Kematian dalam Dunia yang Berdosa

Pelajaran 2, Triwulan ke-4, 1-7 Oktober 2022

img rest_in_christ
Bagikan Pelajaran ini
005 facebook
001 twitter
004 whatsapp
007 telegram
Download Pdf

Sabat Sore - 1 Oktober

Ayat Hafalan:

“Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.” - Roma 5:12


“Hati dan kerinduan Allah terhadap anak-anakNya di dunia ini tidak pernah sedalam kasih sayangNya dan kelembutanNya daripada sekarang. Tidak ada waktu yang lebih siap dan lebih cepat ketika Allah menolong dan berbuat lebih banyak bagi umat-Nya daripada sekarang. Dan Dia akan mengamarkan dan menyelamatkan semua orang yang memilih untuk diselamatkan dengan cara yang ditentukan-Nya. Mereka yang rohani dapat melihat hal-hal rohani dan melihat tanda kehadiran dan pekerjaan Tuhan di mana-mana. Setan, dengan strateginya yang terampil dan licik, membawa keluar nenek moyang kita dari Taman Eden — dari kepolosan dan kesucian hati mereka ke dalam dosa dan kemalangan yang tak terkatakan. Dia tidak berhenti menghancurkan; semua kekuatan dikerahkannya, dengan rajinnya dia mempengaruhi orang yang dapat diperintahnya untuk merencanakan kehancuran jiwa-jiwa di akhir zaman ini. Dia menggunakan setiap kecerdasan yang dapat dia gunakan untuk menipu, mengacaukan dan membingungkan umat Allah.” 3T 455.2

Minggu - 2 Oktober

Pernyataan dalam Ketegangan

Kejadian 2:16, 17; 3:1-4

Mengapa Allah perlu memperingatkan Adam dan Hawa kalau mereka tidak dapat bebas memilih? Tempatkan dirimu pada posisi Hawa, mengapa kata-kata dalam Kejadian 3:1-4 terdengar meyakinkan?

Sebagaimana halnya malaikat-malaikat, penghuni Eden pun ditempatkan dalam masa percobaan; kebahagiaan mereka hanya dapat dipertahankan dengan syarat kesetiaan terhadap undang-undang Khalik itu. Mereka dapat menurut dan hidup atau melanggar dan binasa. Tuhan telah menjadikan mereka sebagai penerima berkat-berkatNya yang melimpah; tetapi kalau mereka melanggar kehendakNya, Ia yang tidak membiarkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa itu, tidak juga dapat membiarkan mereka begitu saja; pelanggaran akan meniadakan pemberian-pemberianNya dan mendatangkan kepada mereka penderitaan dan kebinasaan. PP 53.1

Agar supaya dapat melaksanakan pekerjaannya tanpa kelihatan, setan telah memilih menggunakan ular sebagai alatnya–satu alat yang tersembunyi yang telah disesuaikan dengan usaha penipuannya. Pada waktu itu ular adalah salah seekor makhluk yang paling cerdik dan paling indah di bumi ini. Dia mempunyai sayap dan bilamana terbang di udara ia memberikan satu penampilan yang berkilauan serta memiliki warna keemasan yang indah dan menarik…PP 53.4

“Malaikat-malaikat telah mengamarkan Hawa agar jangan memisahkan diri dari suaminya sementara sedang asyik dengan pekerjaan mereka sehari-hari dalam taman itu; bersama-sama dengan suaminya ia berada dalam bahaya pencobaan yang lebih kecil daripada kalau ia berjalan sendirian. Tetapi sedang asyik dalam tugas yang menyenangkan itu, dengan tidak sadar ia telah meninggalkan suaminya…Dengan tidak mengindahkan amaran-amaran malaikat-malaikat segera ia mendapati dirinya sedang melihat-lihat pohon yang dilarang itu dengan perasaan ingin tahu bercampur dengan rasa kekagumannya. Buahnya memang indah sekali, dan ia bertanya-tanya dalam dirinya mengapa Tuhan telah menahan buah ini dari mereka. Sekarang adalah kesempatan untuk si penggoda itu. Seakan-akan mengetahui apa yang sedang dipikir-pikirkan oleh Hawa, ia berkata kepada perempuan itu…..Kalau saja ia disapa oleh suatu makhluk yang seperti malaikat, rasa takutnya akan muncul; tetapi ia tidak pernah memikirkan bahwa ular yang indah itu dapat dijadikan sebagai satu alat musuh yang sudah jatuh ke dalam dosa.” PP 53.5

Kepada kita diceritakan, bahwa Setan, bukanlah satu-satunya orang berdosa di dalam surga, sebab bersama-sama dengan dia telah terlempar keluar dari surga sepertiga dari malaikat yang banyak itu. (Wahyu 12 : 4). Semua mereka ini telah tercampak keluar dari Surga, sebab mereka menaruh harap pada kata-kata Lucifer, yaitu kepada seseorang yang di dalam Surga, sebagai gantinya menaruh harap kepada firman Allah. Inilah kejatuhannya malaikat-malaikat itu. Lucifer sendiri jatuh sewaktu ia bercita-cita untuk menjadi sama dengan Allah.

Kedua dosa ini, yaitu percaya kepada manusia, dan keinginan untuk meninggikan diri sendiri, masih juga merupakan unsur-unsur dosa yang terkemuka pada waktu ini di bumi. Di masa lalu inilah batu sandungan Hawa dan bagi banyak orang di waktu inipun inilah batu sandungannya. Bukan hanya selera makan yang telah merupakan penyebab kejatuhannya Hawa. Ular itu tidak mengatakan, “Engkau supaya memakan buah ini karena buahnya indah, lebih enak daripada setiap buah yang lain di dalam taman Allah.” Melainkan katanya : “Allah mengetahui bahwa pada hari engkau memakannya, maka matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, yang mengetahui baik dan jahat.” Kejadian 3 : 5.

Senin - 3 Oktober

Ditipu oleh Ular

Kejadian 3:1-7

Ukuran apa yang digunakan Hawa untuk memilih antara firman Tuhan dan firman dari ular?

“Malaikat-malaikat mengamarkan mereka supaya selalu waspada terhadap tipu daya Setan, karena usahanya untuk menjerat mereka tidak pernah mengenal lelah. Selagi mereka taat kepada Allah si jahat itu tidak akan dapat membinasakan mereka; karena, bila perlu, setiap malaikat di surga akan disuruh untuk menolong mereka. Jikalau mereka tetap menolak bujukannya yang pertama, mereka akan selamat sama seperti pesuruh-pesuruh surga itu. Tetapi sekali saja mereka menyerah kepada godaan itu, keadaan mereka akan menjadi begitu merosot sehingga di dalam diri mereka sendiri mereka tidak mempunyai kuasa atau kesanggupan untuk menentang Setan. PP 53.2

“Pohon pengetahuan baik dan jahat telah dijadikan sebagai satu ujian penurutan serta kasih mereka kepada Tuhan. Tuhan telah melihat bahwa tepatlah untuk menghadapkan kepada mereka hanya satu larangan saja terhadap penggunaan segala sesuatu yang ada di dalam taman itu; tetapi jikalau mereka melanggar kehendak-Nya di dalam hal yang tertentu ini; mereka akan mendatangkan ke atas diri mereka kesalahan dari pada pelanggaran itu… PP 53.3

“Pengetahuan yang Tuhan tidak ingin leluhur kita yang pertama miliki adalah pengetahuan tentang kesalahan. Dan ketika mereka menerima pernyataan Setan, yang salah itu, maka ketidaktaatan dan pelanggaran diperkenalkan ke dunia kita. Ketidaktaatan terhadap perintah Allah yang tegas ini, percaya akan kebohongan Setan ini, telah membuka pintu air celaka atas dunia.”—The Review and Herald, 5 April 1898. 2MCP 562.1

Buah itu, tentunya menarik kepadanya, tetapi ia tergoda oleh pemikiran dari hal memperoleh kesempatan untuk diangkat ke atas tahta Allah, untuk ditinggikan kepada kedudukan yang sama seperti yang dicita-citakan oleh Lucifer sendiri. Lucifer pastilah dengan jujur percaya bahwa ia akan bisa jadi seperti Allah jika para malaikat di Surga berikut semua orang di bumi hanya mau tunduk kepada perintah-perintahnya.

Dan demikian itulah kita saksikan bahwa si Jahat itu telah menyesatkan Hawa dengan alasan yang sama seperti ia sendiri telah menyesatkan dirinya dan malaikat-malaikatnya, hanya perbedaan yang ada ialah bahwa ia menyebabkan Hawa memakan buah pohon itu, yang mana ia sendiri berikut malaikat-malaikatnya tidak mau memakannya. Akibatnya, Hawa juga telah berdosa melanggar tubuh fisiknya, oleh memakan sesuatu yang tidak diciptakan untuk makanan, maka akibatnya ia mati. Tetapi Setan dan malaikat-malaikatnya masih hidup.

Batu sandungan yang sama ini, yaitu keinginan untuk meninggikan diri sendiri, telah berkuasa sepanjang zaman, dan itupun masih berkuasa di waktu ini.... Sebagai contoh, di dalam sejarah Pergerakan Keluaran yang lalu, terdapat Korah, Dathan, dan Abiram yang mencita-citakan kedudukan Musa dan Harun seperti yang dicita-citakan oleh Lucifer terhadap tahta Allah, yaitu kedudukan yang tertinggi yang dapat dicita-citakan mereka. Maka bukankah Lucifer jatuh karena ingin berada di segala-galanya hanya untuk meninggikan diri sendiri? Dan bukankah hal yang sama itu juga terjadi dengan kejatuhan Korah, Dathan dan Abiram?

Selasa - 4 Oktober

Kamu Tidak akan Mati

Kejadian 3:4

Berapa banyak cara kebohongan ini diulang selama berabad-abad?

Doktrin mengenai kesadaran manusia dalam kematian, terutama dipercayai bahwa roh-roh orang mati kembali untuk melayani orang-orang yang masih hidup, telah menyediakan jalan kepada Spiritisme modern… Inilah suatu saluran yang dianggap suci, melalui mana Setan bekerja untuk mencapai tujuan-tujuannya. Malaikat-malaikat yang telah jatuh yang melakukan tawaran atau bujukan tampak sebagai jurukabar-jurukabar dari dunia roh. Sementara mengaku membawa orang-orang yang masih hidup berkomunikasi dengan orang-orang yang sudah mati, raja kejahatan itu melakukan pengaruh sihir nya ke dalam pikiran mereka. GC 551.2

“Ia mempunyai kuasa untuk menampilkan di hadapan orang-orang rupa sahabat-sahabat mereka yang telah meninggal. Pemalsuan itu begitu sempurna; wajahnya, kata-katanya, nada suaranya ditunjukkan dengan sangat tepat. Banyak yang terhibur dengan keyakinan bahwa kekasih-kekasih mereka sedang menikmati kebahagiaan surga, dan tanpa kecurigaan akan adanya bahaya, mereka memberi perhatian kepada “roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan.” GC 552.1

“Pada waktu mereka telah yakin bahwa orang-orang mati kembali untuk berkomunikasi dengan mereka, Setan membuat seolah-olah orang yang telah menampakkan diri itu adalah mereka yang masuk ke dalam kubur. Mereka mengatakan bahwa mereka berbahagia di surga, bahkan menduduki tempat yang tinggi di sana. Dengan demikian kesalahan telah diajarkan secara luas, dan bahwa tidak ada perbedaan antara orang benar dan orang fasik. Para pengunjung yang pura-pura datang dari dunia roh-roh sering mengucapkan kata-kata amaran yang terbukti benar. Kemudian, sementara keyakinan telah diperoleh, mereka mengemukakan ajaran-ajaran yang secara langsung melemahkan kepercayaan kepada Alkitab. Dengan menunjukkan perhatian yang mendalam mengenai kesejahteraan teman-temannya di dunia ini, mereka menyindir atau menuduh secara tidak langsung kesalahan-kesalahan yang paling berbahaya. Fakta bahwa mereka mengatakan beberapa kebenaran, dan sanggup kadang-kadang meramalkan peristiwa-peristiwa yang akan datang, menyebabkan pernyataan-pernyataan mereka tampaknya dapat dipercaya. Dengan demikian ajaran-ajaran mereka yang palsu diterima oleh masyarakat luas dengan seketika itu juga, dan dipercayai secara mutlak, seolah-olah itu adalah kebenaran Alkitab yang paling suci. Hukum Allah dikesampingkan, Roh anugerah ditolak, dan darah perjanjian dianggap perkara yang tidak suci. Roh-roh itu menolak Keilahian Kristus dan bahkan menempatkan Pencipta setara dengan mereka. Dengan demikian, melalui penyamarannya yang baru, pemberontak besar itu masih terus melancarkan peperangannya melawan Allah, yang dimulai di surga dan dilanjutkan di dunia ini selama hampir enam ribu tahun.” GC 552.2

“Sementara Spiritisme semakin mirip meniru Kekristenan yang sekadar nama saja pada zaman ini, ia memiliki kuasa yang lebih besar untuk menyesatkan. Setan sendiri diubah menurut cara-cara modern. Ia akan tampak dengan tabiat seorang malaikat terang. Melalui agen-agen Spiritisme, diadakanlah mukjizat-mukjizat, orang sakit disembuhkan, dan banyak keajaiban yang tidak bisa disangkal akan diadakan. Dan sementara roh-roh itu mengaku percaya kepada Alkitab, dan menunjukkan penghormatan kepada institusi gereja, pekerjaan mereka akan diterima sebagai pernyataan kuasa Ilahi.” GC 588.2

Kejadian 2:7 – “Maka Tuhan Allah membentuk manusia dari habu tanah, dan Ia menghembuskan ke dalam lubang hidungnya nafas hidup; maka manusia menjadi suatu jiwa yang hidup.”

Dalam kata-kata firman ini kita diberitahu bahwa Allah membentuk manusia dari habu tanah. Kemudian nafas hidup dihembuskan ke dalam lubang hidungnya, maka demikianlah ia menjadi suatu jiwa yang hidup, maka nafas dan tubuh bersama-sama membentuk jiwa itu. Proses perkembangan ini adalah sama dengan proses pembuatan es -- yaitu temperatur yang rendah dan air membuat es sama dengan tubuh dan nafas membuat jiwa. Sebab itu apabila nafas meninggalkan tubuh, maka manusia tidak lagi merupakan suatu jiwa yang hidup, seperti juga es tidak akan lagi merupakan es setelah ia itu kembali menjadi air. Manusia pada kenyataannya tidak lagi memiliki jiwa di dalamnya setelah nafas meninggalkan tubuhnya, sebab tubuh dan nafas sama-sama membentuk jiwa.

“Tahulah aku”, demikian kata Pengkhotbah, “bahwa, apapun yang Allah perbuat, ia itu akan kekal selama-lamanya: seorangpun tiada dapat menambahinya, atau menguranginya: maka Allah membuatnya, supaya manusia harus takut di hadapan hadirat-Nya.” Pengkhotbah 3 : 14.

Pengkhotbah 9 : 5, 6 – “Karena orang yang hidup mengetahui akan hal ia mati kelak : tetapi orang yang sudah mati tidak tahu apa-apa, dan tiada lagi pahala baginya; sebab ingatan mereka itu sudah terlupa. Demikian juga kasih mereka, dan benci mereka, dan cemburu mereka kini sudah lenyap; juga tiada lagi mereka itu memiliki sesuatu bagiannya dalam alam ini daripada segala sesuatu yang dibuat di bawah matahari.”

Pengkhotbah 3 : 18 – 21 – “Aku berkata dalam hatiku akan perihal segala anak Adam itu, bahwa dinyatakan Allah kepada mereka itu kelak, dan mereka akan melihat dirinya adalah binatang. Karena apa yang menimpa anak-anak Adam itu juga menimpa segala binatang; yaitu satu perkara yang menimpa mereka itu : misalnya yang satu mati, demikian pula yang lainnya mati; ya, satu jua nafas pada sekaliannya; tiada barang kelebihan manusia daripada binatang : karena semuanya adalah sia-sia adanya. Sekaliannya pergi kepada satu tempat; sekaliannya berasal dari habu, maka sekaliannya kembali kepada habu. Siapakah yang mengetahui akan roh manusia itu yang naik ke atas, dan roh segala binatang itu yang turun ke bawah bumi?”

Saudara lihat Ilham, pertama-tama membicarakan kepada kita bagaimana manusia itu diciptakan dan seperti apa bentuknya, kemudian Ilham menanyakan : “Siapakah yang mengetahui akan roh manusia itu yang naik ke atas, dan roh binatang yang turun ke bawah bumi?”-- Satu-satunya jawaban yang dapat diberikan ialah bahwa tak seorangpun yang tahu kecuali Allah. Dan karena Ia telah menceritakan kepada kita bahwa tubuh dan jiwa secara bersama-sama, bukan secara terpisah, membentuk jiwa, maka jelaslah bahwa manusia yang mati tidak memiliki jiwa, sehingga tubuhnya kembali kepada habu tanah, dan nafasnya kembali kepada hembusan, yaitu kepada angin. Dan juga, apapun yang menimpa binatang itupun menimpa manusia. Kedua-duanya mempunyai satu nafas, demikian penjelasan Ilham, dan tidak ada satupun yang lebih daripada yang lainnya.

Inilah yang dikatakan Allah dari hal jiwa, maka kita harus percaya kepada-Nya daripada membodohi diri sendiri dengan berbagai teori manusia yang tidak diilhami yang mengatakan secara berkhayal bahwa jiwa tidak pernah mati, walaupun Allah mengatakan, “Jiwa yang berdosa itu, akan mati.” Yehezkiel 18 : 4. Karena, apabila manusia mati, maka jiwanya akan menghilang seperti halnya es batu menghilang apabila temperaturnya naik melebihi titik bekunya.

Rabu - 5 Oktober

Konsekuensi-Konsekuensi Dosa

Kejadian 3:7-19; Roma 5:12

Apakah konsekuensi-konsekuensi dosa yang utama?

“Bukanlah kehendak Allah bahwa pasangan yang tidak berdosa itu harus mengetahui sesuatu tentang kejahatan. Dengan kelimpahan Ia telah memberikan kepada mereka perkara-perkara yang baik dan telah menahankan yang jahat. Tetapi, bertentangan dengan perintahnya, mereka telah memakan buah pohon yang dilarang itu, dan sekarang mereka akan terus memakannya–mereka memiliki pengetahuan akan yang jahat seumur hidup mereka. Mulai sejak itu umat manusia akan menderita oleh penggodaan-penggodaan setan. Gantinya pekerjaan yang memberikan kebahagiaan yang telah ditetapkan bagi mereka dulu, maka sekarang penderitaan kesukaran harus menjadi nasib mereka. Mereka akan menjadi korban keputus-asaan, kedukaan, sakit dan akhirnya kematian.” PP 59.3

“Di bawah kutuk dosa segenap alam harus menyaksikan kepada manusia tentang sifat-sifat dan akibat-akibat daripada pemberontakan terhadap Allah. Pada waktu Allah menjadikan manusia Ia menjadikan dia sebagai pemerintah atas seluruh bumi ini dan atas semua makhluk hidup. Selama Adam tinggal setia kepada sorga, segenap alam berada di bawah kekuasaannya. Tetapi bilamana ia memberontak terhadap hukum ilahi, makhluk-makhluk yang lebih rendah itu pun memberontak terhadap pemerintahannya. Dengan demikian Tuhan, dalam rahmatNya yang besar, menunjukkan kepada manusia akan kesucian hukumNya, dan menuntun mereka, melalui pengalaman mereka, untuk melihat bahayanya menyisihkan hukum itu sekalipun di dalam perkara yang terkecil.” PP 59.4

“Dan kehidupan yang disertai dengan kesukaran dan pergumulan itu yang harus menjadi nasib manusia sejak saat itu telah ditetapkan dalam kasih. Itu adalah satu disiplin yang diperlukan sebagai akibat daripada dosanya, untuk menolong mengedalikan pemanjaan nafsu dan selera makan, untuk mengembangkan kebiasaan mengendalikan diri. Itu adalah sebagian daripada rencana Allah yang besar untuk memulihkan manusia dari kehancuran serta kemerosotan yang diakibatkan oleh dosa.” PP 60.1

Kejadian 3:17 – “Maka kepada Adam firman-Nya, karena engkau telah mendengar akan suara istrimu, serta sudah makan buah pohon, yang telah Ku pesan kepadamu, jangan engkau makan dia, maka terkutuklah bumi itu karena sebab engkau, maka dengan kesusahan engkau akan makan hasilnya seumur hidupmu.”

Setelah Adam jatuh dalam dosa, maka apakah dikatakan Tuhan kepadanya? — “Oleh sebab engkau telah mendengar akan suara istrimu, telah melakukan apa yang tidak boleh kau lakukan, serta telah makan buah pohon yang sudah Ku pesankan kepadamu untuk tidak dimakan, maka karena alasan inilah terkutuklah bumi itu, bukan melawan kamu, melainkan demi kamu.”

Kesalahan, yang adalah lawan dari Kebenaran, mungkin akan mengatakan, “Berbahagialah bumi itu demi kamu”. Dan sebagai gantinya mengatakan, “Dengan kesusahan engkau akan makan hasilnya seumur hidupmu”. Kesalahan akan mengatakan, “Dengan suka cita engkau akan makan hasilnya seumur hidupmu”. Dengan kata lain, sementara Allah mengucapkan suatu kutuk, maka Setan dalam keadaan yang sama akan mengucapkan suatu berkat. Demikianlah halnya, bahwa dunia secara alamiah dikendalikan oleh suara Setan, mengharapkan untuk hidup berbahagia seumur hidupnya. Walaupun sedang terdapat berlimpah kesusahan di dalamnya.

Kejadian 3:18 – “Maka bumi itu akan menumbuhkan bagimu duri dan onak, dan sayur-sayuran di ladang akan menjadi makananmu.”

Tentu saja Setan akan mengatakan, “Bunga-bunga mawar dan kembang-kembang akan dihasilkan bagimu”. Dan gantinya memerintahkan, “Engkau akan makan sayur-sayuran di ladang”. Ia akan mengatakan “Engkau akan makan apa saja yang kau jumpai di ladang”. Begitulah, ia tidak akan mengatakan sedemikian itu seperti yang terdapat di dalam buku, melainkan ia akan mengatakannya sesuai dengan yang terdapat di dalam hati semua yang hidup, maka mereka dengan sungguh-sungguh akan mematuhi suaranya.

Kejadian 3:19 – “Maka dengan berkeringat mukamu engkau akan makan rejekimu sampai engkau kembali kepada tanah, karena daripadanya engkau telah diambil; bahwa abulah adamu, maka kepada abu pun engkau akan kembali.”

Setan akan mengatakan : “Dengan kesukaan engkau akan makan rejekimu sampai kelak oleh proses evolusi engkau akan menjadi seperti Allah”; karena dari sesuatu atom kecil yang tak berarti engkau telah diambil keluar, dan kepada suatu Allah yang maha kuasa engkau akan bertumbuh secara evolusi jika engkau terus berlanjut.

Walaupun begitu apakah yang Allah katakan? -- “Dengan berkeringat mukamu engkau akan makan rotimu pada sepanjang hari umur hidupmu, artinya, karena sebabmu sendiri engkau kini akan mengalami kesusahan dalam usaha hidupmu, maka engkau dengan begitu boleh menyesuaikan dirimu dengan hal itu.” Walaupun yang sedemikian ini bukanlah nasib manusia sebelum ia berdosa, tetapi ini telah menjadi nasibnya segera setelah ia dibawa keluar dari Taman itu, yaitu segera setelah diterimanya kutuk itu.

“Tetapi”, pertanyaanmu, “mengapa telah Allah rencanakan bahwa kita semuanya wajib berjalan melalui kesusahan dan penderitaan sebelum kita akan dibawa kembali ke dalam Eden? Jika Ia akan membawa kita kembali, maka mengapakah tidak Ia lakukan itu sejak pada mulanya, yaitu di masa hidupnya Adam?” -- Jawaban untuk semua pertanyaan ini adalah terdapat di dalam

Lukas 15 : 11-13 – “Maka kata Yesus : “Ada seseorang yang mempunyai dua anak laki-laki; maka kata yang bungsu itu kepada bapanya : ‘Ya, Bapa, berilah aku bagian harta yang jatuh kepadaku’. Maka dibagikannya harta kepada kedua-duanya. Tiada berapa lama kemudian daripada itu, maka anak yang bungsu itupun mengemaskan sekaliannya, lalu pergi ke negeri yang jauh, lalu di sanalah diboroskannya segala hartanya itu dengan cara hidup yang tidak teratur.”

Ceritanya adalah bahwa terdapat dua anak laki-laki di dalam keluarga itu. Anak yang tertua memilih tinggal di rumah, tetapi yang muda memilih untuk pergi keluar. Dan Saudara ketahui apa yang telah jadi kemudian segera sesudah itu; anak yang termuda itu telah menghabiskan semua harta miliknya dengan cara hidup yang tidak teratur.

Saya yakin bahwa ayahnya cukup mengetahui sebelumnya bahwa anaknya itu telah pergi dan akan mengalami kesusahan. Ia mencintai dia dan ingin untuk menyelamatkannya dari kehinaan, kesusahan, dan cobaan hidup yang berat yang sedang akan ditujunya. Kenyataannya, bahwa sekembalinya anak itu, ayahnya telah pergi menyambut dia semenjak dia masih jauh dari pintu, lalu mempersiapkan suatu pesta baginya, walaupun setelah ia menghabiskan harta benda bapanya serta mempermalukan nama keluarganya, adalah cukup membuktikan, bahwa ayahnya betul-betul sangat mencintainya. Anak itu telah dibiarkan meninggalkan rumah tak lain hanya karena pengalamannya sendiri yang akan menunjukkan kebodohannya, serta akan membuktikan cinta ayahnya terhadap dia.

Apakah yang telah mendorong anak itu membenci rumahnya? Adalah keinginannya sendiri untuk hidup secara tak teratur. Tidak ada seorang pun anak laki-laki atau pun anak perempuan dalam keadaan yang sama pergi meninggalkan rumah kecuali mengharapkan memperoleh kebebasan dan untuk mempraktikkan hidup yang tidak teratur, untuk berbuat sekehendak hatinya apa saja yang diinginkan oleh hatinya yang jahat untuk dilaksanakan.

Mungkin ada banyak kesenangan yang bersifat sementara dalam kehidupan pemborosan, namun itu hanya akan berakhir dalam kehinaan dan malu. Kalau saja anak laki-laki pemboros itu hidup di masa kita sekarang, maka bagaimanakah pendapat anda dari halnya, apakah yang kira-kira akan mulai dilakukannya pada jalan raya kegembiraan, untuk mendapatkan waktu yang menyenangkan baginya? Perkara yang pertama sekali akan dilakukannya pastilah, jika mungkin, membeli mobil, membeli baju-baju yang bagus, membeli sebuah cincin berlian, membeli suatu jepitan dasi yang berkilau-kilauan, dan membeli sebuah arloji tangan. Oh, ya, ia mungkin sekali tidak akan lupa menyematkan sebuah kembang pada leher bajunya dan sebuah saputangan sutera di dalam sakunya. (Mungkin tidak ada salahnya memiliki beberapa dari benda-benda ini, tetapi itu tentunya tidak perlu atau pun bahkan tidak tentu memenuhi selera untuk menghiasi diri seseorang dengan apa saja yang dapat dipakai). Sedikit-dikitnya untuk itu orang akan mengatakan lucu karena menghiasi diri dalam mode burung merak.

Dan siapakah yang akan diikuti oleh anak laki-laki itu? Tentunya para gadis. Dan kemanakah mereka akan pergi? Tentunya bukan kemana para pengkhotbah pergi, dan juga bukan ke gereja.

Lukas 15:14 – “Setelah dihabiskannya semuanya itu, maka timbullah suatu bela kelaparan yang hebat di negeri itu; maka iapun mulai merasa kekurangan.”

Jika Saudara telah membelanjakan semua yang Saudara miliki dan semua yang sudah Saudara peroleh, maka Saudara pun, cepat atau pun lambat kelak akan kelaparan juga. Takdir Tuhan telah mendatangkan kelaparan itu supaya membawa kembali anak laki-laki itu kepada “dirinya sendiri”, yaitu kepada kesadaran pribadinya. Sebenarnya, tidak ada anak yang akan lari meninggalkan rumahnya apabila ia berada di dalam dirinya sendiri; dan sebaliknya, ia pun tidak juga akan kembali pulang dengan sadar sebelum ia datang kepada dirinya sendiri. Demikianlah ia belajar akan pelajarannya sendiri, tetapi betapa mahalnya! Betapa mahalnya!

Lukas 15:15, 16 – “Lalu pergilah ia dan menggabungkan dirinya kepada seseorang penduduk negeri itu; maka orang itu menyuruh dia ke ladang-ladangnya untuk memelihara babi-babi. Maka inginlah ia untuk mengisi perutnya dengan ampas kulit yang dimakan babi-babi itu; maka tak seorangpun memberikannya kepadanya.”

Pemboros itu memperoleh pekerjaan, tetapi itupun tidak dapat “mengenyangkan perutnya”, ia masih tetap kurang.

Lukas 15:17-19 – “Maka apabila sadarlah ia, maka katanya, Betapa banyak orang-orang upahan Bapaku memiliki roti yang cukup serta berlebih-lebihan, tetapi aku di sini binasa dengan kelaparan. Aku hendak bangkit dan pergi kepada Bapaku, maka aku akan mengatakan kepadanya, Bapa, aku telah mendurhaka melawan surga, dan di hadapanmu, maka aku tidak lagi patut untuk disebut anak olehmu; jadikanlah aku salah satu dari hamba-hamba upahanmu itu.”

Ia pada akhirnya menyadari; bahwa ia telah bermain-main dengan kebodohan, maka demikian itulah ia mulai memikirkan di dalam dirinya bagaimana caranya ia kembali pulang, sambil mengatakan, “Cobalah pikirkan berapa banyak hamba upahan yang berada di rumah bapaku, dan mereka semuanya berkelimpahan. Mengapakah harus aku binasa di sini dengan kelaparan? Tetapi apakah yang akan kukatakan apabila aku tiba di sana?” Sambil sadar akan dirinya, maka ia merasa, tentu, bahwa ia harus mengatakan perkara yang benar, yaitu perkara yang akan membenarkan dia baik ke hadapan Surga maupun kepada bumi.

Kalau saja anak itu telah berpegang kepada nasehat bapanya sebelumnya, maka ia tidak akan mengalami penghinaan. Dan betapa besar penghinaan itu! Dan betapa besarnya pelajaran itu juga, bukan hanya bagi orang-orang muda, melainkan juga bagi orang-orang tua. Ada beribu-ribu orang, baik muda maupun tua yang mempelajari ajaran-ajaran yang hebat besar, tetapi mereka sering kali membayar suatu harga yang besar hanya karena mereka selalu mendengar kepada “kebodohan”nya Iblis. Mengapakah mereka itu begitu gampang dibawa pergi oleh bujukan-bujukannya? -- Hanya karena umpannya yang menarik itu mempesona kepada sifat mementingkan diri dan sifat dosa manusia.

Kehinaan dari si pemboros itu sedang menunggui semua orang muda yang tidak mengambil manfaat dari nasehat orang-orang yang lebih tua, dan semua orang tua yang tidak mengambil manfaat dari petunjuk-petunjuk Tuhan. Inilah salah satu dari hukum-hukum Allah yang tak seorangpun pernah dapat mengelaknya.

Pengalaman dari si pemboros itu kini menjawab pertanyaan-pertanyaan, Mengapa Allah menyingkirkan Adam keluar dari Taman itu? Oleh karena bagaimanapun Allah akan memaafkan juga dia pada sesuatu waktu, maka mengapakah tidak Ia memaafkan dia segera setelah kejatuhannya lalu membawa kembali dia ke Eden? Mengapakah tidak dapat semua umat manusia diselamatkan sedemikian daripada melalui penderitaan dan kematian sebelum mereka kembali ke Eden?

Kalau saja Allah telah memperbolehkan Adam dan Hawa untuk menetap di dalam Taman itu sesudah mereka berdosa lalu membiarkan mereka terus mencapai “pohon kehidupan” itu, maka olehnya Ia sudah akan mempertahankan kekekalan kehidupan mereka yang berdosa itu di dalam keadaan dosa mereka. Betapa berbahaya keadaannya, kalau saja -- orang-orang berdosa terus hidup kekal selama-lamanya! Dan kalau saja Ia tetap memelihara mereka berikut semua keturunannya daripada mengalami kesengsaraan dan kematian, maka mereka tidak lagi dapat sampai menyadari akan apa artinya kehidupan yang berdosa itu. Tidak lagi dapat mereka mengerti apa arti dosa itu, seperti akan halnya si pemboros itu sebelum ia mengalami kerisauan, kebangkrutan, kerja keras dan kemelaratan.

“Tetapi”, katamu, “Jika Tuhan tak dapat membawa Adam dan Hawa ke dalam Taman itu sebelum terlebih dulu mereka melewati kematian dan kebangkitan, maka mengapakah Ia harus mengutuki bumi dan membiarkan mereka memperoleh rotinya dengan peluh mukanya?” Dan mengapakah Ia harus membiarkan mereka memakan rotinya dengan penuh kesusahan selama 6000 tahun lamanya? -- Sebab semua orang yang pernah akan memasuki Kerajaan itu, yaitu kembali ke dalam Eden, wajib terlebih dulu kembali kepada dirinya sendiri seperti yang dilakukan oleh anak pemboros itu, sebab semua orang harus dibuat insyaf, bahwa apa saja yang di luar dari Taman itu adalah tidak lebih daripada makanan-makanan babi saja.

Sebab bekerja adalah penting dan karena orang-orang berdosa pada hakekatnya tidak menyukai pekerjaan, maka duri dan onak telah diciptakan untuk memaksa mereka untuk pergi bekerja bagi hidupnya. Jika kita membiarkan rumput-rumput yang tidak layak itu di tanah lalu kita menghabiskan waktu kita dengan berfoya-foya saja, maka semuanya itu akan menghancurkan panen kita, sehingga kita seperti halnya anak pemboros itu akan kelak mengalami kelaparan. Jadi, tidak bekerja tidak makan. Allah yang Maha mengetahui mana yang terbaik bagi kita telah membuatnya supaya kita memperoleh hidup kita dengan jalan yang sukar, supaya kita bekerja sepanjang hari dengan hanya sedikit saja istirahat.

Orang-orang yang kembali kepada dirinya sendiri, maka bekerja bagi mereka adalah yang menyenangkan. Hanya orang bodoh yang tidak suka bekerja.

Kamis - 6 Oktober

Janji Injil Pertama

Kejadian 3:15,16

Baca 2 Korintus 5:21 dan Ibrani 9:28. Apa yang bacaan ini mengajarkan tentang apa yang pertama kali diungkapkan di Eden ?

Kepada manusia pemberitahuan yang pertama tentang penebusan telah disampaikan di dalam hukuman yang dijatuhkan ke atas diri setan di dalam taman itu. Tuhan berkata, “Maka Aku akan mengadakan perseteruan antara mu dengan perempuan ini, dan antara benihmu dengan benihnya; maka ia akan meremukkan kepalamu dan engkau pun akan mematuk tumitnya.” Kejadian 3:15. Hukuman ini, yang diucapkan pada pendengaran leluhur kita yang pertama, bagi mereka sendiri merupakan satu perjanjian. Sementara hal itu meramalkan adanya peperangan antara manusia dan setan, itu menyatakan bahwa kuasa musuh yang besar itu pada akhirnya akan dibinasakan. Adam dan Hawa berdiri sebagai penjahat-penjahat di hadapan Hakim yang adil, menunggu-nunggu hukuman yang akan dijatuhkan sebab pelanggaran; tetapi sebelum mereka mendengar tentang kehidupan yang sulit dan menderita yang harus menjadi bagian mereka, dan tentang pernyataan bahwa mereka harus kembali kepada debu, mereka telah lebih dahulu mendengar kata-kata yang memberikan pengharapan. Sekalipun mereka harus menderita di bawah kuasa musuh mereka yang besar itu, mereka dapat memandang ke depan kepada kemenangan yang terakhir.” PP 65.4

Kita tidak mungkin keliru apa yang dimaksudkan Allah dengan perempuan dalam ayat ini, karena hanya ada seorang perempuan – Hawa – pada waktu itu di bumi. Di hadapan Adam dan Hawa dan ular itu Allah telah mengucapkan kata - kata ini yang meramalkan akibat masa depan dari benih keturunan Hawa dengan ular itu. Anak - anak Hawa akan terluka tumitnya oleh ular, Iblis itu. Dan sebaliknya, anak - anak Hawa, yaitu keluarga manusia, akan meremukkan kepala Iblis, kepala dari ular itu. Kini anda ketahui bahwa sekalipun sekiranya kaki seseorang dipotong, orang itu masih dapat hidup terus; tetapi apabila orang dipenggal kepalanya, maka nyawanya akan segera berakhir. Disini Allah meramalkan, bahwa akan ada permusuhan di antara yang baik dan yang jahat sepanjang zaman. Dan sekalipun ular itu akan melukai keluarga manusia, namun keturunan dari Adam dan Hawa, pada akhirnya akan meremukkan kepala Setan. “Tetapi”, saudara mungkin mengatakan “Kristuslah yang akan melakukan hal itu,” kata saudara, tetapi memang adalah Kristus melalui keluarga manusia yang akan melaksanakannya. Karena di dalam Yeremia 51:20 Allah sendiri mengatakan bahwa Israel akan menjadi kapak perang-Nya, yaitu senjata pertempuran-Nya; karena dengan Israel Ia akan menghancurkan segala bangsa. Kemudian sekalipun ia itu akan diselesaikan oleh kehendak dan petunjuk Kristus, namun Kristus akan melaksanakannya melalui perantaraan umat-Nya. Dalam hal ini umat-Nya yang telah dilukai oleh Setan itu pada akhirnya mereka juga akan meremukkan kepala Setan.

Jumat - 7 Oktober

Pelajaran Lanjutan

“Apabila Setan mendengar tentang permusuhan yang harus ada di antara dirinya dengan perempuan itu, dan antara benihnya dengan benih perempuan itu, ia mengetahui bahwa pekerjaannya untuk merusakkan keadaan manusia akan terganggu; bahwa oleh sesuatu hal manusia akan sanggup melawan kuasanya. Namun demikian apabila rencana keselamatan itu dinyatakan dengan lebih jelas lagi, Setan bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya bergembira oleh karena dengan menjadikan manusia berdosa, ia telah berhasil menurunkan Anak Allah dari kedudukan-Nya yang tinggi. Ia menyatakan bahwa rencananya sebegitu jauh telah berhasil di atas dunia ini, dan bahwa pada waktu Kristus harus mengambil bagi diri-Nya keadaan manusia, Ia juga mungkin untuk dikalahkan, dan dengan demikian penebusan umat yang berdosa itu bisa digagalkan. PP 66.1

“Malaikat-malaikat surga dengan lebih jelas menuturkan kepada leluhur kita yang pertama itu rencana yang telah digariskan untuk keselamatan mereka. Adam dan Hawa mendapat kepastian bahwa sekalipun dosa mereka besar mereka tidak akan dibiarkan begitu saja kepada pengendalian Setan. Anak Allah telah menawarkan diri untuk menebus, dengan hidup-Nya sendiri, akan pelanggaran mereka itu. Satu masa percobaan diberikan kepada mereka dan melalui pertobatan serta iman dalam Kristus mereka bisa lagi menjadi anak-anak Allah.” PP 66.2

Whatsapp: (+62)812-8772-7543, (+63)961-954-0737
contact@advancedsabbathschool.org