Menunggu dalam Cawan Lebur

Pelajaran 11, Triwulan ke-3, 3-9 September 2022

img rest_in_christ
Bagikan Pelajaran ini
005 facebook
001 twitter
004 whatsapp
007 telegram
Download Pdf

Sabat Sore - 3 September

Ayat Hafalan:

"Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, " - Galatia 5: 22


“Dan dia menghasilkan buah "dengan kesabaran." Tidak seorang pun yang menerima firman Tuhan dibebaskan dari kesulitan dan pencobaan; tetapi ketika kesengsaraan datang, orang Kristen sejati tidak menjadi resah, tidak percaya, atau putus asa. Meskipun kita tidak dapat melihat hasil yang pasti dari segala perbuatan kita, atau tidak memahami tujuan pemeliharaan Tuhan, kita tidak boleh meninggalkan kepercayaan kita. Mengingat kasih Tuhan yang lembut, kita harus menyerahkan perhatian kita kepada-Nya, dan dengan sabar menantikan keselamatan-Nya. COL 60.4

"Melalui konflik, kehidupan rohani dikuatkan. Pencobaan yang dihadapi dengan sabar akan membangun ketabahan karakter dan berkat rohani yang berharga. Buah sempurna dari iman, kelembutan, dan kasih seringkali paling nyata di tengah awan badai dan kegelapan." COL 61.1

Minggu - 4 September

Allah Kesabaran

Roma 15:4, 5; 5:3-5

Kesabaran menuntun kita untuk melakukan apa?

“Dalam suratan kepada orang Ibrani ditentukan maksud sepenuh hati yang harus menjadi ciri perlombaan orang Kristen untuk hidup kekal: “...Marilah kita meninggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita kepada kesempurnaan….” Ibrani 12:1,2. Cemburu, kebencian, sangka-sangka jahat, berbicara yang jahat, loba, inilah beban yang orang Kristen harus tinggalkan, kalau ia mau berlari dengan berhasil dalam perlombaan yang kekal. Setiap kebiasaan yang memimpin kepada dosa dan membawa malu kepada Kristus harus disingkirkan, apapun pengorbanannya. Berkat surga tidak dapat menyertai seseorang yang melanggar prinsip-prinsip kebenaran yang kekal. Satu dosa yang disimpan dalam hati sudah cukup untuk merendahkan tabiat dan menyesatkan orang lain.” AA 312.1

Apa yang diperlukan oleh dunia pada waktu ini bukanlah pengkhotbah-pengkhotbah, melainkan guru-guru yang dapat mengajar dengan tangan yang satu dan menggunakan cangkul atau sekop dengan tangan yang lainnya. Dunia juga tidak memerlukan orang-orang yang “memancing” bagi jabatan Musa dan bagi jabatan Harun, tetapi adalah sangat diperlukan orang-orang yang dapat menerima perintah dan dengan berhasil melaksanakannya, yaitu orang-orang yang berani menghadapi raksasa, singa, dan beruang, -- “orang-orang yang berani menjadi pahlawan-pahlawan bagi Allah”, “orang-orang yang dimuliakan”, orang-orang dengan iman yang tidak gagal dan dengan kesabaran yang tak terbatas, yang percaya bahwa Tuhan sendirilah yang mengendalikan perahu, dan oleh karena itu tidak akan ada kegagalan. Dunia tentunya memerlukan orang-orang seperti Nuh, Musa, Daud, Ezra, Nehemia, dan sejumlah besar Ayub.

Senin - 5 September

Dalam waktu Allah

Roma 5:6; Galatia 4:4

Apa yang ayat-ayat Alkitab ini katakan kepada kita tentang waktu Allah?

“Kita semua menginginkan jawaban yang segera dan langsung atas doa-doa kita, dan tergoda untuk berkecil hati apabila jawabannya tertunda atau datang dalam wujud yang tidak terduga. Tetapi Allah terlalu bijaksana dan terlalu baik untuk menjawab doa-doa kita selalu pada saat dan sesuai cara yang kita inginkan. Dia akan melakukan lebih banyak dan lebih baik bagi kita gantinya memenuhi semua keinginan kita. Dan karena kita dapat mempercayai hikmat dan kasih-Nya, kita seharusnya tidak meminta Dia untuk mengijinkan kehendak kita, tetapi harus berusaha untuk masuk ke dalam dan menyelesaikan maksud-Nya. Keinginan-keinginan dan kepentingan-kepentingan kita harus lenyap dalam kehendak-Nya. Pengalaman-pengalaman yang menguji iman ini bermanfaat bagi kita. Melaluinya, menjadi nyatalah apakah iman kita benar dan tulus, bersandar pada firman Tuhan saja, atau apakah tergantung pada keadaan, yang tidak pasti dan berubah-ubah. Iman dikuatkan dengan latihan. Kita harus membiarkan kesabaran bekerja dengan sempurna, mengingat ada janji-janji berharga dalam Kitab Suci bagi mereka yang menantikan Tuhan.” MH 230.4

Karena tidak ada yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan nenek moyang kita dari kecelaan, maka Allah membiarkan bangsa-bangsa menaklukkan umat-Nya dan menyerakkan mereka ke empat penjuru angin. Namun demikian, Ia meninggalkan sebuah janji bahwa Ia akan menunggu sampai mereka sebagai suatu bangsa telah melewati masa pemborosan mereka, sampai mereka sebagai individu-individu menemukan kesalahan mereka dan memberikan kesempatan kepada Tuhan untuk menunjukkan kasih karunia-Nya kepada mereka. Orang-orang yang menanti-nantikan-Nya pasti akan menerima berkat-berkat-Nya. 

Selasa - 6 September

Daud: Objek Pelajaran dalam Menunggu

1 Samuel 16:1-13; 26:1-25

Mengapa Daud menolak membunuh Saul?

“Sekali lagi kabar dikirimkan kepada Saul, “Bahwasanya Daud itu ada di dalam gurun En-Gedi. Maka diambil Saul akan tiga ribu orang pilihan daripada segenap bangsa Israel, lalu pergilah ia mencahari Daud dan segala orangnya pada sebelah timur bukit batu Pelanduk.” Daud hanya mempunyai enam ratus orang dalam kelompoknya itu, sementara Saul bergerak maju dengan disertai tentara yang terdiri dari tiga ribu orang. Di dalam sebuah gua yang tersembunyi anak Isai dan tentaranya itu menunggu petunjuk Allah mengenai apa yang harus mereka lakukan. Apabila Saul mendaki gunung-gunung itu, ia telah berbelok, dan masuk seorang diri, ke dalam goa yang sama di mana Daud dan tentaranya sedang bersembunyi. Pada waktu tentara Daud melihat hal ini mereka telah menganjurkan kepada pemimpin mereka supaya membunuh Saul. Kenyataan bahwa raja itu sekarang berada di dalam kekuasaan mereka telah ditafsirkan oleh mereka sebagai bukti yang pasti bahwa Allah Sendiri yang telah menyerahkan musuh itu ke dalam tangan mereka, agar mereka membunuhnya. Daud tergoda untuk mempertimbangkan hal ini di dalam pikirannya dengan cara yang sama; tetapi suara hati nuraninya berkata kepadanya, “Jangan jamah orang yang sudah diurapi oleh Tuhan.” PP 661.2

“Tentara Daud masih tetap tidak mau meninggalkan Saul dalam keadaan selamat, dan mereka telah mengingatkan kembali kepada firman Allah, “Tengoklah engkau, maka Aku menyerahkan seterumu kepada tanganmu, supaya engkau berbuat akan dia sebagaimana kehendak hatimu! Maka bangkitlah Daud, lalu diam-diam dikeratnya satu punca daripada baju selimut Saul.” Tetapi hati nuraninya menghukum dia sesudahnya, oleh sebab dia telah menodai jubah raja itu.” PP 661.3

Selanjutnya, orang-orang yang dilantik Tuhan pernah segan membawa dirinya ke depan. Walaupun Daud, sebagai contoh, telah diurapi oleh Samuel untuk menjadi raja atas Israel, ia tidak pernah mencoba untuk merebut tahta itu. Sebagai kenyataan, ia bahkan tidak banyak memperkenalkan pengangkatannya. Dan kemudian pada saat resiko mati di tangan Saul, ia bahkan telah melindunginya. Dan semua kesatriaan yang mulia ini Daud telah memperlihatkan kasih, rendah hati, lemah lembut dan kebenaran yang lahir (diilhami) dari Roh Allah. Kesabarannya adalah terang, ramah tamah, tahan yang datang bersama-sama dengan keyakinan yang pasti bahwa Allah tetap mengawasi. Karena yakin bahwa Tuhan telah memilihnya menjadi raja, maka ia dengan senang hati menunggu sampai Tuhan sendiri menganggap pantas untuk menaikkannya ke atas tahta.

Rabu - 7 September

Elia: Masalah Pelarian

1 Raja-Raja 19:1-9

Pelajaran-Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari pengalaman Elia sebagaimana terdapat dalam Alkitab tersebut di atas?

“Tampaknya bahwa setelah memperlihatkan semangat yang sangat tidak gentar, setelah menang sepenuhnya atas raja dan imam-imam serta orang banyak itu, Elia tidak akan pernah kemudian bisa menyerah pada keputusasaan maupun tidak bisa terpesona oleh rasa takut. Akan tetapi ia yang telah diberkati dengan begitu banyak bukti dari kasih Allah tidaklah berada di atas kelemahan manusia, dan dalam waktu yang gelap ini iman dan semangatnya meninggalkan dirinya. Dalam kebingungan, ia mulai tertidur. Hujan pun turun dengan lebatnya dari langit, dan kegelapan menyelubungi setiap sisi. Dengan melupakan peristiwa tiga tahun sebelumnya, Allah mengarahkan langkahnya ke suatu tempat pelarian dari kebencian Izebel dan dari pencarian Ahab, sang nabi itu pun sekarang melarikan diri demi hidupnya. Ketika mencapai Bersyeba, “ia meninggalkan budaknya di sana. Tetapi ia sendiri menempuh sehari perjalanan jauhnya ke padang gurun.” PK 159.3

“Elia tidak seharusnya melarikan diri dari tempat tugasnya. Ia mestinya menghadapi ancaman dari Izebel dengan permohonan perlindungan kepada Dia yang telah menugaskannya untuk mempertahankan nama baik Yehovah. Dia tentunya telah mengatakan kepada jurukabar itu bahwa Allah yang kepada-Nya ia percaya akan melindungi dia menentang kebencian sang ratu. Hanya beberapa jam berlalu sejak ia membuat kesaksian akan sebuah manifestasi ajaib, dan hal ini seharusnya memberikan kepadanya jaminan bahwa ia tidak akan ditinggalkan. Jika saja ia tetap tinggal di tempat ia berada, jika saja ia menjadikan Allah sebagai tempat perlindungan dan kekuatannya, berdiri teguh demi kebenaran, maka ia tentu akan dilindungi dari bahaya. Tuhan akan memberi dia tanda kemenangan yang lain dengan menjatuhkan penghakimannya atas Izebel; dan kesan yang dibuat atas raja dan orang banyak itu akan menempa sebuah reformasi yang besar. PK 160.1

“Elia telah mengharapkan banyak hal dari keajaiban yang terjadi di Karmel. Ia telah berharap bahwa setelah pertunjukan kuasa Allah ini, Izebel tidak akan lagi mempengaruhi pikiran Ahab, dan bahwa akan ada suatu reformasi yang cepat di seluruh Israel. Sepanjang hari di puncak Karmel ia telah bersusah payah tanpa makanan. Meskipun demikian ketika ia memandu kereta Ahab ke pintu gerbang Jizril, semangatnya begitu kuat, kendati memiliki keterbatasan fisik dengan mana ia telah bekerja.

“Tetapi suatu reaksi iman yang sering mengikuti dan keberhasilan yang gemilang menekan diri Elia. Dia takut kalau reformasi yang telah mulai di Karmel mungkin tidak berlangsung lama; dan depresi pun menyerang dirinya. Ia telah ditinggikan ke puncak Pisgah; namun kini ia berada di lembah. Ketika berada di bawah ilham Yang Mahakuasa, ia telah menghadapi cobaan yang terberat; tetapi di dalam waktu keputusasaan ini, dengan ancaman Izebel yang terngiang di telinganya, dan Setan tampaknya menang dengan memanfaatkan perempuan jahat ini, ia pun kehilangan pegangannya akan Allah. Ia telah ditinggikan di atas ukuran, dan reaksinya luar biasa besar. Oleh melupakan Allah, Elia lari dan lari, hingga ia menemukan dirinya sendiri dalam kelelahan yang menyedihkan, sendirian. Karena sangat lelah, ia pun duduk untuk beristirahat di bawah sebuah pohon arar. Dan setelah duduk di sana, ia meminta supaya dia boleh mati. “Cukuplah sekarang, ya Tuhan,” katanya, “ambillah nyawaku; sebab aku ini tidak lebih baik daripada nenek moyangku.” Seorang pelarian yang jauh dari tempat tinggal manusia, semangatnya dihancurkan oleh kekecewaan yang pahit, ia berharap tidak akan pernah lagi melihat wajah manusia. Akhirnya, setelah lelah sama sekali, ia pun tertidur. PK 161.1

“Dalam pengalaman semua orang muncul masa-masa kekecewaan yang tajam dan keputusasaan yang luar biasa – hari-hari bilamana kesedihan menjadi bagian hidup dan adalah sulit untuk meyakini bahwa Allah masih menjadi Penolong yang baik bagi anak-anak-Nya yang lahir di bumi; hari-hari di mana kesusahan menggoda jiwa, hingga kematian tampaknya lebih layak dipilih dibanding kehidupan. Adalah pada waktu itu banyak orang kehilangan pegangan mereka akan Allah dan ditawan ke dalam perbudakan kebimbangan, tawanan dari ketidakpercayaan. Jika kita pada waktu-waktu yang demikian dapat memahami dengan pandangan spiritual makna daripada pemeliharaan Allah maka kita seharusnya melihat malaikat-malaikat yang mengawasi untuk menyelamatkan kita dari diri kita sendiri, berjuang untuk menancapkan kaki kita di atas suatu pondasi yang lebih kokoh daripada bukit-bukit yang abadi, dan iman yang baru, hidup yang baru, akan terwujud. PK 162.1

Kamis - 8 September

Belajar bersukacita di dalam Tuhan

Mazmur 37:1 - 11

Apa nasehat Daud kepada umat Allah di dalam Mazmur 37 ?

Apabila anda berada dalam penjagaan Allah dan dalam pengawasan-Nya janganlah sekali mengatakan bahwa Iblis melakukan ini atau itu tanpa memandang apakah itu, karena ia tak dapat berbuat sesuatu terkecuali ia diizinkan untuk melakukannya. Ketahuilah selalu bahwa itulah perbuatan Allah.

Bilamana perkara-perkara berlaku bertentangan dengan kehendak dan jalannya seseorang pada waktu ini, maka kebanyakan orang Kristen melemparkan kesalahannya kepada Iblis. Hanya apabila perkara-perkara berjalan sesuai dengan kesenangan mereka barulah mereka melontarkannya kepada Allah sebagai yang melakukannya! Bileam juga, merasa gembira pada waktu jalan terbuka baginya untuk pergi kepada Balak, tetapi pada waktu malaikat Tuhan menghalangi jalan yang sedang dilaluinya itu, maka Bileam menjadi murka seperti seekor anjing lalu memukul keledainya beberapa kali.

Tidak ada yang lain terkecuali anda sendiri yang dapat menggagalkan rencana-rencana Allah bagimu. Apakah itu teman-temanmu atau musuh-musuhmu, apakah itu binatang-binatang atau raja-raja, anda akan mendapatkan mereka semua baik dengan tidak sengaja atau dengan sengaja sedang bekerja bagi kebaikanmu, bukan bagi kesakitanmu jika anda sedang melakukan anjuran Allah. Betapa kayanya sumber dari Surga itu! Dan siapakah gerangan dapat mengetahuinya!

Ingatlah sekarang, bahwa apapun yang mungkin menghalangi jalanmu, apakah itu berupa Laut Merah atau Sungai Yordan, apakah itu berupa sebuah gunung atau berupa sebuah padang tandus, ia itu sesungguhnya adalah batu loncatan bagimu.

Yang sedemikian inilah kebenaran Tuhan, maka anda dapat memperolehnya dengan harga kebenaranmu sendiri. Kemudian anda akan menemukan jalan-jalan Tuhan yang jauh lebih tinggi daripada jalan-jalanmu sendiri seperti Surga yang jauh lebih tinggi dari bumi. Apabila hal ini jadi, maka hanya anda yang akan mengatakan dengan penuh kesadaran, “Tuhan Kebenaran Kita.”

“Bahwa Engkau akan memeliharakan dia dalam damai yang sempurna, yaitu dia yang pikirannya berharap kepada-Mu: sebab ia menaruh harap di dalam-Mu. Haraplah pada Tuhan untuk selama-lamanya: karena di dalam Tuhan Jehovah terdapat kuasa yang kekal: karena Ia menurunkan mereka yang tinggal di tempat yang tinggi, negeri yang tinggi ditaruh-Nya di bawah; Ia menaruhnya di bawah, bahkan sampai serendah tanah; Ia membawanya ke bawah sampai menjadi habu. Kaki akan memijak-mijaknya di bawah, bahkan kaki-kaki orang miskin dan langkah-langkah orang yang papah akan menginjak-injaknya.” -- Yesaya 26 : 3 – 6.

Jumat - 9 September

Pelajaran Lanjutan

“Adalah pimpinan Allah yang telah menghubungkan Daud dengan Saul. Jabatan Daud di istana akan memberikan kepadanya suatu pengetahuan tentang masalah kerajaan, sebagai suatu persiapan untuk kebesarannya pada masa yang akan datang. Hal itu akan menyanggupkan dia memperoleh kepercayaan dari bangsa itu. Segala ujian dan kesukaran yang menimpa dirinya, melalui sikap permusuhan Saul, akan menuntun dia merasakan ketergantungannya kepada Allah, dan menyerahkan seluruh kepercayaannya kepada-Nya. Dan sikap persahabatan Yonatan terhadap Daud adalah juga merupakan pimpinan Allah, untuk memelihara hidup calon pemimpin Israel. Di dalam segala perkara ini Allah sedang melaksanakan maksud-maksud-Nya yang penuh rahmat itu, baik bagi Daud dan bagi bangsa Israel.” PP 649.3

Whatsapp: (+62)812-8772-7543, (+63)961-954-0737
contact@advancedsabbathschool.org