"Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita." - Ibrani 9:24
“Setelah kenaikan Kristus, perasaan hadirat Ilahi, penuh dengan kasih dan terang, masih tetap bersama mereka. Itulah kehadiran secara pribadi. Yesus, Juruselamat yang telah berjalan-jalan dan berbicara dan berdoa dengan mereka, yang telah membicarakan pengharapan dan penghiburan kepada hati mereka, sementara pekabaran perdamaian ada pada bibirNya, telah diangkat dari mereka ke surga. Sementara pasukan malaikat-malaikat menerima Dia, perkataan-Nya datang kepada mereka, "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Matius 28:20. Dia telah naik ke surga dalam bentuk manusia. Mereka mengetahui bahwa Dia berada di hadapan takhta Allah, Sahabat dan Juruselamat mereka; bahwa simpati-Nya tidak berubah; bahwa Dia untuk selama-lamanya akan dikenal dengan penderitaan manusia. Mereka mengetahui bahwa Dia menghadapkan kepada Allah jasa darahNya, menunjukkan tangan dan kaki-Nya yang luka sebagai kenangan akan harga yang dibayar-Nya untuk orang-orang tebusan-Nya; dan pikiran ini menguatkan mereka untuk menahan malu karena Dia. Persatuan mereka dengan Dia sekarang lebih kuat dari pada bila Dia berada dengan mereka secara pribadi. Terang dan kasih dan kuasa dari Kristus yang tinggal di dalam hati bersinar melalui mereka, sehingga orang-orang yang memandang akan keheran-heranan.” AA 65.1
Kapankah Kristus bangkit?
Kristus bangkit dari kematian seperti buah-buah pertama dari orang-orang yang ditidurkan. Ia adalah contoh saingan dari ikatan gandum timangan itu, maka kebangkitan-Nya jadi pada hari yang tepat waktu ikatan gandum timangan itu harus disampaikan ke hadapan Tuhan….” DA 785.4
Kristus tinggal di dalam kubur selama dua malam dan bangkit pada hari Minggu, maka bagaimana tanda Yunus, Matius 12:39, 40 digenapi?
…Yesus telah ditangkap pada hari Kamis pagi-pagi sekali; diadili di hadapan Annas selagi masih gelap (Yohanes 18:13); dibawa ke hadapan Kayafas di dalam perhimpunan Sanhedrin (pengadilan terhadap diri-Nya yang resmi) pada dini hari (Matius 26:57; 27:1); berikutnya di hadapan Pilatus, hari Jumat sebelum fajar --- kira-kira jam enam (Yohanes 19:14); kemudian di hadapan Herodes (Lukas 23:7); kemudian kembali kepada Pilatus (Lukas 23:11); dan akhirnya Ia disalibkan di pagi hari yang sama pada kira-kira jam tiga (Markus 15:25) --- yaitu jam 9.00 A.M. waktu modern.
Catatan waktu ini menunjukkan bahwa penangkapan atas diri-Nya, pengadilan terhadap diri-Nya, dan penyaliban-Nya telah diatur sebelumnya dengan seksama dan secara licik untuk berlangsung pada malam hari dan pagi-pagi sekali untuk menghindari terjadinya sesuatu huru-hara, karena “mereka takut terhadap orang banyak itu.” Lukas 20:19.
Ia tinggal di dalam kubur selama dua malam dan bangkit pada hari Minggu; Tiga hari dan tiga malam itu adalah masa semenjak dari pengadilan resmi terhadap diri-Nya sampai kepada saat kebangkitan-Nya; Jantung bumi secara keliru telah diinterpretasikan sebagai kubur, sedangkan sesuai yang ditunjukkan oleh pengalaman Yunus ia itu melambangkan Kristus di dalam tahanan tangan orang-orang berdosa dan di dalam kubur (Matius 20:19; 16:21; 17:22,23; 27:63; Lukas 9:22; 24: 21; 18:33; 24:7; -- “Demikianlah ada tertulis, dan demikianlah Kristus perlu menderita, dan bangkit dari kematian pada hari yang ketiga.” Lukas 24:46); Lambang mengenai “tiga hari dan tiga malam” itu secara nyata telah digenapi semenjak dari hari Kamis pagi, saat pengadilan terhadap diri-Nya yang resmi, sampai kepada hari Minggu pagi sewaktu Ia bangkit; Domba Paskah yang sedang akan disembelih sewaktu Yesus berada di atas kayu salib itu, bukanlah domba yang telah disembelih pada hari pertama pada minggu Paskah, hari keempat belas dari bulan itu, melainkan domba yang disembelih pada hari yang keenam belas, yaitu hari yang kedua dari pesta-pesta perayaan itu;
Apakah tujuan dari kenaikan atau kepergian Kristus ke surga?
Ke tahta Why. 22:1, 2 inilah, yang dari kekal sampai kekal, Kristus naik dan duduk di atasnya pada sebelah kanan Bapa-Nya (Kisah 7:56) sampai tiba saatnya apabila, pada kegenapan nubuatan Daniel dan wahyu Yohanes, beberapa waktu sesudah tanduk kecil yang berkuasa itu datang, baharu Ia dan Bapa-Nya pindah ke tahta kaabah kesucian itu. Pada tahta yang terakhir ini Ia bukan duduk sebagai seorang raja pada sebelah kanan Allah, melainkan sebaliknya di depan tahta itu Ia berdiri, baik sebagai seekor anak domba korban (Wahyu 5:6) maupun sebagai seorang perantara (Daniel 7:13) yang melakukan pembelaan bagi orang-orang berdosa. Sebab itulah, maka pekerjaan pembelaan-Nya dimulai—Pertama Di Dalam Ruangan Suci, Kemudian Di Dalam Ruangan Yang Maha Suci.
Di dalam kaabah kesucian bumi Imam Besar (yang melambangkan Kristus) itu bertugas pertama-tama di dalam ruangan suci sepanjang tahun, kemudian pada hari pengampunan (hari grafirat), yaitu hari penyucian kaabah kesucian dan pengadilan orang banyak itu, Ia bertugas di dalam ruangan Yang Maha Suci untuk hanya sehari lamanya. Pelayanan rangkap ini menunjukkan bahwa di dalam kaabah kesucian surga, Imam Besar, Kristus, perlu harus pertama-tama bertugas di dalam ruangan suci sampai kepada hari Pengampunan (Grafirat) contoh saingan, kemudian sepanjang hari itu, Ia harus bertugas di dalam ruangan Yang Maha Suci, di depan tahta. Dengan demikian upacara-upacara yang di bumi itu, juga tidak membenarkan pendapat orang-orang yang mengatakan bahwa Kristus memasuki ruangan Yang Maha Suci dari kaabah kesucian sorga segera setelah kenaikan-Nya.
Bagaimana pengalaman Israel di Gunung Sinai?
Pada pagi hari yang ketiga, apabila pandangan semua orang diarahkan ke gunung itu, puncaknya ditutupi awan yang tebal, yang semakin lama semakin gelap dan pekat, dan kemudian awan itu terus turun sampai ke kakinya sehingga seluruh gunung itupun diselimuti oleh kegelapan dan misteri yang mengagumkan. Kemudian satu bunyi seperti bunyi sebuah sangkakala terdengar, menyuruh bangsa itu untuk berkumpul dan menghadap kepada Tuhan; dan Musa memimpin mereka bergerak maju ke kaki bukit itu. Dari kegelapan yang pekat itu kilat memancar dengan terangnya, sementara gemuruh guntur menggema di antara puncak-puncak gunung yang ada di sekitarnya. “Gunung Sinai ditutupi seluruhnya dengan asap, karena Tuhan turun ke atasnya dalam api; asapnya membubung seperti asap dari dapur, dan seluruh gunung itu gemetar sangat.” “Kemuliaan Allah seperti api yang menghanguskan di atas puncak gunung itu” kepada penglihatan dari pada perhimpunan orang banyak itu. Dan “bunyi sangkakala kian lama kian keras.” Begitu dahsyat tanda-tanda kehadiran Tuhan sehingga orang-orang Israel gemetar ketakutan dan bersujud dengan muka mereka sampai ke bumi. Sedangkan Musa sendiri berseru, “Aku sangat gemetar dan sangat ketakutan.” Ibrani 12:21. PP 304.2
Dan sekarang gemuruh guntur berhenti; bunyi sangkakala tidak terdengar lagi; bumi menjadi hening sekali. Suasana waktu itu tenang dan khidmat, dan kemudian suara Allah terdengar. Dengan bersabda dari dalam kegelapan yang pekat yang menyelimuti-Nya, apabila Ia berdiri di atas gunung itu dengan dikelilingi oleh sepasukan malaikat, Tuhan telah memberitahukan hukum-Nya. Musa, dalam menggambarkan pemandangan itu, berkata, “Tuhan datang dari Sinai dan terbit kepada mereka dari Seir; Ia tampak bersinar dari pegunungan Paran dan datang dari tengah-tengah puluhan ribu orang yang kudus; di sebelah kanan-Nya tampak kepada mereka api yang menyala. Sungguh Ia mengasihi umat-Nya; semua orang-Nya yang kudus – di dalam tangan-Mu lah mereka, pada kaki-Mu lah mereka duduk, menangkap sesuatu dari firmanMu.” Ulangan 33:2, 3. PP 304.3
Bangsa Israel diliputi oleh kegentaran. Kuasa Allah yang hebat dalam mengucapkan hukum itu kelihatannya lebih besar daripada apa yang dapat ditanggung oleh hati mereka yang dipenuhi kegentaran itu. Oleh karena apabila undang-undang yang agung itu dihadapkan kepada mereka, mereka baru menyadari tentang kejinya sifat dosa itu, dan juga kesalahan mereka dalam pemandangan Allah. Mereka undur dari bukit itu dengan rasa gentar dan takut. Orang banyak itu berseru kepada Musa, “Engkaulah berbicara dengan kami, maka kami akan mendengarkan; tetapi janganlah Allah berbicara dengan kami, nanti kami mati.” Pemimpin itu menjawab, “Janganlah takut, sebab Allah telah datang dengan maksud untuk mencoba kamu dan dengan maksud supaya takut akan Dia ada padamu, agar kamu jangan berbuat dosa.” Namun demikian, bangsa itu tinggal diam di satu tempat yang agak jauh sambil mengarahkan mata kepada pemandangan itu dengan kegentaran, sementara Musa “pergi mendekati embun yang kelam di mana Allah ada.” PP 309.7
Amaran apakah yang kita dapat dari ayat-ayat di atas?
“Tetapi segera setelah itu malapetaka yang mendadak dan mengerikan telah menimpa keluarga imam besar. Pada jam kebaktian, apabila doa dan pujian orang banyak naik kepada Allah, dua dari antara anak-anak lelaki Harun mengambil pedupaannya masing-masing dan membakar kemenyan yang harum di dalamnya, untuk menaikkan bau yang harum semerbak itu ke hadapan Tuhan. Tetapi mereka telah melanggar perintahNya dengan menggunakan “api yang asing.” Untuk membakar kemenyan itu mereka telah mengambil api yang biasa gantinya api suci yang telah dinyalakan Allah sendiri, dan yang telah diperintahkanNya supaya digunakan untuk maksud ini. Untuk dosa ini api telah turun dari Tuhan dan membinasakan mereka di hadapan orang banyak itu. PP 359. 2
“Berikut kepada Musa dan Harun, Nadab dan Abihu telah berdiri dalam kedudukan yang tertinggi di antara orang Israel. Mereka telah mendapat kehormatan dari Tuhan dengan cara yang istimewa, dengan diijinkannya mereka bersama-sama dengan tujuh puluh tua-tua untuk memandang kemuliaanNya diatas gunung itu. Tetapi sekalipun demikian pelanggaran mereka tidak dapat dimaafkan atau dianggap remeh. Semuanya itu menyebabkan dosanya menjadi lebih keji. Oleh sebab manusia telah menerima terang yang besar, oleh sebab mereka sudah, seperti penghulu-penghulu Israel, naik ke atas gunung, dan mempunyai kesempatan untuk berhubungan dengan Allah, dan tinggal di dalam terang kemuliaanNya, janganlah mereka membanggakan diri bahwa mereka kemudian bisa berbuat dosa tanpa mendapat hukuman, bahwa oleh karena mereka telah dihormati dengan cara demikian, Allah tidak akan tegas menghukum kejahatan mereka. Ini adalah satu tipu daya yang mematikan. Terang dan kesempatan yang besar yang telah diberikan itu menuntut dikembalikannya jasa baik dan kesucian sebanding dengan terang yang telah diberikan itu. Sesuatu yang kurang dari ini tidak dapat diterima oleh Allah. Berkat-berkat atau kesempatan-kesempatan yang besar jangan pernah meninabobokan kita dalam rasa aman atau sikap acuh. Perkara-perkara itu hendaknya jangan memberikan ijin untuk berbuat dosa atau menyebabkan orang-orang yang menerimanya merasa bahwa Allah tidak akan bersikap tegas terhadap mereka. Segala keuntungan yang telah diberikan Allah adalah alat-alatNya untuk memberikan gairah kepada roh, semangat atas usaha, dan kekuatan untuk melaksanakan kehendakNya yang suci. PP 359.3
Nadab dan Abihu pada waktu masa muda mereka tidak pernah dilatih dalam kebiasaan untuk mengendalikan diri. Kecenderungan bapaknya untuk menyerah, kurangnya keteguhan untuk yang benar, telah menuntun dia melalaikan disiplin anak-anaknya itu. Anak-anaknya telah dibiarkan mengikuti kecenderungan diri mereka. Kebiasaan memanjakan diri, yang sudah lama dipupuk, telah mengikat diri mereka sehingga tanggung jawab daripada tugas yang paling suci sekalipun tidak dapat memutuskannya. Mereka tidak diajar untuk menghormati wewenang bapa mereka, dan mereka tidak menyadari perlunya penurutan yang seksama atas tuntutan-tuntutan Allah. Sikap Harun yang salah dalam memanjakan anak-anaknya itu telah menyiapkan mereka menjadi korban hukuman ilahi.” PP 360.1
Kapankah perjanjian baru akan berlaku?
Yeremia 31:31-33 - “Tengkoklah, hari-hari itu datang, demikianlah firman Tuhan, bahwa Aku akan membuat suatu perjanjian yang baru dengan isi rumah Israel, dan dengan isi rumah Yehuda; bukan menurut seperti perjanjian yang sudah Ku perbuat dengan nenek moyang mereka tatkala Aku memegang tangan mereka dan menghantarkan mereka itu keluar dari negeri Mesir, yang mana perjanjian Ku itu sudah dirombaknya, walaupun Aku adalah suami bagi mereka itu, demikianlah firman Tuhan; tetapi ini akan menjadi perjanjian yang akan Ku buat dengan isi rumah Israel; sesudah hari-hari itu, demikianlah firman Tuhan, maka Aku akan memasukkan hukum-Ku ke dalam batin mereka, dan menuliskannya dalam hati mereka; dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku.”
Saudara saksikan, bahwa perjanjian baru ini akan mulai berlaku efektif pada masa pengumpulan. Kemudian semua umat Allah akan mengetahui bedanya antara yang baik dan yang jahat. Demikianlah anak mereka ketahui apa artinya kehendak dan jalan Tuhan. Dan dengan demikian mereka akan mampu memperlihatkan yang baik itu dan meninggalkan yang jahat. Mereka akan secara alami dan dengan senang hati cenderung untuk berbuat baik, sama seperti sekarang cenderung untuk berbuat jahat.
Yeremia 31:34 – “Dan tiada lagi mereka itu akan mengajarkan seorang akan seorang dan saudara akan saudaranya dengan mengatakan, Hendaklah kamu mengenal akan Tuhan; karena mereka semuanya akan mengenal Aku, daripada yang terkecilnya sampai kepada yang terbesarnya, demikianlah firman Tuhan; karena Aku akan mengampuni semua kejahatan mereka dan dosa mereka tidak akan Ku ingat lagi.”
Perhatikan, bahwa orang-orang berdosa dan orang-orang yang tidak mengenal Allah tidak akan lagi terdapat di antara umat Allah. Pasti sesuatu perubahan akan datang. Keadaan perkara-perkara yang ada sekarang tidak akan berlangsung lama lagi, orang-orang berdosa akan disingkirkan untuk selama-lamanya. Dan betapa gembiranya kita sepatutnya, bahwa jika kita sekarang bertobat, maka semua dosa kita akan diampuni dan dilupakan, dan bahwa tak seorangpun lagi akan mengingatkan kita akan dosa-dosa itu!
Kapan Pekerjaan Penebusan Kristus selesai ?
“ Segenap surga sedang menunggu untuk menyambut Juruselamat ke istana surga. Ketika Ia naik, Ia memimpin jalan, dan rombongan tawanan yang dibebaskan pada saat kebangkitan mengikut Dia….” KSZ2 491.3
“... Ia memasuki hadirat Bapa-Nya. Ia menunjuk pada kepala-Nya yang luka, lambung-Nya yang ditusuk, kaki yang cacat; Ia mengangkat tangan-Nya, yang dalamnya terdapat bekas paku. Ia menunjuk kepada tanda kemenangan-Nya, la mempersembahkan seberkas yang diunjuk kepada Allah, mereka yang dibangkitkan dengan Dia sebagai wakil wakil dari rombongan orang banyak yang akan keluar dari kubur pada kedatangan-Nya yang kedua kalinya… Ia mendekati Bapa…Aku telah melakukan kehendak-Mu, O, Tuhan-Ku, Aku telah menyelesaikan pekerjaan penebusan. Jika keadilan-Mu sudah dipuaskan, “Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepadaKu.” Yoh. 19:30; 17:24.KSZ2 492.5
“Suara Allah kedengaran memasyhurkan bahwa keadilan sudah dipenuhi. Setan sudah dikalahkan Umat Kristus yang bekerja keras dan bergumul di bumi “dikaruniakan-Nya... di dalam Dia, yang dikasihi-Nya. Efesus . 1:6 KSZ2 493.1
Melambangkan Apakah Hari Pengumpulan Terakhir ?
Hari raya Pondok Daun itu bukan hanya bersifat memperingati, tetapi juga adalah suatu lambang. Hari raya itu bukan hanya menunjuk ke belakang, kepada pengembaraan di padang gurun, tetapi sebagai pesta penuaian, perayaan itu memperingati dikumpulkannya hasil-hasil bumi, dan menunjuk ke depan, ke hari yang terakhir di mana akan diadakan satu pengumpulan yang terakhir, bilamana TUHAN panen itu akan mengirimkan penuai-penuai-Nya untuk mengumpulkan lalang bersama-sama untuk dibakar; dan mengumpulkan gandum ke dalam lumbungNya. Pada waktu itu orang-orang jahat akan dibinasakan. ..” SRNJ2 161.2
“Aku melihat,” seru Pewahyu sekitar tahun 96 M sewaktu ditunjukkan kepadanya takhta di dalam kaabah, “sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini.
“Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang. Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya. Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua, yang memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka. Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah. Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal; di tengah-tengah takhta itu dan di sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan di sebelah belakang.
“Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi…. Maka aku melihat dan mendengar suara banyak malaikat sekeliling takhta, makhluk-makhluk dan tua-tua itu; jumlah mereka berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa.” Wahyu 4:1-6; 5:6, 11.
Di sini dikemukakan sebuah gambaran rangkap dua. Pada satu pihak, di depan takhta itu terdapat “tujuh pelita yang bernyala-nyala” dan “Anak Domba itu yang bagaikan sudah tersembelih”, yang menunjukkan bahwa takhta itu “didudukkan” di sana untuk melayani dalam masa kasihan. Terang dari kaki pelita itu melambangkan terang kebenaran di dalam sidang sementara darah Anak Domba sedang melaksanakan penebusan bagi mahluk-mahluk yang berdosa. Pada lain pihak, di atas takhta itu duduk Dia Yang Tiada berkesudahan Hari-Nya, yaitu Hakim, yang dikelilingi oleh juri yang terdiri dari dua puluh empat tua-tua ditambah malaikat-malaikat yang menjadi saksi, yaitu “sepuluh ribu kali sepuluh ribu, dan beribu-ribu” mereka, ditambah empat binatang (mereka, yang karena “ditebus” “keluar dari setiap suku bangsa, dan bahasa, dan umat, dan bangsa” -- ayat 8, 9, maka sebab itu mereka melambangkan orang orang suci, -- yaitu semua orang yang dosa-dosanya akan dicoret dari kitab-kitab yang berisikan catatan-catatan, – sama seperti halnya binatang-binatang dari Daniel 7 melambangkan semua kerajaan yang akan binasa dalam dosa-dosa mereka), bersama-sama dengan Anak Domba, Pembela kita, di tengah-tengah. Semuanya ini menunjukkan suatu gabungan pekerjaan pembelaan pengadilan.
Sejauh itu kini kita saksikan, bahwa sewaktu Yohanes dalam khayal memandang pintu itu -- tirai -- sementara ia itu terbuka menuju ke ruangan Yang Maha Suci dari kaabah kesucian sorga, ia telah diizinkan untuk melihat ke dalam, dan bahwa perkara-perkara yang disaksikannya itu akan jadi “kemudian” dari zamannya; dengan begitu menunjukkan bahwa pada saat khayalnya itu (kira-kira tahun 96 M) ruangan Yang Maha Suci itu sedang tertutup. Sebagai tambahan untuk ini, kita akan saksikan sekarang dari nubuatan Daniel, bahwa takhta pengadilan itu didudukkan di dalam ruangan Yang Maha Suci dari kaabah kesucian sorga sesudah “tanduk kecil” Daniel 7 itu muncul.
“Sementara aku memperhatikan tanduk-tanduk itu,” kata nabi itu, “tampak tumbuh di antaranya suatu tanduk lain yang kecil, sehingga tiga dari tanduk-tanduk yang dahulu itu tercabut; dan pada tanduk itu tampak ada mata seperti mata manusia dan mulut yang menyombong. Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar; suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya; seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab. Daniel 7:8-10.
Ayat-ayat ini mengungkapkan bahwa sesudah “pehukuman itu ditetapkan, dan kitab-kitab dibuka”, “Anak Manusia”, Kristus, kemudian “dihantarkan” kepada suatu posisi, bukan pada “sebelah kanan Allah”, “Dia Yang Tiada Berkesudahan Hari-Nya itu”, melainkan “dekat di hadapan-Nya” (Daniel 7:8-10, 13)
Baik khayal Yohanes maupun khayal Daniel, keduanya mengungkapkan, bahwa tahta yang di dalam kaabah kesucian itu belum ada di sana semenjak dari permulaan dunia diciptakan Allah, atau semenjak dari zaman Musa, ataupun semenjak dari saat Kristus naik ke sorga, atau bahkan semenjak dari zaman Romawi Kapir; karena sesungguhnya ia itu belum “didudukkan” sampai setelah runtuhnya Romawi Kafir, pada waktu “tanduk kecil” dari binatang yang tak tergambarkan itu muncul -- yaitu pada zaman Romawi agama (Daniel 7:7-12, 21, 22). Oleh karena itu, tempat lain dari tempat kesucian itu, adalah – Ruangan Takhta Allah Yang Kekal.
Oleh karena takhta kaabah kesucian itu belum ada di zaman gereja Kristen yang mula-mula, maka itulah sebabnya takhta dimana Stefanus menyaksikan Kristus duduk pada “sebelah kanan Allah” itu (Kisah Rasul-Rasul 7:56) tidak mungkin terdapat di dalam kaabah kesucian, dimana “laut kaca” itu berada, melainkan di Sorga, dari mana mengalir “sungai air hidup”, dan yang pada kedua sisinya terdapat “pohon kehidupan”. Wahyu 22:1, 2. Sebab itu jelaslah, bahwa takhta yang disaksikan oleh Stefanus itu ialah “takhta Allah dan Anak Domba”, yaitu takhta yang tetap dan kekal. Sekeliling tempat duduk yang mulia ini tidak terdapat binatang, tidak ada saksi-saksi, tidak ada juri, dan di hadapannya “tidak ada pelita”, dan tidak ada darah untuk dipersembahkan. Tegasnya, ia itu berdiri bukan di dalam kaabah kesucian yang dipenuhi dosa, melainkan di dalam Surga. Itulah takhta kekuasaan administrasi, dari mana Yang Tak Terhingga itu memerintah selama-lamanya atas semua mahluk hidup-Nya yang tidak berdosa!
Jadi, ke takhta inilah, yaitu dari kekal sampai kekal Kristus naik dan duduk di atasnya pada sebelah kanan Bapa-Nya sampai tiba saatnya apabila pada kegenapan nubuatan Daniel dan wahyu Yohanes, beberapa waktu sesudah tanduk kecil yang berkuasa itu datang, barulah Ia dan Bapa-Nya pindah ke takhta kaabah kesucian itu. Pada takhta yang terakhir ini Ia bukan duduk sebagai seorang raja pada sebelah kanan Allah, melainkan sebaliknya di depan takhta itu Ia berdiri, baik sebagai seekor anak domba korban (Wahyu 5:6) maupun sebagai seorang perantara (Daniel 7:13) yang melakukan pembelaan bagi orang-orang berdosa. Sebab itulah, maka pekerjaan pembelaan-Nya dimulai: Pertama Di Dalam Ruangan Suci, Kemudian Di Dalam Ruangan Yang Maha Suci.