Mempraktikkan Kesetiaan Tertinggi kepada Kristus

Pelajaran 11, Triwulan ke-3, 2-8 September 2023

img rest_in_christ
Bagikan Pelajaran ini
005 facebook
001 twitter
004 whatsapp
007 telegram
Download Pdf

Sabat Sore, 2 September

Ayat Hafalan:

Dan kamu tuan-tuan, perbuatlah demikian juga terhadap mereka dan jauhkanlah ancaman. Ingatlah, bahwa Tuhan mereka dan Tuhan kamu ada di sorga dan Ia tidak memandang muka.” KJV- Efesus 6:9


Sewaktu “pimpinan pemerintahan dan para penghulu berusaha mencari kesempatan melawan Daniel berkenan dengan kerajaan itu; .....mereka tidak berhasil menemukan kesempatan atau kesalahan apa pun.” Daniel 6 : 4. Karena menemukannya demikian tidak bersalah, maka musuh-musuhnya lalu “bersekongkol menetapkan suatu peraturan kerajaan, dan membuat sebuah keputusan resmi yang kuat, agar barang-siapa yang selama tiga puluh hari kelak menyampaikan sesuatu permohonan kepada sesuatu Dewa atau manusia, dan tidak kepada raja,” supaya “dibuang ke dalam kandang singa.”Ayat 7.

Setelah berhasil memperoleh tanda-tangan raja pada keputusan resmi itu, mereka lalu berusaha menciptakan suatu suasana yang tak dapat tiada akan menjerumuskan Daniel dalam suatu perbuatan durhaka melawan raja. Mereka tahu, bahwa sekalipun ia telah berniat untuk tetap setia kepada raja, ia tidak akan mau berbuat sedemikian itu dengan menunjukkan kelalaian kepada Allahnya. Dan dengan demikian karena ia terus memohon kepada Allahnya sebagaimana biasanya, maka ia telah dibuang ke dalam “kandang singa.” Tetapi Dia yang selalu didatangi Daniel itu, telah menyelamatkan nyawanya dari binatang-binatang yang ganas itu.

Dan di antara budak-budak dari Mesir kuno yang lalu muncul Yusuf yang berperawakan mulia, kepala perbekalan terbesar yang pernah dikenal dunia. Pandanglah dia dalam kesetiaannya yang kokoh kepada pemerintahannya, yang telah bangkit secara terhormat sampai ia sendiri diberi kesempatan ikut memerintah pada takhta Firaun.

Dari semuanya ini berikut contoh-contoh teladan Alkitab lainnya, jelaslah bahwa kesetiaan seseorang kepada pemerintahnya adalah janji kesetiaannya kepadanya -- yaitu suatu penghormatan kepada benderanya. Oleh sebab itu sekaligus kita saksikan, bahwa sementara di satu pihak ketidaksetiaan seseorang kepada pemerintahan Ilahi adalah dosa melawan Allah, di lain pihak ketidak setiaannya kepada pemerintah bangsanya ialah dosa melawan pemerintah itu, juga secara tidak langsung melawan Allah, karena ketidak setiaan kepada pemerintah seseorang adalah durhaka melawan perintah ucapan Allah yang berbunyi : “Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk kepada pemerintah dan para penguasa, supaya mematuhi para hakim, supaya siap bagi setiap pekerjaan yang baik.” Titus 3 : 1. “Tunduklah kamu kepada setiap peraturan manusia demi kepentingan Tuhan, baik itu kepada raja sebagai yang tertinggi, atau pun kepada para pemerintah sebagai mereka yang diutus olehnya bagi penghukuman para pelaku kejahatan, dan bagi kepujian mereka yang berbuat baik.” 1 Petrus 2 : 13, 14.

Minggu, 3 September

Nasihat untuk Anak-anak


Nasihat apakah yang Paulus berikan kepada anak-anak, dan bagaimana ia mendukung nasihat tersebut dari Perjanjian Lama? Efesus 6:1-3

 Anda ingat bahwa ada seorang anak bernama Samuel yang pada awal kehidupannya sudah mulai berjalan di “Jalan” itu, dan di “Jalan” itulah ia dilatih. Sekarang pikirkanlah apa yang terjadi, Anda ingat, pada suatu malam Samuel tiba-tiba dibangunkan oleh sebuah Suara. Karena mengira itu adalah suara Eli, ia segera melompat dari tempat tidurnya dan pergi untuk bertanya kepada Eli. Tentu saja Eli terkejut, tetapi dengan tenang ia berkata, “Aku tidak memanggilmu. Kembalilah ke tempat tidur.” Karena tidak ada orang lain selain Eli di sekitarnya. Samuel yakin bahwa orang tua itu telah memanggilnya. Namun demikian, ia tetap taat dan langsung kembali ke tempat tidurnya.

Namun tak lama kemudian, mungkin segera setelah Samuel tertidur lagi, Suara itu memanggil untuk kedua kalinya. Anda tahu bahwa Samuel dapat dengan mudah berkata dalam hati, “Orang tua itu pasti sedang bermimpi. Ini dia memanggil saya lagi. Tetapi saya tidak akan menghiraukannya lagi; saya akan membiarkan dia berteriak sepuasnya.” Namun bagaimanapun juga, Samuel secepat mungkin bergegas ke tempat tidur pengasuhnya itu, hanya untuk mendengar kata-kata, “Kembalilah ke tempat tidur, aku tidak memanggilmu!” Untuk ketiga kalinya ia mendengar seseorang memanggilnya, dan dengan penuh kerelaan dan rasa hormat seperti sebelumnya, ia pergi ke tempat tidur pengasuhnya itu untuk ketiga kalinya! Eli akhirnya menyadari bahwa Tuhan pasti telah memanggil anak itu, oleh karena itu ia memberi tahu Samuel apa yang harus dilakukannya. Dan apa yang dilakukan Samuel? Persis seperti yang diperintahkan kepadanya.

Seandainya Samuel tidak rela, tidak hormat, dan tidak sabar seperti itu, apakah Anda pikir dia akan pernah memegang jabatan tertinggi di negeri itu? Tentu saja tidak. Tidak ada hal lain selain kecakapan tabiat yang kudus yang ditunjukkan Samuel pada malam itu yang membuatnya diangkat menjadi nabi, imam, dan hakim.

Apakah kita masih bertanya-tanya mengapa Samuel dipanggil dari tempat tidurnya tiga kali berturut-turut dan mengapa ia dan Eli diganggu di malam itu? Ada dua alasan: (1) Untuk membuktikan bahwa meskipun ada ketidaknyamanan, Samuel tidak akan ragu-ragu untuk bangun ketika dipanggil, dan bahwa ia tidak akan marah, bahwa ia tidak akan “berbuat lancang” kepada Eli. (2) Tuhan ingin menolong Eli; Ia ingin mencegah kemungkinan Eli menyimpulkan bahwa Samuel bertindak tidak pada tempatnya dan mempertanyakan kemampuannya dalam mendisiplinkan anak-anaknya. Seandainya Eli tidak diberi kesempatan untuk mengetahui dengan pasti bahwa Tuhan sedang berbicara kepada anak itu, maka ia dapat dengan mudah menyimpulkan bahwa Samuel berkomplot melawan anak-anak Eli. Namun, karena takdir yang sudah ditetapkan, Eli tentu tahu tanpa keraguan bahwa Tuhan memiliki pesan untuknya. Tidak ada ruang untuk keraguan.

Anak laki-laki zaman ini, seperti halnya di masa lalu, sangat ingin mencapai suatu tujuan dalam hidup, namun jutaan dari mereka gagal mencapai tujuan mereka dan banyak yang menghancurkan hidup mereka. Mereka ingin menjadi orang hebat, tetapi mereka bahkan gagal menjadi orang yang menengah saja. Apa alasannya? Itu karena mereka terlalu melebih-lebihkan kekuatan mereka sendiri, dan meremehkan kuasa Tuhan. Mereka tidak tahu bahwa bersama Tuhan tidak ada kegagalan, dan bahwa bersama Dia “mereka bisa mendapat tempat.”

Kalian, laki-laki dan perempuan, serahkanlah dirimu tanpa pamrih kepada Tuhan. Dia membutuhkan orang-orang yang hebat, dan Dia dapat menjadikan kalian orang-orang hebat. Ketika kalian mempelajari jalan Tuhan dan menjadi anak laki-laki atau perempuan yang bertanggung jawab seperti Samuel, Tuhan tidak akan mengabaikan semangat, integritas, dan ketulusan kalian. Dia akan memberi sesuatu yang besar sebagai upahmu. Ya, maka kalian akan menjadi orang besar.



Daud zaman dahulu juga adalah seorang anak muda dan tidak lebih dari seorang gembala biasa. Namun, ia adalah seorang gembala yang baik, yang terbaik di negeri itu. Allah melihat bahwa ia penuh perhatian dan setia pada tugasnya, dan karena itulah Ia memutuskan untuk menjadikan anak itu menjadi raja atas umat-Nya. Memang, ketika seseorang melakukan satu hal dengan baik, besar kemungkinan dia akan melakukan hal yang lain dengan baik pula. Daud melakukan tugasnya dengan baik seperti halnya Samuel. Itulah sebabnya ia diangkat dari kandang domba dan ditempatkan di istana.

Tuhan melihat sesuatu dalam diri Yusuf yang tidak dapat Dia temukan dalam diri saudara-saudara Yusuf. Bukan hanya dia anak kesayangan ayahnya, tetapi dia juga anak kesayangan Tuhan. Tuhan memiliki sesuatu yang besar untuk Yusuf – lebih besar dari yang dapat dibayangkan oleh dunia. Untuk membuktikan bahwa dirinya dapat dipercaya, Yusuf harus terlebih dahulu menjadi seorang budak. Dia harus dilatih untuk pekerjaan yang besar.

Begitulah takdir Ilahi bekerja, saudara-saudaranya menjualnya untuk dijadikan budak. Saat itulah ia teringat akan apa yang telah dijanjikan Tuhan kepadanya dalam mimpi – bahwa selain saudara-saudaranya, ayah dan ibunya pun akan sujud kepadanya. Dapatkah Anda bayangkan betapa tepatnya kesempatan yang ia miliki untuk mengutuk Tuhan ketika ia melihat dirinya dalam perjalanan menuju perbudakan? Dia mungkin berkata, “Mengapa saya harus melayani Allah yang menjanjikan kemuliaan tetapi justru memberikan kehinaan, kesulitan dan keterasingan?” Tetapi Yusuf bertindak dengan bijaksana seperti Ayub: Dengan menguduskan Allah di dalam hatinya, ia berkata, “Sekalipun Dia membunuhku, namun kepada-Nyalah aku akan percaya.”

Yusuf dengan cepat berdamai dengan keadaannya, karena ia yakin bahwa Allah ayahnya mengetahui semua permasalahannya. Dengan demikian, para majikan budaknya, orang-orang Ismael itu, segera menyadari bahwa mereka memiliki seorang budak yang baik, seorang budak yang dapat mereka jual dengan harga yang mahal. Bagaimana saya bisa mengetahui hal ini? Saya tahu karena orang Ismael itu langsung membawanya kepada orang yang tidak akan membeli apa pun kecuali yang terbaik, kepada orang terkaya di Mesir, kepada orang yang mampu membayar harganya. Anda tahu, orang kaya tidak membeli barang murahan, dan penjual juga tidak menawarkan barang murah kepada mereka.

Bahkan ketika dalam kesedihan, Yusuf pasti telah menunjukkan kemampuannya untuk melayani, dan pasti telah menunjukkan rasa hormat yang besar kepada tuannya ketika dalam perjalanan ke Mesir, karena pada saat itulah para pedagang mengetahui nilai tawanan mereka, dan kemudian menyadari bahwa mereka dapat menjualnya kepada orang yang menginginkan sesuatu yang bagus dan dapat membayar harganya. Potifar juga segera mengetahui bahwa Yusuf dapat dipercaya dalam segala hal.

Dengan demikian, ia menjadi orang nomor 1 bagi Potifar. Bahkan Ny. Potifar pun jatuh hati padanya. Pada saat itulah, Anda ingat, ia sampai pada puncak ujian kelulusannya. Setelah melewati ujian terbesar dalam hidupnya, ia lulus dari rumah Potifar, kemudian dari penjara, dan kemudian ia dipromosikan ke takhta pemerintahan Mesir, yang terbesar di dunia. Dalam promosi maupun penurunan jabatan, Yusuf memberikan kemuliaan kepada Allah dan melakukan yang terbaik dengan jujur. Dalam segala hal yang ditugaskan kepadanya, dia tidak ada duanya, dan dengan demikian dia menjadi yang terbesar di antara semua orang yang hidup di dunia ini.

Mengenai rahasia sebenarnya dari kesuksesannya, Anda akan menemukannya dalam satu prinsip sederhana, yaitu keteguhan terhadap godaan untuk berbuat dosa, dan kesetiaan pada tugas: “Ah, saya tidak dapat melakukan hal yang jahat ini. Saya tidak akan berbuat dosa baik terhadap manusia maupun terhadap Allah,” itulah jawabannya terhadap godaan.

Inilah sebabnya mengapa Yusuf menjadi besar di rumah ayahnya, di tangan orang Ismael, di rumah Potifar, di dalam penjara, di atas takhta Firaun, dan di seluruh dunia. Inilah sebabnya mengapa seluruh dunia kuno sujud menyembah kepadanya.

Senin, 4 September

Nasihat untuk Orang Tua


Bandingkan Efesus 5:4 dan Kolose 3:21. Motivasi apakah yang diberikan Kolose 3:21 untuk menghindari menyakiti hati anak-anak?

Ulangan 21:18-21 – “Apabila seseorang mempunyai anak laki-laki yang degil dan membangkang, yang tidak mau mendengarkan perkataan ayahnya dan ibunya, dan walaupun mereka menghajar dia, tidak juga ia mendengarkan mereka, maka haruslah ayahnya dan ibunya memegang dia dan membawa dia keluar kepada para tua-tua kotanya di pintu gerbang tempat kediamannya, dan harus berkata kepada para tua-tua kotanya: Anak kami ini degil dan membangkang, ia tidak mau mendengarkan perkataan kami, ia seorang pelahap dan peminum. Maka haruslah semua orang sekotanya melempari anak itu dengan batu, sehingga ia mati. Demikianlah harus kau hapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu; dan seluruh orang Israel akan mendengar dan menjadi takut.”

Dahulu kala, jauh di zaman purbakala, Tuhan telah memberitahukan perintah-perintah dan hukum-hukum-Nya. Dia berjanji bahwa jika umat-Nya menurut, Dia akan membuat mereka menjadi bangsa yang besar; bahwa mereka akan menguasai bangsa-bangsa yang lebih besar dan lebih kuat daripada mereka; dan bahwa semua bangsa akan takut kepada mereka. Namun, Dia dengan jelas mengatakan kepada mereka, bahwa jika mereka tidak mau menurut, maka kutuklah yang akan menjadi nasib mereka

Ia menuntut supaya mereka membesarkan anak-anak yang patuh. Orang tua diperintahkan untuk membawa anak-anak mereka kepada para tua-tua jika mereka sendiri tidak dapat membuat anak-anak mereka patuh, dan para tua-tua harus melempari mereka dengan batu. Alasan yang diberikan adalah “Supaya semua orang Israel mendengar dan takut,” – dan menjauhi kejahatan. Dengan adanya hukuman ini, tentu saja mereka akan sangat berhati-hati dalam mendidik anak-anak mereka.

Jika kita hidup di zaman ketika Tuhan yang memerintah atas umat-Nya, yaitu pada zaman Musa, kita tidak akan tahu apakah Tuhan benar-benar bermaksud serius atau hanya sekadar berbicara. Namun setelah berabad-abad berlalu, dari akibat-akibat pendurhakaan Israel kuno, kita dapat melihat bahwa Tuhan adalah benar-benar serius…

Kitalah, bukan orang Yahudi, yang sekarang memiliki pilihan untuk dibuat. Kita dapat memilih untuk menjadi seperti dunia, dan masuk ke dalam neraka bersama dia. Atau kita dapat memilih untuk melakukan apa yang diperintahkan Tuhan, lalu dengan demikian bersama-Nya di dalam kerajaan-Nya. Salah satu dari kedua pilihan ini harus segera kita ambil.

Sampai usia lima atau enam tahun, tergantung pada perangai pribadinya, anak-anak dapat dikenakan hukuman fisik apabila tindakan disiplin dan pembenaran lainnya telah dilakukan tanpa hasil. Pada kejadian seperti itu, tongkat adalah pantas digunakan, maka anak mungkin akan merespons sehingga dia tidak akan pernah memerlukannya lagi. Namun, jika diperlukan sekali lagi, maka berhati-hatilah dengan apa yang engkau lakukan. Karena anak-anak yang seperti itu membutuhkan hukuman yang lebih tegas daripada anak-anak pada umumnya, yang mungkin menjadi tidak dapat diperbaiki lagi dan mengembangkan perasaan takut dan kebencian yang berlebihan terhadap orang yang menghukumnya. Jadi, meskipun pemukulan semacam itu diperhitungkan untuk mencegah terulangnya kejahatan besar dalam diri mereka, ia itu kemungkinan besar akan membawa kejahatan yang lebih buruk lagi, kecuali langkah-langkah yang dipelajari dengan cermat diambil untuk memastikan efeknya yang brutal. Hukuman itu harus diberikan dengan demonstrasi yang sepadan dan meyakinkan tentang kasih dan kerinduan yang begitu dalam terhadap orang yang bersalah sehingga dia tidak akan kehilangan kasih sayang dan rasa hormat kepada pemukulnya, supaya kehidupan rumah tangganya tidak menjadi mimpi buruk baginya sehingga membuatnya melarikan diri pada saat yang tepat.

Orang tua “pertama-tama harus berunding dengan anak-anak mereka, menunjukkan kesalahan mereka dengan jelas, menunjukkan kepada mereka kesalahan-kesalahan mereka, dan memberi kesan kepada mereka bahwa mereka tidak hanya bersalah kepada orang tua mereka, tetapi juga kepada Allah. Dengan hati yang tenang dan penuh belas kasihan serta kesedihan terhadap anak-anak yang berbuat salah, berdoalah bersama mereka sebelum mengoreksi mereka. Maka koreksimu tidak akan menyebabkan anak-anakmu membencimu. Mereka akan mengasihimu. Mereka akan melihat bahwa engkau tidak menghukum mereka karena mereka telah menyusahkanmu, atau karena engkau ingin melampiaskan ketidaksenanganmu kepada mereka, melainkan karena rasa tanggung jawab, demi kebaikan mereka, agar mereka tidak dibiarkan tumbuh dalam dosa.”-- Testimonies, jilid 1, hal. 398.

Bagaimanapun caranya, mereka harus selalu dipengaruhi untuk merasa bahwa penasihat-penasihat mereka adalah sahabat mereka yang terbaik, mereka bukanlah pengganggu maupun musuh.

“Ibu mungkin bertanya, ‘Apakah saya tidak boleh menghukum anak saya? Mencambuk mungkin diperlukan apabila cara-cara lain gagal, namun ia tidak boleh menggunakan tongkat jika adalah memungkinkan untuk menghindarinya. Tetapi jika tindakan yang lebih ringan terbukti tidak cukup, hukuman yang akan menyadarkan anak harus diberikan dengan penuh kasih. Sering kali satu koreksi seperti itu sudah cukup untuk seumur hidup, untuk menunjukkan kepada anak bahwa bukan dia yang memegang kendali.” – Counsels to Teachers, hal. 116.

Namun, kebiasaan untuk menjambret anak-anak pada setiap perselisihan, dan dengan marah mengguncang-guncang, menempeleng, menampar, mencambuk, atau memukul mereka, dan sesekali menonjok kepala mereka dengan ancaman akan memukul mereka, adalah merupakan kebodohan yang paling merugikan, yang dibenci oleh setiap pertimbangan yang sehat, kesopanan, dan kemanusiaan. Kelanjutannya akan semakin keras dan brutal, merusak gantinya menyelamatkan. Ini akan membuat korban-korbannya menjadi binatang-binatang kecil yang ganas dan bukannya menjadi anak-anak yang mulia seperti Tuhan.

“Beberapa orang tua mengoreksi anak-anak mereka dengan keras dalam roh yang tidak sabar, dan sering kali dengan penuh nafsu. Koreksi seperti itu tidak membuahkan hasil yang baik. Dalam usaha untuk memperbaiki satu kejahatan, mereka malah menciptakan dua kejahatan. Mengecam dan mencambuk secara terus-menerus akan mengeraskan anak-anak dan menjauhkan mereka dari orang tua.” – Testimonies, Jilid 1, hlm. 398.

Namun demikian, jika engkau harus mendisiplin, engkau harus serius, bersungguh-sungguh, dan melakukan pekerjaan itu dengan baik dan sadar. Pastikan engkau melakukannya dengan baik sehingga engkau tidak perlu mengulanginya lagi.

Selasa, 5 September

Perhambaan pada zaman Paulus


Bacalah nasihat kepada hamba dan tuan dalam ayat-ayat berikut: Ef. 6:5-9; Kol. 3:22-4:1; 1 Kor. 7:20-24; 1 Tim. 6:1, 2; 1 Pet. 2:18-25. Bagaimanakah anda meringkas saran ini?

Surat Paulus kepada Filemon menunjukkan pengaruh Injil itu kepada hubungan antara tuan dan hamba. Memiliki budak adalah suatu peraturan yang telah ditegakkan di seluruh Kerajaan Roma, dan baik tuan-tuan dan hamba-hamba didapati pada kebanyakan gereja-gereja di mana Paulus bekerja. Di kota-kota, di mana hamba-hamba sering melebihi penduduk yang bebas, undang-undang yang kejam dianggap perlu untuk memelihara mereka supaya takluk selalu. Seorang Roma yang kaya sering memiliki ratusan budak, dari setiap tingkat, setiap bangsa, dan dari setiap tingkat kepandaian. Dengan pengendalian penuh baik jiwa maupun raga makhluk yang tak berdaya ini, ia dapat memberikan kepada mereka suatu penderitaan yang dipilihnya. Jika salah satu dari antara mereka ingin membalas dendam, atau untuk mempertahankan diri berani mengangkat tangan terhadap pemiliknya, seluruh keluarga dari orang yang bersalah itu boleh dikorbankan dengan kejam. Kesalahan, kecelakaan, atau kekurangtelitian yang terkecil sekalipun sering dihukum tanpa ampun. AA 459.1

Ada sebagian kecil yang lebih menyayangi daripada yang lain, bahkan lebih ramah kepada hamba-hamba mereka; tetapi sebagian besar dari yang kaya dan mulia, mengorbankan kepada hawa nafsu yang tak terkendalikan, keinginan, serta nafsu-nafsu bejat, menjadikan budak-budak mereka korban-korban yang paling celaka dari kekejaman dan kelaliman mereka. Kecenderungan dari seluruh sistem ini merupakan derajat yang me-rendahkan tanpa pengharapan. AA 459.2

Bukanlah pekerjaan rasul itu untuk menggulingkan sewenang-wenang atau mengubah dengan tiba-tiba peraturan yang berlaku dalam masyarakat. Mencoba hal ini berarti menghalangi pekerjaan Injil. Tetapi ia mengajarkan prinsip-prinsip yang menjadi pukulan yang paling mendasar terhadap perbudakan, yang jika dijalankan dengan sebenarnya, sungguh-sungguh akan merusak seluruh sistem ini. "Di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan." 2 Korintus 3:17. Bila bertobat, budak itu menjadi anggota tubuh Kristus, dan yang sedemikian ia harus dikasihani dan diperlakukan sebagai seorang saudara, menjadi teman sewaris dengan tuannya kepada berkat-berkat Allah dan hak-hak Injil. Sebaliknya, hamba-hamba harus melaksanakan kewajiban mereka, "jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah." Efesus 6:6. AA 459.3

Kekristenan menjadikan ikatan yang kuat dari persekutuan antara tuan dan hamba, raja dan warga negaranya, pelayan Injil dan orang berdosa yang rendah yang telah mendapatkan dalam Kristus penyucian dari dosa. Mereka telah dibasuh dalam darah yang sama, dipercepat dengan Roh yang sama; dan mereka telah dipersatukan dalam darah Yesus Kristus. AA 460.1

Rabu, 6 September

Hamba-hamba Kristus


Apa yang Paulus tuntut dari hamba-hamba Kristen dalam pengajarannya yang terperinci kepada mereka? Efesus 6:5-8

 “Hukum Yehuwa sangat luas. Yesus ... dengan jelas menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa hukum Allah yang kudus ini mungkin saja dilanggar, baik dalam pikiran, perasaan, dan keinginan, dan juga dalam perkataan dan perbuatan. Hati yang mengasihi Allah dengan sepenuh hati tidak akan cenderung untuk mempersempit pengajaran-Nya menjadi tuntutan-tuntutan yang paling kecil, tetapi jiwa yang taat dan setia akan dengan senang hati memberikan kepatuhan rohani yang penuh ketika hukum itu terlihat dalam kuasa rohaninya. Kemudian perintah-perintah itu akan masuk ke dalam jiwa dengan kuasanya yang sesungguhnya. Dosa akan tampak sangat berdosa .... Tidak ada lagi pembenaran diri, harga diri, dan kehormatan diri. Rasa aman akan diri sendiri telah hilang. Hasilnya adalah keyakinan yang mendalam akan dosa dan kebencian terhadap diri sendiri, dan jiwa yang dalam keadaan putus asa akan bahaya bergantung pada darah Anak Domba Allah sebagai satu-satunya obatnya. .... OHC 140.2

“Saat ini banyak orang menipu jiwanya sendiri. Mereka membatasi perintah-perintah Allah untuk mengutuk tindakan-tindakan lahiriah saja, dan tidak menganggap dosa dengan menghina Allah dalam pikiran dan atribut. Mereka memuji diri sendiri bahwa mereka menaati hukum Yehuwa sementara kehidupan dan tabiat mereka yang digambarkan dalam kitab-kitab di sorga menunjukkan bahwa mereka sedang mencari-cari kesempatan untuk melihat sejauh mana mereka dapat melakukan kesalahan tanpa dicap sebagai pelanggar hukum Allah.” .... OHC 140.3

“Setiap jiwa yang ingin menjauh dari segala kejahatan ... akan selalu berusaha untuk berada di pihak Tuhan dalam pikiran, perkataan, tabiat, dan taat kepada semua tuntutan-Nya. Gantinya mencari kesempatan untuk menghindari hukum Allah, ia akan memberikan penafsiran yang paling luas terhadap perintah-perintah-Nya yang luas jangkauannya dan akan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk membawa kehendak, atribut, dan segenap hati untuk mencontohkan prinsip-prinsip agung dari perintah-perintah-Nya yang kudus.... Pekerjaan harus dimulai dari hati.... Jika hati benar dengan Tuhan, maka seluruh kehidupan akan dimurnikan, disempurnakan, dimuliakan, dan dikuduskan. Jika mata baik, maka seluruh tubuh akan dipenuhi dengan cahaya. Agama bukanlah masalah eksternal... Agama adalah masalah hati.” OHC 140.4

Kamis, 7 September

Tuan yang menjadi budak


Anggaplah anda seorang majikan yang beragama kristen yang sedang mendengarkan buku Efesus yang dibacakan di rumah anda, bagaimana reaksi anda terhadap nasehat ini, yang diberikan di hadapan budak anda ? Eph. 6:9

“Saya telah menulis bahan dari apa yang saya terkesan untuk bicarakan. Saya mohon kepadamu, Saudara…. agar carilah Tuhan dengan sungguh - sungguh, dan jangan mengendurkan usahamu untuk menjadi orang yang baik hati dalam pelayananmu kepada Tuhan di tempat kerja. Jika Anda tidak memiliki kelembutan Kristus, Setan akan menggunakan kata-kata Anda untuk menciptakan ketidakpuasan yang seharusnya tidak ada. Anda membutuhkan Kristus yang tinggal secara pribadi di dalam hati Anda. 11LtMs, Lt 9, 1896, par. 10

“Semua orang perlu mengalami kuasa kebenaran yang mengubahkan. Kemudian orang-orang yang berada dalam pelayanan Tuhan dalam berbagai posisi kepercayaan mereka akan belajar tentang Kristus sebagai yang unggul. Dengan memiliki orang-orang yang setara dengan mereka di bawah arahan mereka, mereka harus memulai dari awal dan memiliki hati yang benar dengan Allah melalui kuasa penciptaan yang dalam dan baru dari kasih karunia-Nya. Kemudian setiap orang akan mempelajari kepentingan orang yang berhubungan dengannya, dan roh kebaikan dan kasih Kristen yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki otoritas akan dipantulkan kembali kepada orang lain. “Seluruh bangunan, rapi tersusun bersama” akan bertumbuh “menjadi bait Allah yang kudus, didalam Tuhan.” [Ephesus 2:21]. Sidang akan menjadi perwakilan Kristus yang hidup. Dunia tidak akan terlalu sering didorong dalam perbuatan-perbuatannya yang tidak saleh oleh teladan dari orang-orang yang mengaku percaya akan kebenaran dan menjadi pengikut Yesus Kristus, tetapi yang memegang kebenaran dalam kefasikan karena mereka tidak setiap hari bertobat, hati dan jiwanya, kepada kebenaran. 11LtMs, Lt 9, 1896, par. 11

“ Dengan banyak kehidupan rohani yang tidak hidup dan aktif, karena mereka tidak berada dalam persekutuan dengan Allah yang hidup. Aku memohon kepadamu untuk membaca (Efesus 2), karena pasal ini ditunjukkan kepadaku untuk diterapkan kepadamu. Bacalah juga pasal 4:1-3 dan pasal 6. Seandainya semua orang yang terkait bersama di dalam Kantor mempelajari pasal ini. Di sini disajikan tugas para hamba: "Hai hamba-hamba, taatlah kepada mereka yang menjadi tuanmu secara daging, dengan takut dan gentar, dengan tulus ikhlas di dalam hatimu, seperti kepada Kristus, dan janganlah kamu tunduk kepada mereka dengan mata kepala, karena kamu adalah pemuas-pemuas manusia, tetapi tunduklah kepada Kristus, karena kamu adalah hamba-hamba Allah, yang dengan segenap hatimu melakukan kehendak Allah dan dengan tulus ikhlas melakukan pelayananmu sebagai hamba Allah dan bukan hamba-hamba manusia, sebab kamu tahu, bahwa segala sesuatu yang baik yang diperbuat seseorang, itu juga yang akan diterimanya dari pada Allah, baik sebagai hamba, baik sebagai orang merdeka, baik sebagai orang yang berstatus hamba, baik sebagai orang merdeka, baik sebagai orang yang berstatus budak, baik sebagai orang yang berstatus budak, baik sebagai orang merdeka. Dan kamu sebagai tuan-tuan, perbuatlah demikian juga kepada mereka, sambil menahan diri dari ancaman, karena kamu tahu, bahwa tuanmu juga ada di sorga, dan bahwa tidak ada orang yang dihormati di hadapan-Nya." [Ayat 5-9].” 11LtMs, Lt 9, 1896, par. 12

Jumat, 8 September

Pelajaran Lanjutan

Aku melihat bahwa tuan budak [Lihat Lampiran.] harus mempertanggungjawabkan jiwa budaknya yang telah ia biarkan dalam ketidaktahuan, dan dosa-dosa budak itu akan ditimpakan kepada tuannya. Tuhan tidak dapat membawa ke surga seorang budak yang telah dibiarkan dalam ketidaktahuan dan kehinaan, tidak tahu apa-apa tentang Tuhan atau Alkitab, tidak takut pada apa pun selain cambukan tuannya, dan meduduki posisi yang lebih rendah daripada hewan. Tetapi Allah melakukan hal yang terbaik baginya yang dapat dilakukan oleh Allah yang penuh belas kasihan. Allah mengizinkan dia untuk menjadi seolah-olah dia tidak pernah ada, sementara tuannya harus menanggung tujuh malapetaka terakhir dan kemudian muncul dalam kebangkitan kedua dan menderita kematian yang kedua yang paling mengerikan. Kemudian keadilan Allah akan dipenuhi. EW 276.1

Halaman 276: Budak dan Tuan – Menurut Wahyu 6:15, 16, akan ada perbudakan pada saat kedatangan Kristus yang kedua kali. Di sini kita menemukan kata-kata “setiap orang yang terikat dan setiap orang yang merdeka.” Pernyataan Ellen White yang sedang dibahas ini menunjukkan bahwa ia diperlihatkan dalam khayal tentang budak dan tuan budak pada kedatangan Kristus yang kedua kali. Dalam hal ini dia sangat selaras dengan Alkitab. Baik Yohanes maupun Nyonya White diperlihatkan kondisi yang akan terjadi pada kedatangan Tuhan kita yang kedua kali. Meskipun benar bahwa budak-budak Negro di Amerika Serikat telah dibebaskan oleh Proklamasi Kemerdekaan, yang mulai berlaku enam tahun setelah pernyataan yang sedang dibahas ini ditulis, surat ini bukannya menjadi tidak sah, karena bahkan pada hari ini terdapat jutaan pria dan wanita yang berada dalam perbudakan baik secara nyata maupun maya di berbagai belahan dunia. Tidaklah mungkin untuk menilai suatu nubuatan masa depan sebelum kita sampai pada waktu penggenapan nubuatan itu. EW 304.3