang menyertai Pergerakan Eksodus dari Mesir. Setelah orang-orang ini dibinasakan, orang-orang yang selamat secara ajaib itu menyeberangi Sungai Yordan, sama seperti empat puluh tahun sebelumnya

mereka menyeberangi Laut Merah. Setelah menyingkirkan satu orang berdosa, Akhan, yang muncul di tengah-tengah mereka, barulah mereka masuk ke Tanah Perjanjian dan menjadi kerajaan yang paling agung di zamannya. Budak menjadi raja – betapa ajaibnya!

Selasa, 3 Oktober

Tuhan Yang Menjadi Satu dengan Kita


Bacalah kisah kelahiran Yesus dalam Matius 1:18-23. Hal-hal penting apa yang diceritakan oleh pasal ini kepada kita mengenai Allah? Bacalah Yohannes 1:14-18. Apa yang dapat anda pelajari dari inkarnasi Kristus tentang misi Allah bagi kita?

Oleh karena pekerjaan Yesus adalah maha penting dan mempunyai akibat yang besar, maka Allah adalah sangat teliti terhadap asal usul keturunan dari Yesus. Untuk alasan ini Ia memilih garis keturunan dari Abraham (sebuah pohon yang baik), dari Ishak, Yakub, Yehuda, Isai, Daud, dan turun sepanjang garis keturuan sampai kepada Yusuf yang telah menjadi suami dari Maria. Walaupun Yusuf hanya merupakan ayah angkat bagi Yesus, namun Allah adalah sangat teliti dalam memilih dia.

Dan sejauh mana Allah begitu teliti untuk memilih orang yang akan menjadi ayah angkat bagi Yesus, Ia ternyata jauh lebih teliti lagi dalam memilih seorang ibu bagi Yesus. Demikianlah Allah telah memilih ibu dari Juruselamat kita itu dari garis keturunan Yusuf, putera dari Yakub.

Bagaimanakah dapat saya mengetahui asal usul garis keturunan dari Yesus? Ya, garis keturunan dari ayah angkat-Nya saya ketahui dari kronologi yang diberikan oleh Rasul Matius. Dan garis keturunan ibu-Nya saya ketahui dari nubuatan Musa yang akan saya bacakan di bawah ini : “Yusuf ialah sebuah batang pohon yang penuh buah, yaitu sebuah batang pohon yang penuh buah pada sisi mata air, yang cabang-cabangnya melata melewati tembok yang tinggi; walaupun orang-orang pemanah telah sangat menyusahkannya, dan memanahnya, dan membencinya : namun batang pohonnya tetap tinggal teguh, dan lengan-lengan tangannya dibuat menjadi kuat oleh tangan-tangan Allah Yakub yang maha kuasa; (dari sana terdapat gembala, yaitu batu dari Israel).” Kejadian 49 : 22 – 24.

Bukan hanya asal usul dari garis keturunan Yesus telah dipilih dengan seksama, tetapi juga demikian telah dipilih garis keturunan dari setiap orang hamba Allah yang dipercayakan dengan tanggung jawab-tanggung jawab yang berat. Saya bertanya kepadamu, mengapa, perhatian-perhatian yang sangat teliti sedemikian ini harus diambil jika para orangtua tidak memikul bagian yang terpenting dalam kehidupan anak-anaknya?

Wahyu 20 : 1 “Maka aku tampak seorang malaikat turun dari langit, yang memiliki anak kunci dari lubang yang tak terduga dalamnya itu dan sebuah rantai besar di dalam tangan-Nya.”

Di sini kepada kita diceritakan bahwa malaikat yang perkasa ini, yaitu musuhnya Setan, telah memiliki “kunci dari lubang yang tak terduga dalamnya itu.” Jika Ia memilikinya, maka kepada-Nya kunci itu harus sudah terlebih dulu ‘dikaruniakan.’ Oleh sebab itu, Bintang yang menerima kunci itu juga adalah lambang dari malaikat ini.

Lagi pula, hendaklah diperhatikan bahwa karena kunci itu telah membuka lubang yang tak terduga dalamnya itu, maka belalang-belalang itu telah terlepas. Akhirnya, dari kenyataan bahwa belalang-belalang itu adalah musuh-musuh dari mereka yang tidak memiliki meterai Allah di dahi mereka, maka “Bintang itu” (malaikat) yang telah turun dari langit dan yang telah membuka pintu lubang yang tak terduga dalamnya itu untuk melepaskan belalang- belalang itu tentunya adalah seorang teman mereka dan adalah seorang perkasa yang dimusuhi Setan. Oleh sebab itu tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kesimpulannya ialah : Bintang dari surga itu melambangkan seorang Mahluk utusan dari surga, yaitu “malaikat” yang sama itu juga, yang dari hal-Nya sudah kita baca lagi di dalam pasal 20 : 1, dan semua belalang itu adalah orang banyak yang diselamatkan oleh Surga. Jadi, siapa lagi, yang dapat dilambangkan oleh “Bintang” dan semua belalang itu, kalau bukan hanya Kristus dan orang-orang Kristen? Setan telah memenjarakan seluruh bangsa Yahudi ke dalam lubang yang tak terduga dalamnya, yaitu satu-satunya bangsa yang sebelumnya berada di luar lubang itu. Oleh karenanya maka Kristus telah datang untuk membuka lubang itu dan membiarkan semua orang tawanan itu pergi bebas. Kepada dunia yang sedemikian inilah Tuhan Semawi telah diutus, dan pada waktu Ia datang segeralah Ia menyatakan:

Lukas 4 : 18, 19 “Roh Tuhan adalah di atas-Ku, karena Ia sudah mengurapi akan Daku untuk memberitakan Injil kepada orang miskin; Ia telah mengutus Aku untuk menyembuhkan orang-orang yang hancur hatinya, untuk memberitakan kelepasan kepada semua orang yang tertawan, dan mengembalikan penglihatan segala orang yang buta, untuk memerdekakan mereka yang terluka, untuk memberitakan tahun penyambutan Tuhan.”

Di sini anda memperolehnya dalam kata-kata rahasia mistik kepunyaan Ilham sendiri yang diungkapkan dengan segar bahwa Yesus Kristus betul-betul adalah Utusan dari surga, Juruselamat dunia.

Rabu, 4 Oktober

Allah yang senantiasa menyertai kita.


Bagaimanakah kasih dan misi Allah berinteraksi dalam Yohanes 3:16? Apakah janji yang dapat kita temukan dalam Amanat Agung dalam Matius 28:18-20?

Misi untuk menyelamatkan dunia tidaklah mungkin lebih penting daripada misi untuk menyelamatkan gereja. Memperbanyak keanggotaan gereja di bawah kondisi Laodikia yang kini suam-suam kuku, tidak akan bisa memajukan Kerajaan Kristus lebih dari apa yang bisa dilakukan dengan kondisi gereja Yahudi pada saat kedatangan-Nya yang pertama. Dengan memahami situasi yang sebenarnya di dalam gereja, maka Yohanes Pembaptis dan Kristus sendiri dan bahkan para rasul pada awalnya, melibatkan diri mereka sendiri untuk bekerja, bukan untuk dunia pada umumnya, tetapi hanya untuk kepentingan saudara-saudara mereka di dalam gereja.

Karena penyimpangan yang sama dari Kristus ada di dalam gereja saat ini seperti halnya dahulu (Testimonies, jilid 5, p. 217), maka akan diperlukan usaha yang jauh lebih besar untuk menyelamatkan umat dari “penipuan Laodikia yang menyedihkan” itu (Testimonies, jilid 3, p. 253), dibandingkan jika mereka masih dalam kekafiran. Karena di Laodikia mereka dibuat untuk percaya bahwa mereka memiliki semua kebenaran yang dapat diperoleh, bahwa mereka kaya raya dengan harta benda, dan tidak kekurangan apa pun – keselamatan mereka selamanya terjamin selama mereka menjadi anggota gereja! Oleh sebab itu, adalah risiko yang lebih besar kehilangan jiwa mereka di dalam gereja sementara gereja masih “suam-suam kuku” dan akan diludahkan keluar, daripada jika mereka masih tetap tinggal di dunia sampai gereja bangun dari tidurnya, dan mengoles matanya dengan salep mata (Kebenaran) -- melihat dengan benar, melakukan yang benar, dan memimpin serta menggembalakan kawanan domba dengan benar.

Hendaklah setiap anggota yang jujur bertanya, Jika gereja sendiri tidak selamat (Testimonies, jilid 3, hal. 253), tidak mengikuti Kristus sebagai Pemimpinnya (Testimonies, jilid 5, hal. 217) dan “telah menjadi pelacur” (Testimonies, jilid 8, hal. 250), bagaimana mungkin ia bisa menyelamatkan orang lain? Oleh karena itu, kebutuhan terbesarnya adalah pertama-tama menyelamatkan mereka yang ada di dalam gereja, kemudian mereka yang ada di dunia. “Pekerjaan khusus penyucian, pembuangan dosa, di antara umat Allah” (The Great Controversy, p. 425), “pekerjaan penghabisan bagi sidang, pada masa pemeteraian mereka yang seratus empat puluh empat ribu itu” (Testimonies, Jilid 3, p. 266), haruslah terlebih dahulu datang, barulah kemudian menyusul pemeteraian mereka yang ada di dalam dunia.

Dan lagi, karena bukan kita, melainkan Kristuslah yang “memegang kendali di dalam tangan-Nya sendiri” (Testimonies to Ministers, p. 300), maka bukanlah tugas kita untuk memberitahukan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan mana yang harus dilakukan, dan pekerjaan-pekerjaan mana yang harus ditinggalkan, tetapi biarlah setiap pengikut-Nya menyadari, bahwa Ia akan “bekerja dengan suatu cara yang sangat berbeda dengan tatanan yang lazim, dan dengan suatu cara yang berlawanan dengan rencana manusia.” – Testimonies to Ministers, p. 300.

Janganlah seperti kelas orang yang “mempertanyakan dan mengkritik segala sesuatu yang muncul dalam pengungkapan kebenaran” (Testimonies, Jilid 5, hal. 690), tetapi jadilah seperti orang-orang yang “membiarkan Surga memimpin” – Testimonies to Ministers, hal. 475.

Perintah kepada kita adalah: “Berserulah dengan nyaring, janganlah tahan-tahan, angkatlah suaramu seperti sangkakala, dan beritahukanlah kepada umat-Ku pelanggaran-pelanggaran mereka, dan kepada kaum keturunan Yakub dosa-dosa mereka.” Yesaya 58:1.

”Berjalanlah, berjalanlah melalui pintu-pintu gerbang, persiapkanlah jalan bagi umat, bukalah, bukalah jalan raya, singkirkanlah batu-batu, tegakkanlah panji-panji untuk bangsa-bangsa! Sebab inilah yang telah diperdengarkan TUHAN sampai ke ujung bumi! Katakanlah kepada puteri Sion: Sesungguhnya, keselamatanmu datang; sesungguhnya, mereka yang menjadi upah jerih payah-Nya ada bersama-sama Dia dan mereka yang diperoleh-Nya berjalan di hadapan-Nya.” Yes. 62:10, 11.

Kamis, 5 Oktober

Tuhan yang akan kembali untuk kita


Dengan cara bagaimanakah Yohanes 14:1-3 dihubungkan dengan pekabaran akhir zaman yang terdapat dalam Kitab Suci?

Zaman seribu tahun yang damai itu seterusnya, jelas akan dinikmati bukan di bumi, melainkan di “rumah-rumah mulia” yang di atas, karena janji Tuhan adalah : “Aku pergi untuk menyediakan suatu tempat bagimu. Maka jika Aku pergi dan menyediakan suatu tempat bagimu, Aku akan datang kembali, dan menyambut kamu bagi diri-Ku; supaya dimana Aku berada, di sana pun hendaknya kamu ada.” Yohanes 14 : 2, 3.

Demikianlah, pada kedatangan Kristus yang kedua kali, baik semua orang benar maupun semua orang jahat akan menerima upah mereka : orang-orang benar yang sudah mati akan bangkit untuk kehidupan yang kekal, dan orang-orang benar yang hidup akan diobahkan kepada keadaan yang tidak mati dalam sekejab mata, lalu kemudian bersama-sama dengan orang-orang yang dibangkitkan itu dibawa ke sorga (1 Korintus 15 : 52, 53; 1 Tesalonika 4 : 15 – 17), sebaliknya orang-orang jahat yang hidup masuk ke dalam kubur-kubur mereka (2 Tesalonika 2 : 8; Yesaya 11 : 4; Ibrani 10 : 27; Lukas 19 : 27). Dan karena semenjak dari kebangkitan segala orang benar sampai kepada kebangkitan segala orang jahat itu (Wahyu 20 : 5), terbentang masa seribu tahun (millenium), maka jelas masa periode ini tak mungkin merupakan suatu periode penerimaan upah-upah, melainkan harus merupakan suatu masa dalam mana orang-orang benar manikmati di dalam sorga segala upah mereka yang telah diperolehnya, dan dalam mana segala orang jahat beristirahat di dalam kubur-kubur mereka.

“Aku pergi”, demikian kata Yesus, “mempersiapkan suatu tempat bagimu. Maka jika Aku pergi dan mempersiapkan suatu tempat bagimu, Aku akan datang kembali, dan menerima kamu bagi diri-Ku sendiri; supaya dimana Aku berada, di sanapun kamu berada.” Yohanes 14 : 2, 3. Jelaslah, bahwa mereka yang hidup selama seribu tahun itu, mereka hidup bersama-sama dengan Kristus di dalam istana-istana yang di atas. Kemudian sesudah seribu tahun itu berakhir, maka Yohanes mengungkapkan, “lautan menyerahkan semua orang mati yang ada di dalamnya; dan kematian dan neraka melepaskan orang-orang mati yang ada di dalamnya; dan mereka itu sudah diadili masing-masing orang sesuai dengan perbuatan-perbuatan mereka.”

Kemudian selanjutnya, karena baik orang-orang suci yang hidup maupun yang dibangkitkan itu akan diambil untuk “hidup dan memerintah bersama-sama dengan Kristus”, dan karena semua mereka yang akan diadili pada Tahta Putih Yang Besar itu, akan diadili sementara mati, maka kebenaran itu menunjukkan lebih jelas lagi bahwa tidak terdapat seorang jahatpun yang hidup selama seribu tahun itu. Memang tidak ada, karena bumi dan langit pada waktu itu telah lenyap, yaitu keluar dari orbitnya yang mula-mula, menjadi kosong dari kehidupan, dan hampa (Yesaya 24 : 1 - 6; Yeremia 4 : 23 - 26), yaitu suatu “lubang yang tak terduga dalamnya” (Wahyu 20 : 1) pada mana tak seorangpun dapat berdiri. Orang-orang suci itu, yaitu mereka yang tinggal itu, tentunya hidup dan memerintah seribu tahun lamanya bersama-sama dengan Kristus di dalam Sorga dari segala langit itu, dimana “banyak istana” itu berada. Pada akhir dari seribu tahun itu turunlah Kota Suci, yaitu istana-istana itu, yaitu Yerusalem Baru, berikut orang-orang suci bersamanya (Wahyu 21 : 2). Semenjak dari saat itu dan seterusnya orang-orang suci bukan hidup bersama-sama dengan Kristus, melainkan Ia akan hidup bersama-sama dengan mereka (Wahyu 21 : 3).

Jumat, 6 Oktober

Pelajaran Lanjutan

“Ketika pekabaran kebenaran disampaikan pada zaman kita, ada banyak orang yang, seperti orang-orang Yahudi, berseru, Tunjukkanlah suatu tanda kepada kami. Buatlah suatu mukjizat bagi kami. Kristus tidak melakukan mukjizat atas permintaan orang-orang Farisi. Ia tidak melakukan mukjizat di padang gurun sebagai jawaban atas sindiran Iblis. Dia tidak memberikan kepada kita kuasa untuk membenarkan diri kita sendiri atau untuk memenuhi tuntutan ketidakpercayaan dan kesombongan. Tetapi Injil bukannya tanpa tanda bahwa ia itu berasal dari Allah. Bukankah suatu mukjizat bahwa kita dapat melepaskan diri dari belenggu Iblis? Permusuhan terhadap Iblis bukanlah sesuatu yang alamiah dalam hati manusia; hal itu ditanamkan oleh kasih karunia Allah. Ketika seseorang yang telah dikendalikan oleh kehendak yang keras kepala dan tidak patuh dibiarkan, dan menyerahkan dirinya dengan sepenuh hati kepada tarikan agen-agen surgawi Allah, maka terjadilah mukjizat; demikian juga ketika seseorang yang telah berada di bawah khayalan yang kuat mulai memahami kebenaran moral. Setiap kali jiwa bertobat, dan belajar untuk mengasihi Allah dan menaati perintah-perintah-Nya, janji Allah digenapi, “Hati yang baru akan Kuberikan kepadamu dan roh yang baru akan Kuberikan di dalam batinmu.” Yehezkiel 36:26. Perubahan dalam hati manusia, perubahan tabiat manusia, adalah mukjizat yang menyatakan Juruselamat yang senantiasa hidup, yang bekerja untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Kehidupan yang terus-menerus di dalam Kristus adalah mukjizat yang luar biasa. Dalam pemberitaan firman Tuhan, tanda yang harus dinyatakan sekarang dan selamanya adalah kehadiran Roh Kudus, untuk membuat firman itu menjadi kekuatan yang memperbaharui bagi mereka yang mendengarnya. Inilah kesaksian Allah di hadapan dunia akan misi ilahi Anak-Nya." DA 407.1