Pemberontakan di Alam Semesta yang Sempurna

Pelajaran 1, Triwulan ke-4, 24-30 September 2022

img rest_in_christ
Bagikan Pelajaran ini
005 facebook
001 twitter
004 whatsapp
007 telegram
Download Pdf

Sabat Sore - 24 September

Ayat Hafalan:

“Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!” – Yesaya 14:12


“Tidak mungkin untuk menerangkan asal mula dosa, atau memberikan alasan keberadaannya. Dosa itu mengacau, tidak ada alasan untuk membiarkan keberadaannya. Dosa adalah sesuatu yang misterius dan yang tidak dapat diterangkan dan dipertanggungjawabkan; memaafkannya berarti mempertahankannya. Dapatkah dosa menjadi suatu alasan dan sebab keberadaannya bisa ditunjukkan, maka itu tidak menjadi dosa lagi. Definisi kita satu-satunya yang diberikan di dalam firman Allah. Dosa adalah ‘pelanggaran kepada hukum.’” 4SP 316.2

Minggu - 25 September

Ciptaan, sebuah Ekspresi Cinta

1 Yohanes 4:8, 16

Apa yang dapat dinyatakan oleh kepastian bahwa “Allah adalah kasih” mengenai sifat pekerjaan penciptaan-Nya?

Dalam peta-Nya sendiri Allah telah menciptakan Adam, lalu mengaruniakan kepadanya kedaulatan “kerajaan atas ikan di laut, dan atas unggas di udara, dan atas ternak, dan atas seluruh bumi, dan atas setiap barang melata yang merayap di bumi.” Kejadian 1 : 26.

Sesuai dengan itu, maka sebagaimana Ia membuat Adam menjadi raja dari kerajaan bumi yang pertama, dan semua makhluk hidup sebagai warganya, maka kemampuan alamiah Adam untuk memerintah mereka itu dan kepatuhan alamiah mereka kepadanya, menunjukkan bahwa semua kejadian, baik manusia maupun binatang, baik burung-burung maupun binatang-binatang melata, sekaliannya telah dipengaruhi atau diisi secara ilahi -- diilhami. Sebab itu sewaktu Adam memeriksa seluruh ciptaan pada waktu sekaliannya itu berjalan melewatinya, maka ia tidak lagi membuang waktu menyelidiki keadaan alami mahluk-mahluk itu untuk mengenalinya, melainkan langsung saja diberikannya kepada setiap jenis namanya masing-masing; mereka, sebaliknya, juga kemudian segera mengakuinya sebagai raja mereka -- tunduk kepadanya. Inteligensi yang Maha Tinggi ini (seperti yang sedemikian ini diberikan di dalam Matius 10 : 19) jelas menunjukkan bahwa semua ciptaan telah dipengaruhi oleh sesuatu kuasa yang melebihi dan melampaui kekuasaannya sendiri. Tegasnya, bahwa baik pengertian Adam maupun pengertian binatang-binatang itu telah datang melalui Ilham.

“Saya melihat bunga-bunga ini, dan setiap kali saya melihatnya, saya memikirkan Eden. Bunga-bunga itu adalah pernyataan kasih Allah kepada kita. Itu adalah cara Dia memberi kita sedikit rasa Eden di dunia ini. Dia ingin kita menikmati hal-hal indah ciptaan-Nya, dan melihat di dalamnya pernyataan dari apa yang akan Dia lakukan untuk kita.” 2SM 356.2

“Seluruh alam semesta dirancang untuk menjadi penafsir dari perkara-perkara Allah. Bagi Adam dan Hawa di rumah Eden mereka, alam penuh dengan pengetahuan akan Allah, penuh dengan petunjuk ilahi. Di telinga mereka yang penuh perhatian, itu adalah vokal dengan suara kebijaksanaan. Hikmat berbicara kepada mata dan diterima ke dalam hati, karena mereka berkomunikasi dengan Allah dalam pekerjaan penciptaan-Nya. Segera setelah pasangan suci itu melanggar hukum Yang Mahatinggi, cahaya dari wajah Allah menghilang dari wajah alam. Alam sekarang dirusak dan dikotori oleh dosa. Tapi tujuan pelajaran Allah tidak lenyap; bahkan sekarang ini, jika dipelajari dan ditafsirkan dengan benar, alam berbicara tentang Penciptanya.... Anak-anak dan remaja, semua kelas siswa, membutuhkan pelajaran yang diambil dari sumber ini. Dengan sendirinya keindahan alam membawa jiwa menjauh dari dosa dan penarikan dunia, membawa menuju kepada kesucian, kedamaian, dan kepada Allah.” Counsels to Parents, Teachers, and Students,185, 186.

“Terus-menerus bersentuhan dengan misteri kehidupan dan keindahan alam, serta dengan kelembutan yang timbul dalam melayani objek-objek indah ciptaan Allah ini, cenderung menyegarkan pikiran dan memperhalus dan meninggikan tabiat; dan pelajaran yang diajarkan mempersiapkan pekerja untuk lebih berhasil menangani pikiran-pikiran orang lain.” Education, 111, 112.

“Kekuatan yang sama yang menopang alam bekerja ada juga dalam diri manusia. Hukum besar yang sama yang memandu bintang dan atom juga mengendalikan kehidupan manusia. Hukum yang mengatur tindakan hati, mengatur aliran arus kehidupan ke tubuh, adalah hukum Kecerdasan yang hebat yang memiliki yurisdiksi jiwa. Dari Dia semua kehidupan berlangsung. Hanya dalam keselarasan dengan-Nya dapat ditemukan lingkup perbuatannya yang sebenarnya. Syaratnya sama untuk semua objek ciptaan-Nya — kehidupan yang ditopang dengan menerima hidup Allah, yaitu hidup yang dijalankan selaras dengan kehendak Sang Pencipta. Melanggar hukum-Nya, baik fisik, mental, atau moral, berarti menempatkan diri sendiri di luar keselarasan dengan alam semesta, menimbulkan perselisihan, anarki, kehancuran.” Education 99, 100

Senin - 26 September

Kehendak Bebas, Dasar dari Kasih

1 Yohanes 4:7-16

Apa yang dikatakan tulisan ini tentang kebebasan berkehendak sebagai syarat untuk mempererat kasih?

Umat harus mengetahui bagi dirinya sendiri apa artinya Kebenaran itu, dan mereka harus memutuskan sendiri apa yang harus dilakukan terhadap Kebenaran itu jika mereka ingin diizinkan masuk ke dalam Kerajaan. Baik mereka yang harus terkurung di dalam pagar, atau mereka yang dibawa dengan tali atau mereka yang dihantarkan dengan gada untuk masuk ke dalam Kerajaan, maupun orang-orang yang mendirikan pagar itu sendiri, orang-orang yang menarik ikatan, atau orang-orang yang memegang gada, mereka akan mendapati pintu sudah terkunci, dan mereka akan mendengarkan jawaban Tuan itu : “Enyahlah kamu daripada-Ku; Aku tidak mengenal kamu.” Para pendeta bukan diangkat untuk menjadi mandor-mandor pekerja, ataupun untuk menjadi suara hati bagi orang lain. Mereka itu dipanggil untuk menjadi guru-guru Kebenaran.

“Ada banyak orang pada zaman ini yang benar-benar berada di bawah kuasa roh-roh jahat seperti halnya orang kerasukan di Kapernaum. Semua orang yang dengan sengaja menyimpang dari perintah-perintah Allah berarti menempatkan diri mereka di bawah kendali Setan. Banyak orang yang ikut campur dengan kejahatan, mengira bahwa dia dapat melepaskan diri dengan kepelesiran; tetapi dia terus-menerus terpikat, sampai dia mendapati dirinya dikendalikan oleh keinginan yang lebih kuat dari keinginannya sendiri. Dia tidak bisa lepas dari kekuatan misteriusnya. Dosa tersembunyi atau nafsu yang menguasainya dapat membuatnya menjadi tawanan yang tak berdaya seperti orang kerasukan di Kapernaum. MH 92.3

“Namun keadaannya bukanlah tanpa harapan. Tuhan tidak mengendalikan pikiran kita tanpa persetujuan kita; tetapi setiap orang bebas memilih kuasa apa yang akan dia miliki untuk memerintahnya. Tidak ada yang jatuh begitu rendah, tidak ada yang begitu keji, melainkan mereka dapat menemukan kelepasan di dalam Kristus. Orang kerasukan, sebagai ganti doa, hanya bisa mengucapkan kata-kata Setan; namun seruan hati yang tak terucapkan terdengar. Tidak ada tangisan dari jiwa yang membutuhkan akan diabaikan, meskipun gagal diucapkan dengan kata-kata. Mereka yang setuju untuk masuk ke dalam perjanjian dengan Allah tidak dibiarkan berada dalam kuasa Setan atau pada kelemahan sifat mereka sendiri. MH 93.1

“‘Dapatkah direbut kembali jarahan dari pahlawan atau dapatkah lolos tawanan orang gagah? ….beginilah firman TUHAN: Tawanan pahlawan pun dapat direbut kembali, dan jarahan orang gagah dapat lolos, sebab Aku sendiri akan melawan orang yang melawan engkau dan Aku sendiri akan menyelamatkan anak-anakmu.’ Yesaya 49:24, 25.” MH 93.2

Selasa - 27 September

Rasa Tidak Bersyukur yang Misterius

Yehezkiel 28:12-19

Apa yang dapat kita pelajari dari ayat ini mengenai asal dosa yang misterius?

Saudara mengenali gambaran ini [Yehezkiel 28:12-19] sebagai gambaran dari Lucifer; tetapi nubuatan ini dialamatkan kepada penghulu Tirus, sama seperti halnya Yesaya 14 menghubungkan raja Babel dengan Lucifer. Dari gambaran ini kita akan mengerti, bahwa baik “Tirus” maupun “Babel” kedua-duanya adalah dihasut oleh Setan dan telah ditetapkan untuk melakukan di bumi perbuatan yang sama jahatnya dengan perbuatan yang dilakukan Setan sejak mulanya di dalam surga. Tetapi di sini kepada kita diceritakan bahwa kekalahan Setan dalam berbagai usahanya ini akan sempurna dan memalukan.

“Bagi banyak orang, asal mula dosa dan alasan keberadaannya merupakan suatu sumber kebingungan besar. Mereka melihat pekerjaan si jahat dengan akibat-akibatnya, bencana dan kehancuran yang mengerikan, dan mereka bertanya-tanya bagaimana semua ini bisa terjadi di bawah pemerintahan dan kedaulatan Oknum yang tak terbatas dalam hikmat, dalam kuasa, dan dalam kasih. Suatu mister, yang mereka tidak temukan jawabnya. Dan dalam ketidakpastian dan keragu-raguan, mereka dibutakan terhadap kebenaran yang dinyatakan dengan jelas oleh firman Allah, sesuatu yang penting bagi keselamatan. Dalam keadaan bertanya-tanya mengenai keberadaan dosa, ada orang yang berusaha menyelidikinya di tempat di mana Allah tidak pernah menyatakan, karena itu mereka tidak menemukan jawaban kesulitan mereka itu. Dan orang-orang seperti ini, yang didasari oleh sikap ragu-ragu dan suka mencela, membuat hal ini sebagai suatu alasan untuk menolak perkataan Alkitab. Namun yang lain, gagal mengerti dengan sempurna masalah besar kejahatan ini karena tradisi dan penafsiran yang salah telah menutupi ajaran Alkitab mengenai tabiat Allah, sifat pemerintahan-Nya dan prinsip-Nya dalam menangani dosa.” GC 492.1

“Tidak mungkin menerangkan asal mula dosa yang memberikan alasan-alasan keberadaannya. Namun cukup banyak yang bisa dimengerti baik mengenai asal mulanya maupun sifat-sifat dan akhir dari dosa, untuk menyatakan sepenuhnya keadilan dan kebajikan Allah dalam menangani kejahatan. Tidak ada yang lebih jelas diajarkan di dalam Alkitab selain bahwa Allah dalam hal apapun tidak bertanggung jawab bagi masuknya dosa; bahwa tidak ada penarikan sewenang-wenang rahmat Ilahi, tidak ada kekurangan dalam pemerintahan Ilahi yang memberikan kesempatan timbulnya pemberontakan. Dosa adalah pengacau dan pengganggu, sehingga tidak ada alasan untuk membiarkan keberadaannya dan kehadirannya. Dosa adalah sesuatu yang misterius dan yang tidak dapat diterangkan dan dipertanggungjawabkan; memaafkannya berarti mempertahankannya. Seandainya maaf untuk itu ditemukan atau alasan keberadaannya bisa ditunjukkan, maka itu tidak menjadi dosa lagi. Definisi kita satu-satunya adalah yang diberikan di dalam firman Allah. Dosa adalah “pelanggaran kepada hukum.” Dosa adalah sesuatu yang bekerja di luar prinsip, yang berperang melawan hukum kasih yang agung yang menjadi landasan pemerintahan Ilahi.” GC 492.2

Rabu - 28 September

Harga Keangkuhan

Yesaya 14:12-15

Apa akibat jangka panjang yang disebabkan oleh kesombongan Lucifer saat berada di surga kepada alam semesta dan kepada dunia ini?

Kita tahu bahwa nama dari Setan sebelum kejatuhannya dalam dosa adalah Lucifer, dan bahwa ia lebih dulu berdosa sebelum Hawa berdosa, bahwa ia telah mewujudkan dirinya di dalam ular yang menyesatkan Hawa. Oleh karena itu kita harus membayangkan dahulu dosa yang di dalam surga itu sebelum kemudian kita memikirkan dosa yang di bumi.

Kepada kita diceritakan, bahwa Setan, bukanlah satu-satunya orang berdosa di dalam surga, sebab bersama-sama dengan dia telah terlempar keluar dari surga sepertiga dari malaikat yang banyak itu. (Wahyu 12 : 4). Semua mereka ini telah tercampak keluar dari Surga, sebab mereka menaruh harap pada kata-kata Lucifer, yaitu kepada seseorang yang di dalam Surga, sebagai gantinya menaruh harap kepada firman Allah. Inilah kejatuhannya malaikat-malaikat itu. Lucifer sendiri jatuh sewaktu ia bercita-cita untuk menjadi sama dengan Allah.

Kedua dosa ini, yaitu percaya kepada manusia, dan keinginan untuk meninggikan diri sendiri, masih juga merupakan unsur-unsur dosa yang terkemuka pada waktu ini di bumi. Di masa lalu inilah batu sandungan Hawa dan bagi banyak orang di waktu inipun inilah batu sandungannya. Bukan hanya selera makan yang telah merupakan penyebab kejatuhannya Hawa. Ular itu tidak mengatakan, “Engkau supaya memakan buah ini karena buahnya indah, lebih enak daripada setiap buah yang lain di dalam taman Allah.” Melainkan katanya : “Allah mengetahui bahwa pada hari engkau memakannya, maka matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, yang mengetahui baik dan jahat.” Kejadian 3 : 5.

Buah itu, tentunya menarik kepadanya, tetapi ia tergoda oleh pikiran dari hal memperoleh kesempatan untuk diangkat ke atas tahta Allah, untuk ditinggikan kepada kedudukan yang sama seperti yang dicita-citakan oleh Lucifer sendiri. Lucifer harus secara jujur percaya bahwa ia akan bisa jadi seperti Allah jika segala malaikat di dalam Surga berikut semua orang di bumi hanya mau tunduk kepada perintah-perintahnya.

Dan demikian itulah kita saksikan bahwa si Jahat itu telah menyesatkan Hawa pada landasan-landasan yang sama seperti ia sendiri telah menyesatkan dirinya dan semua malaikat-malaikatnya, hanya perbedaan yang ada ialah bahwa ia menyebabkan Hawa memakan buah pohon itu, yang mana ia sendiri berikut semua malaikatnya tidak mau memakannya. Akibatnya, Hawa telah berdosa melanggar juga keadaan fisiknya, oleh memakan sesuatu yang telah diciptakan bukan bagi makanan manusia, maka akibatnya ia mati. Tetapi Setan dan malaikat-malaikatnya masih tetap hidup.

“Kesombongan untuk kemuliaan diri sendiri memupuk keinginannya untuk memperoleh kebesaran. Penghormatan tinggi yang diberikan kepada Lucifer tidak dihargai sebagai karunia Allah, dan tidak membuatnya bersyukur kepada Pencipta. Ia bermegah dalam kecemerlangan dan ketinggiannya, sehingga ia berniat menjadi sama dengan Allah, ia dikasihi dan dihormati oleh malaikat-malaikat surga. Malaikat-malaikat senang melaksanakan perintah-perintahnya, dan ia dipenuhi dengan hikmat dan kemuliaan melebihi mereka semua. Namun begitu Anak Allah adalah Penguasa surga yang diakui, satu kuasa dan wewenang dengan Bapa. Dalam semua konsultasi Allah, Kristus selalu turut di dalamnya, sementara Lucifer tidak diizinkan untuk ikut dalam maksud-maksud Ilahi. “Mengapa harus Kristus yang mempunyai kebesaran itu?” kata malaikat perkasa itu. “Mengapa Ia dihormati melebihi Lucifer?” GC 495.1

Kamis - 29 September

Penyebaran Ketidakpercayaan

Wahyu 12

Apa yang diajarkan bab ini tentang penyebaran pemberontakan di surga ke bumi ?

“Dan ekornya menyeret sepertiga bintang-bintang di langit, lalu dicampakkannya ke bumi; maka berdirilah naga itu di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, supaya segera setelah anak itu lahir naga itu akan menelan anaknya itu…..”

“Maka terjadilah peperangan di dalam surga: yaitu Mikhael dan malaikat-malaikat-Nya berperang melawan naga itu; dan naga serta segala malaikatnya pun berperanglah, tetapi naga dan malaikat-malaikatnya itu tiada menang; dan tempatnya pun tidak ada lagi di dalam surga.”

“Maka tercampaklah naga besar itu, yaitu ular tua, yang dinamakan Iblis dan Setan itu, yang telah menyesatkan segala isi dunia : bahkan ia sudah dicampakkan ke bumi dan segala malaikatnya itupun sudah tercampak juga sertanya.”

“Maka apabila naga itu melihat, bahwa dirinya sudah tercampak ke bumi, maka ia pun menganiaya perempuan itu yang telah melahirkan anak laki-laki itu.” Wahyu 12 : 4, 7 - 9, 13.

Di sini digambarkan dua “pencampakan” yang berbeda. Tandailah, bahwa dalam contoh peristiwa yang pertama naga itu menyeret malaikat-malaikat itu dengan ekornya. Tetapi, anda akan heran, mengapa tidak dengan kuku-kukunya? — Karena yang sedemikian ini hanya akan menunjukkan secara salah, bahwa Setan berhasil mengalahkan Tuhan, sehingga akhirnya ia akan menyeret sepertiga malaikat-malaikat itu keluar dari sorga. Tetapi karena ia menyeret mereka itu dengan ekornya, maka arti yang sebenarnya adalah jelas — bahwa sepertiga malaikat-malaikat itu ternyata telah mengikuti dia secara suka rela. Mereka itu bergantungan pada ekornya, demikianlah misalnya, sementara ia membawa mereka. “Mereka itu berbalik dari Bapa dan dari Anak-Nya, lalu menggabungkan diri dengan penghasut pendurhakaan itu.” Testimonies, vol. 3, p. 115. Naga itu telah membujuk malaikat-malaikat itu, dan mereka telah mengikuti dia dari sorga turun ke bumi, dimana ia telah berusaha untuk menelan Kristus.



Peristiwa di dalam ayat 4 ini, naga itu menyeret ke bawah bintang-bintang itu, telah mendahului peristiwa dari ayat 9, yaitu Tuhan mencampakkan ke bawah naga itu. Peristiwa yang pertama terjadi sebelum Tuhan lahir, dan peristiwa yang kedua terjadi sesudah kebangkitan-Nya. Ini dinyatakan di dalam paragraf-paragraf berikut ini :

Di zaman Ayub Setan masih berkesempatan masuk ke sorga, karena kepada kita diceritakan bahwa “..... ada sesuatu hari sewaktu anak-anak Allah datang hadir di hadapan Tuhan, maka Setan telah datang juga di antara mereka. Maka firman Tuhan kepada Setan, Dari manakah engkau datang? Kemudian jawab Setan kepada Tuhan, dan mengatakan, Dari berjalan-jalan pergi datang di bumi, dan dari berjalan-jalan di atasnya.” Ayub 1 : 6, 7.

Jadi Setan bukanlah dicampakkan keluar dari surga segera sesudah ia mendurhaka atau bahkan sewaktu ia membuat Adam dan Hawa berdosa. Sebaliknya itu harus jadi sesudah zaman Ayub. Tetapi untuk menentukan dengan tepat kapan waktunya, maka kita harus membaca ayat 13 : “Maka apabila naga itu melihat, bahwa dirinya sudah tercampak ke bumi, maka ia pun menganiaya perempuan itu yang telah melahirkan anak laki-laki itu.” Oleh sebab itu ia telah dicampakkan keluar sebelum ia pergi menganiaya sidang. Ini dilakukannya pada “waktu terjadi suatu aniaya besar terhadap sidang yang di Yerusalem; maka mereka itu semuanya telah dicerai-beraikan keluar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria, terkecuali para rasul-rasul.” Kisah Para Rasul 8 : 1. Kenyataan ini kembali dikeluarkan oleh Roh Nubuat sebagai berikut :

Dengan kemenangan Tuhan telah dibawa kepada Allah dan kepada tahta-Nya. ”..... semua berada di sana untuk menyambut Juruselamat. Mereka semua rindu dengan sepenuh hati untuk merayakan kemenangan-Nya dan untuk memuliakan Raja mereka. ..... Ia menyampaikan kepada Allah ikatan gandum timangan, yaitu orang-orang yang telah bangkit bersama-sama dengan-Nya sebagai wakil-wakil dari rombongan besar orang banyak itu yang kelak akan muncul keluar dari kubur pada kedatanganNya yang kedua kali. ..... Suara Allah terdengar memberitakan bahwa keadilan telah dipuaskan. Setan telah dikalahkan. Jerih payah Kristus, orang-orang yang berjuang di bumi telah “disambut di dalam Yang Kekasih itu.” Di hadapan malaikat-malaikat sorga dan di hadapan wakil-wakil dari dunia-dunia yang tidak jatuh, mereka dinyatakan dibenarkan.”

“Setan melihat bahwa selubung penipuannya telah dibongkar. Cara kerjanya telah ditelanjangi di hadapan malaikat-malaikat yang tidak jatuh itu dan di hadapan seluruh alam semesta. Ia telah mengungkapkan dirinya sendiri sebagai seorang pembunuh. Oleh mencurahkan darah Anak Allah, maka ia telah mencabut dirinya sendiri dari simpati mahluk-mahluk sorga. Sejak saat itu, pekerjaannya dibatasi. Sikap apa pun juga yang ia gunakan, ia tidak lagi dapat menunggui malaikat-malaikat seperti pada waktu mereka itu keluar dari ruangan-ruangan sorga, dan ia tidak lagi dapat di hadapan mereka itu menuduh-nuduh saudara-saudara dari Kristus karena berpakaikan jubah-jubah hitam dan kenajisan dosa. Hubungan simpati yang terakhir antara Setan dan dunia sorga terputuslah sudah.” The Desire of Ages, pp. 833, 834, 761.

Sesungguhnya, setelah menyadari bahwa ia telah mengakhiri kehadirannya untuk berulang kali menuduh-nuduh saudara-saudara di dalam surga, dan setelah mengetahui bahwa tempat tinggalnya di bumi pun akan sangat singkat, maka : SETAN TELAH TERBUANG KE BAWAH DENGAN MARAH BESAR.

Sesudah naga itu dicampakkan ke bawah, maka Yohanes mendengar suatu bunyi suara besar yang mengatakan di dalam surga :

“Sekarang tibalah keselamatan, dan kekuatan, dan kerajaan dari Allah kita, dan kuasa dari Kristus-Nya, karena sudah tercampak ke bawah penuduh saudara-saudara kita itu, yang telah menuduh mereka itu di hadapan Allah kita baik siang maupun malam. Maka mereka itu sudah mengalahkan dia oleh perantaraan darah dari Anak Domba itu, dan oleh perkataan dari kesaksian mereka itu; maka tiada mereka itu menyayangi nyawanya sampai kepada mati sekalipun. Oleh sebab itu bersukacitalah kamu, hai segala langit, dan semua kamu yang tinggal di dalamnya. Celaka bagi semua penduduk bumi dan laut! Karena Iblis telah turun kepadamu dengan besar amarahnya, sebab ia tahu bahwa masanya hanya singkat.” Wahyu 12 : 10 - 12.

“Tuduhan-tuduhan Setan melawan orang-orang yang berusaha mencari Tuhan bukanlah didorong oleh kebencian terhadap dosa-dosa mereka. Ia bergembira karena cacat-cacat tabiat mereka itu, karena ia mengetahui bahwa hanya oleh pelanggaran mereka melawan hukum Allah dapatlah ia memperoleh kuasa atas mereka itu.” Prophets and Kings, pp. 585, 586.

Setan, sebagaimana kita saksikan, mendorong orang berdosa untuk melakukan pelanggaran secara tidak sadar, dan demikianlah untuk mengumpulkan tuduhannya, tidak perlu di bumi, tetapi di dalam surga. Di hadapan Hakim yang benar itu, Setan menuduh-nuduh pelanggar hukum itu –karena berpakaikan jubah-jubah hitam dan kenajisan dosa.” Tetapi apabila Roh Allah menyampaikan teguran, maka Ia itu mengungkapkan dosa dan menghukum orang berdosa oleh perantaraan sidang-Nya.

Umat Allah hendaknya senantiasa waspada karena suara dari Roh Kristus itu pun senantiasa berjaga-jaga untuk mengamati roh Setan itu. Bilamana keduanya itu bertempur, maka yang satu akan berjuang untuk mematuhi Firman Allah, sedangkan yang lainnya akan memaafkan dosa lalu bersimpati dengan orang yang berdosa. Dalam cara licik yang terakhir ini Setan seringkali berhasil dan memenangkan orang berdosa ke dalam barisannya, karena orang berdosa pada dasarnya mencintai dosanya. Walaupun demikian orang-orang yang setia akan mengalahkannya “oleh perantaraan darah Anak Domba, dan oleh perkataan dari kesaksian mereka itu.” Maka mereka itu “tiada mencintai nyawanya sampai kepada mati sekalipun.” Wahyu 12 : 11.

“Maka kepada perempuan itu dikaruniakan dua buah sayap burung rajawali yang besar, supaya ia dapat terbang ke dalam padang belantara, yaitu ke dalam tempatnya, dimana ia akan dipelihara selama satu masa, dan dua masa, dan setengah masa, jauh dari wajah naga itu.” Wahyu 12 : 14.

Oleh karena suatu padang belantara adalah justru kebalikan dari suatu kebun anggur, maka sebutan yang berbunyi “supaya perempuan itu dapat terbang ke dalam padang belantara” secara tegas mengandung arti bahwa ia sudah harus meninggalkan kebun anggur itu. Dan itulah tepatnya yang ia lakukan. Tak lama sesudah kebangkitan Kristus, maka sidang (perempuan itu) telah meninggalkan tanah suci (kebun anggur itu) dan pergi ke tanah orang-orang Kapir (padang belantara).

Di samping adanya fakta-fakta sejarah ini, kita juga mempunyai pengertian Alkitabiah mengenai kebun anggur itu sebagai berikut :

“Kebun anggur Tuhan serwa sekalian alam ialah isi rumah Israel, dan orang-orang Yehuda itu ialah tanaman yang disukai-Nya.” Yesaya 5 : 7.

Oleh sebab itu tak dapat disangsikan lagi, bahwa padang belantara dimana perempuan itu telah dipelihara selama masa itu ialah tanah orang-orang Kafir. Dan keharusan perempuan itu pergi melarikan diri dari wajah naga itu di tanah airnya, menunjukkan bahwa naga itu telah menjadikan tanah suci itu markas besarnya. Walaupun demikian, karena tidak puas dengan ini, maka ia bahkan telah mengikuti perempuan itu ke dalam padang belantara.

“Maka naga itu menyemburkan air dari dalam mulutnya bagaikan suatu air bah mengikuti perempuan itu, agar ia dapat menghanyutkannya dengan air bah itu.” Wahyu 12 : 15.

Dalam harapan untuk membinasakan perempuan itu, maka naga itu pertama sekali menganiayanya. Sungguhpun demikian, karena gagal mencapai tujuannya, maka secara tiba-tiba ia merubah siasatnya. Ia menghentikan penganiayaan itu, dan sebagai gantinya ia mulai bertindak seperti sahabatnya. Namun alangkah ruginya bagi perempuan itu! Secara licik ia menyemburkan air bagaikan suatu air bah dari belakang perempuan itu, yang tampaknya seolah-olah berusaha dengan sekuat tenaga untuk menyegarkannya, padahal sesungguhnya itulah suatu usaha besar dengan mana untuk membinasakan perempuan itu.

Kata-kata simbolis dari Ilham menjelaskan, bahwa wajib meng-Kristenkan orang-orang Kafir dan mengalirnya mereka itu ke dalam sidang selama abad yang keempat sejarah Kristen yang lalu, pada kenyataannya bukanlah suatu tindakan yang bersahabat. Sebaliknya ia itu adalah bagaikan suatu semburan yang menghancurkan untuk menghilangkan kuasa ke-Kristenan yang menyelamatkan. Dengan kata lain, Ilham meramalkan masa periode dimana naga itu telah memakaikan para politisi Kafir dengan jubah kekristenan dan kemudian mengendalikan mereka untuk memaksa orang-orang Kafir yang bukan Kristen untuk menggabungkan diri dengan sidang, supaya dengan demikian itu mereka dapat mengkafirkan sidang, bukannya sidang meng-Kristenkan mereka.

Untuk menguatkannya, maka berikut ini kami kutip sebagian gambaran dari karya-karya Tuan Gibbon sebagai berikut : Dengan beberapa keputusan toleransi, maka ia (Kaisar Konstantin) telah menyingkirkan beberapa ketentuan sementara yang tidak menguntungkan yang sampai pada waktu itu telah menghalangi kemajuan-kemajuan Kekristenan; maka pendeta-pendetanya yang giat dan yang banyak itu telah memperoleh izin kebebasan mereka, yaitu suatu dorongan kebebasan untuk menyambut kebenaran-kebenaran sehat yang diungkapkan oleh setiap argumentasi yang dapat mempengaruhi akal budi atau kesetiaan umat manusia. Keseimbangan yang rata dari kedua agama (Kristen dan Kapir) itu hanya berlangsung sementara.……. Kota-kota yang menunjukkan semangat kemajuan oleh merusakkan secara sukarela tempat-tempat ibadah mereka (tempat-tempat ibadah Kafir) memperoleh penghargaan dengan hak-hak istimewa kota, serta dihadiahi dengan hadiah-hadiah yang bersifat pemberian resmi yang populer.…… Keselamatan dari rakyat biasa diperoleh dengan jalan pembelian dengan pembayaran yang murah, jika itu menjadi nyata bahwa dalam setahun 12.000 orang telah dibaptiskan di kota Roma, disamping sejumlah besar wanita dan anak-anak, dan bahwa sehelai jubah putih berikut 20 keping emas telah dijanjikan oleh kaisar kepada setiap orang yang bertobat.” Inilah “undang-undang dari Konstantin yang memberikan kebebasan kepada semua budak yang hendak memeluk agama Kristen.” Gibbon’s Rome, vol. 2, pp. 273, 274.

“Tetapi bumi menolong perempuan itu, dan bumi membuka mulutnya lalu menelan air bah yang disemburkan oleh ular naga itu dari dalam mulutnya.” Wahyu 12 : 16.

“Bumi”, sebagai senjata Allah yang sangat ampuh, pada akhirnya akan menolong perempuan itu. Bumi akan menelan “air bah” itu; artinya, senjata Ilahi yang sama itu juga, yang sesuai dengan perumpamaan, akan menyingkirkan lalang-lalang lalu membakarnya, demikian pula menyingkirkan semua orang yang telah menggabungkan diri dengan sidang, yang masih tetap Kafir di dalam hatinya. Lalu apakah yang jadi kemudian? – Injil memberikan jawabannya sebagai berikut :

“Maka marahlah naga kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi yang tersisa dari keturunannya, yaitu mereka yang memeliharakan perintah-perintah Allah dan memiliki kesaksian Yesus Kristus.” Wahyu 12 : 17.

Sebutan “yang tersisa” mengungkapkan, bahwa benih perempuan itu terbagi dalam dua bagian. Bagian yang satu diambil, bagian yang lainnya tertinggal. Sebagai contoh, Nehemia menjelaskan sebagai berikut : “Segala orang yang tersisa yang tertinggal dari para tawanan itu di sana di dalam negeri itu berada dalam kesukaran besar dan kecelaan.” Nehemia 1 : 3. Sesuatu “yang tersisa” selalu menunjukkan sebagian daripada keseluruhan, mungkin besar mungkin juga kecil.

Dan perhatikanlah bahwa naga itu berperang bukan melawan sesuatu yang tersisa daripada “air bah” itu, melainkan melawan mereka yang tersisa dari benihnya. Karena Kristus adalah satu-satunya anak dari perempuan itu, maka benihnya itu ialah orang-orang Kristen, yaitu orang-orang yang lahir ke dalam sidang oleh perantaraan Roh Kristus. Sesuai dengan itu, maka tindakan membawa buah-buah pertama ke Gunung Sion (Wahyu 14 : 1) akan menghasilkan suatu keadaan yang akan membuat suatu sisa dari mereka itu yang masih akan tertinggal di antara orang-orang Kafir. Oleh karena itu, maka dalam hal ini mereka, buah-buah kedua itu, ialah mereka yang tersisa itu.

Hendaklah diingat bahwa adalah sesudah bumi menelan air bah itu baru naga itu naik amarahnya melawan perempuan itu, lalu “pergi memerangi yang tersisa dari keturunannya (bukan melawan perempuan itu secara pribadi), yaitu mereka yang memeliharakan perintah-perintah Allah dan memiliki kesaksian Yesus Kristus.” Wahyu 12 : 16, 17. Jadi jelaslah, tak dapat disangsikan lagi kesimpulannya, bahwa dihapuskannya air bah Setan itu tak lain adalah pembersihan sidang, yaitu pembinasaan orang-orang yang telah menggabungkan diri dengan sidang melalui bantuan ular itu. Pembersihan ini adalah satu-satunya perkara yang memungkinkan sidang sebagai suatu badan untuk memeliharakan perintah-perintah Allah dan juga untuk memiliki kesaksian Yesus Kristus, Roh Nubuat yang hidup itu (Wahyu 19 : 10) di tengah-tengahnya. Inilah satu-satunya harapan miliknya, satu-satunya kekuatan miliknya, yaitu satu-satunya jalan kelepasannya. Dalam terang inilah, Ilham kini memberikan hidup baru ke dalam kata-kata itu yang berbunyi :

“Bangunlah, bangunlah, kenakanlah kuatmu, hai Sion; pakaikanlah baju-bajumu yang indah-indah itu, hai Yerusalem, kota suci; karena kemudian seterusnya tidak lagi akan masuk ke dalammu orang-orang yang tidak bersunat dan yang najis.” Yesaya 52 : 1.

Oleh karena itu, maka pembersihan sidang itu tidak akan mendatangkan masa seribu tahun yang penuh damai. Sesungguhnya tidak, tetapi ia itu akan mengakhiri nasib semua orang jahat yang ada di dalam sidang, dan bersamaan dengan pembersihan itu juga akan menaikkan amarah Setan yang besar melawan mereka yang tersisa, yaitu melawan orang-orang yang masih berada di antara orang-orang Kafir, yang kemudian dari pembersihan itu dengan berani bertekad untuk berdiri di pihak Tuhan. Meskipun begitu, mereka akan dilepaskan jika mereka rela mempertaruhkan nyawanya – jika mereka bertekad berdiri di pihak Tuhan, sehingga dengan demikian nama-nama mereka dicatat di dalam “buku.” Daniel 12 : 1.

Naga itu tidak dapat memerangi perempuan itu, yaitu sidang yang terdiri dari buah-buah pertama, sebab pada waktu itu ia berada bersama-sama dengan Anak Domba di atas Gunung Sion (Wahyu 14 : 1), jauh dari jangkauan ular naga itu.

Jumat - 30 September

Pelajaran Lanjutan

“Sebelum masuknya kejahatan, damai dan kesukaan memenuhi alam semesta. Semuanya selaras dengan kehendak Pencipta. Kasih kepada Allah adalah yang tertinggi, kasih kepada satu sama lain tidak berat sebelah. Kristus, Firman itu, Anak Allah satu-satunya, adalah satu dengan Allah – satu dalam alamiah, dalam tabiat dan dalam tujuan – satu-satunya pribadi di alam semesta ini yang dapat turut serta dalam semua musyawarah dan maksud-maksud Allah. Melalui Kristus, Allah bekerja dalam menciptakan makhluk-makhluk surgawi. “Di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di surga dan yang ada di bumi, …. baik singgasana maupun kerajaan, baik pemerintah maupun penguasa,” (Kolose 1:16), dan kepada Kristus, sama dengan kepada Bapa, segenap surga menunjukkan kesetiaan mereka. GC 493.1

“Hukum kasih yang menjadi dasar pemerintahan Allah, kebahagiaan seluruh makhluk ciptaan bergantung kepada keselarasan sempurna kepada prinsip-prinsip kebenaran agung. Allah menginginkan dari makhluk ciptaan-Nya pelayanan kasih – penghormatan yang terbit dari penghargaan kepada tabiat-Nya. Ia tidak menyukai kesetiaan yang terpaksa, dan kepada mereka diberikan-Nya kebebasan kemauan agar mereka boleh memberikan pelayanan sukarela kepada-Nya. GC 493.2

“Tetapi ada seorang yang menyalahgunakan kebebasan ini. Dosa bermula dari dia yang, setelah Kristus, paling dihormati Allah, dan yang berkuasa paling tinggi dan yang paling mulia dari antara penghuni surga. Sebelum kejatuhannya, Lucifer adalah yang terutama dari kerub-kerub yang berjaga, kerub yang suci dan yang tidak bercacat cela. “Beginilah firman Tuhan Allah: Gambar dari kesempurnaan engkau, penuh hikmat dan maha indah. Engkau di Taman Eden, yaitu taman Allah penuh segala batu permata yang berharga.” “Kuberikan tempatmu dekat kerub yang berjaga, di gunung kudus Allah engkau berada dan berjalan-jalan, di tengah-tengah batu-batu yang bercahaya-cahaya. Engkau tidak bercela di dalam tingkah lakumu sejak dari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu.” (Yehezkiel 28:12-15). GC 493.3

“Sebenarnya Lucifer bisa saja tetap berkenan kepada Allah, dikasihi dan dihormati oleh seluruh malaikat surga, dan menjalankan kuasanya yang mulia untuk memberkati yang lain-lain serta memuliakan Penciptanya. Tetapi kata nabi itu, “Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmatmu kau musnahkan demi semarakmu.” Ayat 17. Sedikit demi sedikit Lucifer memanjakan suatu keinginan untuk meninggikan diri sendiri. “Karena hatimu menempatkan diri sama dengan Allah.” “Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan tahtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan…. Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi.” Ayat 6; Yesaya. 14:13-14. Gantinya berusaha membuat Allah yang tertinggi dalam kasih dan kesetiaan makhluk-makhluk ciptaan-Nya, Lucifer berusaha untuk memenangkan pelayanan dan penghargaan mereka

untuk dirinya sendiri. Dan karena menginginkan kehormatan yang dikaruniakan Bapa Samawi kepada Anak-Nya, maka penghulu malaikat ini menginginkan kuasa yang hanya Kristus saja memiliki hak prerogatif itu.” GC 494.1

Whatsapp: (+62)812-8772-7543, (+63)961-954-0737
contact@advancedsabbathschool.org