:”Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut. Ibrani 2:14
“Kombinasi yang menakjubkan antara manusia dan Allah! ... Dia merendahkan diri-Nya Sendiri kepada kodrat manusia. Dia melakukan ini agar Kitab Suci dapat digenapi; dan rencana itu dilakukan oleh Anak Allah, dengan mengetahui semua langkah penghinaan kepada-Nya, bahwa Dia harus turun untuk menebus dosa-dosa dunia terkutuk yang merintih. Suatu kerendahan hati yang sangat besar! Hal itu membuat para malaikat takjub. Lidah tidak pernah bisa menggambarkannya; pikiran tidak dapat memahaminya. Firman yang kekal berkenan dibuat menjadi daging! Allah menjadi manusia! Itu adalah kerendahan hati yang luar biasa. TMK 68.2
“Tetapi Dia melangkah lebih rendah lagi; Manusia Itu harus merendahkan Diri-Nya sebagai seorang manusia untuk menanggung hinaan, celaan, tuduhan yang memalukan, dan caci maki. Tampaknya tidak ada tempat yang aman bagi-Nya di daerah-Nya sendiri. Dia harus pergi dari satu tempat ke tempat lain untuk menyelamatkan Diri. Dia dikhianati oleh salah satu murid-Nya; Dia disangkal oleh salah satu pengikut-Nya yang paling bersemangat. Dia diolok-olok. Dia dimahkotai dengan mahkota duri. Dia dicambuk. Dia dipaksa untuk memikul salib. TMK 68,3
“Dia merasakan penghinaan dan pencelaan ini. Tetapi Dia pasrah! Dia merasakan kepahitan yang tidak dapat dirasakan makhluk lain. Dia murni, suci, dan tidak bernoda, namun didakwa sebagai penjahat! Penebus yang dikagumi itu turun dari kemuliaan tertinggi. Langkah demi langkah Dia merendahkan diri-Nya Sendiri sampai kepada kematian—kematian yang hina! Kematian yang paling memalukan, paling kejam—yaitu kematian di kayu salib sebagai seorang penjahat. Dia tidak mati sebagai seorang pahlawan di mata dunia, yang sarat dengan kehormatan, seperti orang-orang yang mati dalam pertempuran. Dia mati sebagai penjahat yang dihukum, tergantung di antara langit dan bumi—mati dengan penghinaan berkepanjangan, diejek dan dicerca orang banyak yang bejat, penuh kejahatan, dan cabul! ... TMK 68.4
Semua penghinaan untuk orang yang bersalah dan dihukum dilemparkan kepada Yang Mulia surga ini. Dia menjadi semakin rendah dan semakin rendah lagi dalam penghinaan kepada-Nya, sampai Dia tidak bisa mencapai yang lebih rendah lagi, untuk mengangkat manusia dari kekotoran moralnya. Semua ini adalah untukmu.” S.D.A Bible Commentary 5:1127, 1128; TMK 68.5
Seberapa penting misi Kristus untuk menebus dunia kita?
“Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan. Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota. Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Dan naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkan-Nya. Maka ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.” Wahyu 12:1-5
Pada waktu dijanjikan tentang akan datangnya Juruselamat, maka pada waktu itulah naga itu mengetahui, bahwa Sidang akan melahirkan “seorang bayi laki-laki”, dan semenjak itu ia terus mengamat-amati perempuan itu dengan teliti dengan harapan untuk membinasakan Penebus dunia itu segera setelah kelahiran-Nya. Hal ini dilakukannya melalui Herodes pada waktu ia menyuruh membantai sejumlah besar anak-anak kecil. Namun, Bayi Kristus telah meloloskan diri, maka dalam hubungan ini, Iblis telah mengalami kegagalannya yang pertama.
Kini dengan diperkuat oleh tujuh kepala dan sepuluh tanduk, naga itu menunjukkan bahwa ia menguasai semua penguasa sipil maupun agama pada saat itu (karena lambang dari angka “sepuluh” menunjukkan universal, sama seperti halnya yang dilambangkan oleh sepuluh jari kaki dari Daniel pasal 2, sepuluh tanduk dari binatang-binatang Alkitab lainnya, dan sepuluh anak dara dari Matius pasal 25).
Tanduk-tanduk melambangkan semua penguasa sipil, sementara kepala-kepala melambangkan semua penguasa agama, karena angka Alkitab “tujuh” menunjukkan kelengkapan. Lagi pula, dari kenyataan bahwa Sidang (orang-orang Yahudi), sebagai satu-satunya perantara melalui siapa Allah bekerja sampai kepada masa itu, telah menyalibkan Tuhan, maka cukup terbukti dengan sendirinya, bahwa Sidang sudah murtad, bahwa ia telah menjadi kepala yang ketujuh dari Naga itu, dan bahwa dengan demikian Naga itu telah dipersenjatai dengan sepuluh tanduk dan tujuh kepala, -- yaitu dengan semua penguasa sipil maupun agama. Jadi anda lihat, Naga dengan tanduk-tanduknya dan kepala-kepalanya itu melambangkan dunia yang telah ditaklukkan oleh Iblis.
Jadi, dunia telah hilang pada saat itu, dan dengan demikian Kristus datang untuk menebusnya. Untuk melaksanakan semuanya ini Ia telah memulai sebuah organisasi sidang yang baru. Dalam terang inilah, kita melihat Kristus Penebus dunia, dan misi-Nya, lebih penting, daripada yang pernah kita lihat sebelumnya.
Juga, adalah suatu kenyataan yang diakui, bahwa mahkota-mahkota selalu melambangkan kekuasaan raja. Dan karena sekaliannya itu terlihat pada kepala-kepala naga itu, bukan pada tanduk-tanduknya, maka dapatlah khusus dicatat bahwa walaupun ular naga itu memerintah baik dunia sipil maupun dunia agama, namun yang dimahkotainya adalah dunia agama.
Dengan perkataan lain, gereja memegang tongkat kerajaan; gereja duduk di tahta naga itu. Dan kenyataan bahwa jumlah tanduk-tanduk naga itu melambangkan universalitas dan jumlah kepala-kepala yang bermahkota itu melambangkan kelengkapan, dirangkai dengan kenyataan bahwa baik gereja Yahudi maupun orang-orang Romawi telah menganiaya Tuhan, menunjukkan bahwa secara keseluruhan naga itu melambangkan suatu dunia keimamatan Setan yang lengkap, sehingga Setan telah berhasil membuat dunia menjadi tawanannya. Sebagai pemenang atas dunia dengan bersenjatakan tanduk-tanduk dan kepala-kepala, ia menggerakkan Herodes untuk membunuh anak-anak yang baru lahir segera setelah ia mengetahui kelahiran Kristus. Hal ini dilakukannya dengan harapan untuk membinasakan Juruselamat, yaitu dengan menelan anak itu, sehingga ia dapat mempertahankan kerajaannya sendiri secara abadi. Sedemikian inilah keadaan dunia pada kedatangan Kristus yang pertama dahulu, sehingga telah memungkinkan sidang untuk menyalibkan Tuhan, untuk melempari Stefanus dengan batu, untuk memenggal kepala orang-orang lainnya, tetapi tetap dapat lolos dari sanksi-sanksi hukum penguasa-penguasa sipil di waktu itu.
Karena alasan inilah Anak Manusia, Penebus dunia itu, telah datang tepat pada waktu-Nya. Namun, untuk mempertahankan kekuasaan jahatnya, naga itu memperhatikan dengan seksama dan menunggu dengan sabar kedatangan Juruselamat dunia yang dijanjikan itu. Jadi, ketika sidang Allah yang abadi itu mengandung anaknya, dan berteriak kesakitan hendak melahirkan, naga dengan tujuh kepala yang bermahkota dan sepuluh tanduk itu, berdiri siap untuk menelan anak itu segera setelah Ia lahir.
Kemurtadan yang sedemikian ini pulalah yang telah menguasai dunia di zaman Nuh, sehingga Tuhan perlu melakukan sesuatu untuk menyelamatkan dunia. Demi manusia, maka Khalik telah mengirimkan air bah itu untuk mengakhiri segala kejahatan. Dalam cara yang sama, kemurtadan hebat orang-orang Yahudi di zaman kedatangan Kristus yang pertama itu, memerlukan suatu bencana yang lain lagi yang sama merusaknya dengan air bah yang mengerikan, untuk kembali menyingkirkan segala kejahatan. Tetapi, untuk mempertahankan janji-Nya yang tak pernah gagal kepada hamba-Nya Nuh, maka Allah tidak akan menghancurkan dunia pada kedua kalinya. Maka Ia mengutus Putra-Nya untuk mati menggantikan dunia. Dalam terang ini, misi Juruselamat terlihat jauh lebih jelas daripada sebelumnya! Oleh kematian-Nya, Ia benar-benar menyelamatkan dunia dari kehancuran pada waktu itu, dan oleh kebangkitan-Nya Ia telah memungkinkan dunia kembali berdiri pada hari ini.
Mengapa orang malu untuk berada di dalam rombongan pengikut Yesus?
Yesus ditantang oleh seorang penghulu muda yang kaya yang mengatakan kepada-Nya, Saya sudah melaksanakan semua perintah. Apalagi yang patut saya perbuat untuk masuk ke dalam hidup yang kekal? Berikut ini jawabannya:
“Kini ketika Yesus mendengar semua ini, maka Ia berkata kepadanya, masih satu perkara lagi yang belum kau lakukan: juallah semua yang kau miliki, lalu bagi-bagikanlah kepada orang miskin, maka engkau akan peroleh harta di dalam surga: kemudian datanglah kemari, ikutlah Aku.” – Lukas 18:22
Untuk memahami ayat ini, kita harus juga membaca ayat yang lain sebagai berikut:
“Ada seseorang dari antara orang-orang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang penghulu Yahudi. Orang ini datang kepada Yesus pada malam hari lalu mengatakan kepada-Nya, Rabi, kami tahu bahwa Anda adalah seorang guru yang datang dari Allah, karena tak seorang pun dapat melakukan semua keajaiban yang Anda lakukan, terkecuali Allah menyertainya. Yesus menjawab sambil mengatakan kepadanya, Sesungguh-sungguhnya Aku berkata kepadamu, jika seseorang tidak dilahirkan kembali ia tidak akan dapat melihat Kerajaan Allah.” Yohanes 3 : 1 – 3
Baik orang muda yang kaya itu maupun Nikodemus kedua-duanya adalah pemimpin, dan walaupun Nikodemus mungkin tidak sekaya orang muda itu, namun ia bukanlah orang miskin. Tetapi mengapa kepada yang seorang diminta untuk membagi-bagikan harta kekayaannya kepada orang miskin, dan kepada yang lainnya dianjurkan untuk dilahirkan kembali? Mengapa tidak keduanya diwajibkan membayar harga yang sama untuk keselamatan? Berikut inilah alasan-alasannya :
Agar tidak kelihatan sedang bersama Yesus, maka Nikodemus telah datang kepada-Nya, bukan pada siang hari, melainkan secara diam-diam pada malam hari. Sebaliknya pemimpin muda itu telah datang kepada Yesus bukan saja secara terbuka pada siang hari, melainkan juga sementara orang banyak masih berada bersama-sama dengan-Nya. Oleh karena itu pangkal halangan daripada pemimpin muda yang kaya itu adalah kekayaannya, dan pangkal halangan dari Nikodemus adalah kesombongannya. Jadi, jelaslah, untuk penyakit yang seorang diperlukan jenis pengobatan yang satu, dan untuk penyakit orang yang lainnya diperlukan jenis pengobatan yang lain pula.
Yesus tidak pernah meminta kepada seseorang untuk menganut agamanya, tetapi Ia meminta mereka supaya “mengikut” Dia, untuk menjadi salah seorang dari murid-murid-Nya. Pemimpin kaya yang muda itu tidak dapat mengikut Tuhan karena hatinya telah dipusatkan pada kekayaannya. Dan Nikodemus tidak dapat mengikut Tuhan karena ia sangat angkuh sehingga malu dilihat berada dalam rombongan orang-orang sederhana dan Yesus yang dibenci itu yang diikuti oleh para nelayan yang bersahaja. Untuk menyingkirkan semua halangan itu, maka yang seorang harus meninggalkan semua harta kekayaannya, dan seorang yang lainnya harus meninggalkan kesombongannya. Untuk menghilangkan kesombongan, orang harus dilahirkan kembali, ia harus menjadi seorang manusia baru. Tetapi untuk menyingkirkan cinta akan uang, orang harus memberikan uangnya kepada mereka yang betul-betul membutuhkannya.
Alkitab berisikan catatan, bahwa Abraham adalah sangat kaya. Tetapi ia disebut “teman Allah.” Oleh sebab itu, kekayaan itu sendiri dapat merupakan suatu berkat, sungguhpun itu seringkali menjadi suatu laknat. Tetapi kesombongan adalah tidak pernah baik.
Ingatlah, bahwa Setan menemukan dalam masing-masing kita sedikit-dikitnya sebuah celah. Apapun celah itu, ia itu harus disingkirkan -- apakah itu berupa kekayaan atau pun kesombongan. Tentu saja tidak semua orang kaya terikat pada kekayaan mereka, tetapi setiap orang dapat terikat pada dirinya sendiri, yaitu “manusia lama” itu. Dan tidak semua orang perlu melepaskan kekayaan, tetapi semua orang perlu melepaskan diri dari “manusia lama” yang membawa mereka kemana saja, selain ke tempat di mana mereka seharusnya berada.
Pengakuan Nikodemus bahwa Yesus adalah Anak Allah membuat persoalannya menjadi sangat berat. Dengan mengetahui siapa Yesus, ia seharusnya tidak perlu malu untuk dilihat berada dalam rombongan Yesus. Ia juga seharusnya tidak perlu takut terhadap semua musuh Yesus. Ia seharusnya mempertimbangkan suatu kehormatan untuk bergabung dengan Anak Allah, dengan suatu Mahluk Semawi. Tetapi karena Nikodemus malu dilihat bersama-sama dengan Yesus, dan merasa bangga berada bersama-sama dengan orang-orang Farisi, maka ia perlu sekali menguburkan “manusia lama” itu, lalu bangkit dalam kehidupan yang baru -- ia perlu dilahirkan kembali.
“Siapakah yang telah mendengar akan hal yang sedemikian itu, siapakah yang telah melihat perkara-perkara yang sedemikian itu? Dapatkah bumi dilahirkan dalam sehari jua? Atau dapatkah suatu bangsa dilahirkan secara tiba-tiba? Karena segera sesudah Sion menggeliat kesakitan, maka ia melahirkan anak-anaknya.” Yesaya 66 : 8
Walaupun sidang Yahudi di masa Yesus yang lalu tidak menggeliat kesakitan, namun ia melahirkan Anak Allah. Tetapi apabila Sion menggeliat kesakitan ia akan melahirkan semua anak-anaknya serentak, suatu bangsa yang menyeluruh. Sebuah keajaiban pada setiap contoh.
Bagaimana dapat Sion menggeliat kesakitan hendak melahirkan? -- Marilah kita lihat kepada kenyataan alam. Secara alami ibu mengandung seorang anak, kemudian ia menggeliat kesakitan dan baru ia melahirkannya. Jadi, bagaimana pula, dalam alam rohani dapat Sion menggeliat kesakitan tanpa pertama-tama mengandung anak-anaknya sebelum mereka itu dilahirkan? Secara lebih khusus, apabila seseorang menggabungkan diri kepada sidang, maka katakanlah, sidang mengandung orang tersebut dalam kandungannya. Apabila ia dengan sedemikian ini mengandung semua anak-anaknya, maka mereka akan semuanya dilahirkan secara serentak, artinya, -- mereka akan semuanya secara serentak memperoleh kelahiran kedua mereka, yaitu kelahiran yang disebutkan di sini.
Dan seperti yang dijelaskan oleh Ilham, bahwa mereka harus dilahirkan kembali, maka semua mereka itu pada permulaannya haruslah dalam keadaan pikiran yang sama dengan Nikodemus -- yaitu malu dilihat orang berada dalam rombongan orang-orang percaya terhadap Kebenaran Sekarang, malu untuk bersekutu dengan orang-orang yang percaya terhadap Kebenaran yang tidak dikenal.
Dalam 1 Korintus 15:50 dikatakan kepada kita bahwa “daging dan darah tidak dapat mewarisi kerajaan Allah.” Bagaimana kerajaan Allah akan didirikan tanpa “daging dan darah”?
Pemerintahan di mana Yesus bertempat tinggal bersifat bejat dan suka menindas, di mana-mana terdapat ketidakadilan, pemerasan, sikap menolak paham lain, dan kebengisan yang menindas. Meskipun demikian Juruselamat tidak berusaha mengadakan reformasi sipil. Ia tidak menyerang kejelekan dalam kebiasaan nasional, ataupun mempersalahkan musuh-musuh bangsa. Ia tidak mencampuri kekuasaan atau jabatan orang-orang yang memegang tampuk pemerintahan. Ia yang menjadi teladan kita menjauhkan diri dari pemerintahan duniawi. Bukannya sebab Ia bersikap acuh tak acuh terhadap derita manusia, melainkan sebab obatnya bukan terdapat hanya dalam tindakan manusia atau secara lahiriah. Supaya berhasil baik, obat itu harus mencapai manusia secara pribadi, dan harus memperbaharui hati. DA 509.3
“Bukannya oleh keputusan pengadilan atau dewan atau majelis pembuat undang-undang, bukannya oleh wewenang orang-orang besar di dunia Kerajaan Kristus itu didirikan, melainkan oleh menanamkan sifat Kristus dalam manusia dengan pekerjaan Roh Kudus. “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau daging bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.” Yohanes 1:12,13. Di sinilah satu-satunya kuasa yang dapat mengerjakan pengangkatan derajat umat manusia. Dan alat yang digunakan oleh manusia untuk melaksanakan pekerjaan ini ialah mengajar dan mempraktekkan sabda Allah.” DA 509.4
Yeremia 31: 31–34 “Tengoklah, hari-hari itu datang, demikianlah firman Tuhan, bahwa Aku akan membuat sesuatu perjanjian baru dengan isi rumah Israel, dan dengan isi rumah Yehuda, bukan seperti perjanjian yang sudah Kuperbuat dengan nenek moyang mereka itu pada hari Aku memegang tangan mereka untuk menghantarkan mereka itu keluar dari Mesir; yang perjanjian-Ku itu sudah dirombak mereka, walaupun Aku adalah suami bagi mereka itu, demikianlah firman Tuhan : tetapi ini akan merupakan perjanjian yang akan Kuperbuat dengan isi rumah Israel; Kemudian daripada hari-hari itu, demikianlah firman Tuhan, Aku akan menaruh hukum-Ku dalam batin mereka, dan menuliskannya dalam hati mereka; dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku. Dan tiada lagi mereka itu akan mengajar seorang akan seorang, dan saudara akan saudaranya sambil mengatakan, Kenalilah olehmu akan Tuhan : karena sekalian mereka itu akan mengenal Aku, semenjak dari yang terkecil di antara mereka sampai kepada yang terbesar, demikianlah firman Tuhan : karena Aku hendak mengampuni segala kejahatannya, dan tiada Aku ingat lagi akan segala dosa mereka.”
Di sini adalah suatu janji dari sebuah perjanjian yang baru, suatu perikatan yang baru. Ini bukan sejenis yang Allah perbuat dengan nenek moyang kita pada hari mereka itu keluar dari negeri Mesir, pada hari Ia menuliskan semua perintah-perintah itu pada dua log batu lalu memerintahkan kepada mereka supaya mematuhinya. Melainkan Ia membuat sebuah perjanjian yang baru, suatu perjanjian yang dituliskan pada hati-hati kita yang sesungguhnya. Kemudian setiap orang dengan sendirinya akan mengenal Dia tanpa perlu diajar.
Namun perhatikanlah, Ia tidak membuat suatu hukum yang baru, melainkan suatu perjanjian yang baru, suatu perjanjian untuk memelihara hukum. Perbedaannya adalah daripada Ia menuliskan hukum pada kedua loh batu itu, lebih baik Ia akan menuliskannya pada log hati daging manusia, yaitu tempat mana hukum dosa itu sekarang berada.
Saudara perhatikan, bahwa perjanjian ini akan dibuat dengan isi rumah Israel dan isi rumah Yehuda, yaitu dengan seluruh umat Allah.
Ingatlah, bahwa Injil, tidak mengatakan bahwa kita tak dapat memelihara hukum taurat itu sementara ia itu masih tertulis di atas log-log batu, melainkan ia itu menyatakan bahwa kita dapat memeliharanya, karena barangsiapa yang merombak hukum itu dihukum karena perbuatannya. Oleh karena itu, kita dapat, mematuhi perintah-perintah itu sekarang walaupun hukum itu masih tertulis pada dua log batu. Adalah demi kemudahan maka kebanyakan orang-orang Kristen menginginkan agar hukum taurat itu dihapuskan saja, dan sebagian orang membuat keyakinannya sendiri bahwa ia itu telah dihapuskan, walaupun satu-satunya hukum yang sudah dihapuskan itu ialah hukum upacara, hukum upacara-upacara korban, hukum bayangan dari Anak Domba Allah.
Apakah perbedaan hukum yang ditulis pada log batu, dan pada hati kita? -- Pengalaman Nebukadnezar, raja Babilon memberikan jawabannya.
Seandainya raja itu telah dipaksa untuk hidup dengan kawanan ternak, dalam suatu kandang atau di padang, maka ia sudah akan melakukan bunuh diri jika mungkin. Tetapi segera setelah Allah mengeluarkan hati manusianya daripadanya, dan menaruh hati lembu padanya, maka raja itu dengan sangat senang berada bersama-sama dengan kawanan ternak, dan ia sama sekali tidak senang untuk tinggal di dalam istananya.
Apabila hal yang sama terjadi pada salah seorang dari kita, kerinduan-kerinduan kita akan sama seperti yang dimiliki oleh raja itu. Dalam perkara yang sama, apabila hati batu itu diambil dari kita, dan hati daging bersama hukum Allah tertulis di dalam kita, kemudian kita akan menemukan bahwa semuanya itu pun tidak menyenangkan kepada dosa, maka yang paling disukai adalah untuk memelihara perintah-perintah Allah. Dengan demikian anda tidak perlu takut memiliki suatu perjuangan untuk memelihara hukum Allah di dalam Kerajaan, sebagaimana yang anda lakukan di sini sekarang. Kemudian anda kelak dengan sepenuhnya senang untuk tinggal dalam suatu kehidupan tanpa dosa. Dalam kenyataannya keinginan anda untuk berbuat dosa tidak ada lagi dibandingkan dengan keinginan anda sekarang untuk mati.
Sungguh ajaib! Tetapi kapankah dapat kita mengharapkan terlaksananya keajaiban ini? Untuk mendapatkan jawabannya terhadap pertanyaan ini, kita perlu menghubungkan nubuatan Yeremia dengan nubuatan Yehezkiel mengenai peristiwa yang sama:
Yeremia 31:8 – “Bahwasanya Aku akan menghantarkan mereka itu dari negeri utara, dan menghimpunkan mereka dari semua pesisir bumi, dan bersama-sama dengan mereka itu orang-orang buta dan orang-orang timpang, wanita yang mengandung dan wanita dengan anak kecil bersama-sama: suatu rombongan besar akan kembali ke sana.”
Yehezkiel 36 : 24 – 28 “Karena Aku akan mengambil kamu dari antara segala orang kafir, dan menghimpunkan kamu dari segala negeri, dan Aku akan menghantarkan kamu ke dalam negerimu sendiri. Kemudian Aku akan memercikkan air bersih ke atas kamu, maka kamu akan menjadi bersih : dari semua kekotoranmu, dan dari semua berhalamu, Aku akan menyucikan kamu. Suatu hati yang baru juga akan Kukaruniakan kepadamu, dan suatu roh yang baru akan Kumasukkan ke dalam dirimu : maka Aku akan keluarkan hati batu dari dagingmu, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu suatu hati daging. Dan Aku akan memasukkan Roh-Ku ke dalam kamu, dan membuat kamu berjalan menurut segala hukum-Ku, maka kamu akan memeliharakan semua hukum-Ku, dan melaksanakannya. Dan kamu akan tinggal di tanah yang sudah Ku karuniakan kepada nenek moyangmu : maka kamu akan menjadi umat-Ku, dan Aku akan menjadi Allahmu.”
Catatan dari kedua nabi itu dengan jelas menyatakan saat dalam mana keajaiban ini akan dilaksanakan pada hati dari semua umat Allah. Kedua nabi itu telah membuatnya cukup jelas sama seperti yang dilakukan bahwa perubahan hati ini akan digenapi di Tanah Suci, di Palestina, pada permulaan kerajaan yang mana Allah berjanji untuk memperdirikan “pada zaman raja-raja” (Daniel 2 : 44), bukan setelah zaman mereka. Ia selanjutnya mengatakan bahwa Ia akan membawa kita dari antara orang kafir dan menghimpunkan kita dari semua negeri, dan membawa kita ke dalam negeri kita sendiri (Yeh. 36:24), negeri yang telah diberikan kepada nenek moyang kita (Yeh. 36:28). “Kemudian”, pada saat itu, Ilham mengatakan, bukan sebelumnya, Ia akan memercikkan air bersih atas kita, menyucikan kita dari segala kekotoran kita, dan dari segala berhala kita. Juga, suatu hati yang baru kemudian akan dikaruniakan di dalam kita (Yeh. 36:26). Ia akan mengaruniakan kepada kita Roh-Nya dan menyebabkan kita untuk menuruti segala ketetapan-ketetapan-Nya, dan memelihara segala hukum-Nya (Yeh. 36:27). Pelajarilah ayat-ayat firman ini bagi dirimu sendiri dan saksikanlah kalau ayat-ayat itu mengatakan semua yang sedang saya coba untuk menjelaskannya kepadamu tentang apa yang dikatakannya.
Kristus menjadi “sempurna melalui penderitaan.” Bagaimana dan kapan kita akan menjadi sempurna?
“Semua ini bisa terjadi, karena Kristus memiliki sifat manusia, dan memiliki sifat-sifat ilahi, dan menempatkan salib-Nya di antara kemanusiaan dan keilahian, menjembatani jurang pemisah yang memisahkan orang berdosa dari Allah. 1SM 261.1
“‘Karena sesungguhnya Dia tidak mengambil padanya sifat malaikat; tetapi Dia mengambil keturunan Abraham. Karenanya dalam segala hal Dia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Dia menjadi imam besar yang berbelas kasih dan setia dalam hal-hal yang berkaitan dengan Allah, untuk menyelesaikan dosa-dosa umat. Karena Dia sendiri telah menderita pencobaan, maka Dia dapat menolong orang-orang yang dicobai' (Ibrani 2:16-18). 1SM 261.2
“Yesus datang untuk membawa kekuatan moral untuk digabungkan dengan upaya manusia, dan dalam hal apa pun janganlah para pengikut-Nya membiarkan diri mereka melupakan Kristus, yang adalah teladan mereka dalam segala hal. Dia berkata, “Demi mereka, aku menguduskan diriku, supaya mereka juga dikuduskan oleh kebenaran” (Yohanes 17:19). Yesus menyajikan kebenaran di hadapan anak-anak-Nya agar mereka dapat melihatnya, dan dengan melihatnya, dapat diubahkan, diubah oleh kasih karunia-Nya dari pelanggaran kepada ketaatan, dari ketidakmurnian menjadi kemurnian, dari dosa menjadi kekudusan hati dan kebenaran hidup.” 1SM 262.1
Yehezkiel 36:23–28 – “Aku hendak menguduskan nama-Ku yang besar, yang sudah dicemarkan di antara bangsa-bangsa Kafir, yang sudah kamu cemarkan di tengah-tengah mereka itu; maka bangsa-bangsa Kafir itu akan mengetahui, bahwa Akulah Tuhan, demikianlah firman Tuhan Hua, apabila Aku akan dikuduskan di dalam kamu di depan mata mereka itu. Karena Aku akan mengambil kamu keluar dari antara bangsa Kafir itu, dan menghimpunkan kamu keluar dari semua negeri, dan Aku akan membawa kamu ke dalam negerimu sendiri. Kemudian Aku akan memercikan air bersih ke atas kamu, dan kamu akan menjadi bersih dari semua kekotoranmu, dan dari semua berhalamu Aku akan menyucikan kamu. Suatu hati yang baru juga akan Ku karuniakan kepadamu, dan suatu roh yang baru akan Ku taruh di dalam kamu; maka Aku akan mengeluarkan hati batu dari dalam dagingmu, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu suatu hati daging. Dan Aku akan menaruh Roh-Ku di dalam kamu, lalu membuatmu berjalan dalam semua syariat-Ku, maka kamu akan memeliharakan semua hukum-Ku, dan melaksanakannya. Dan kamu akan tinggal di negeri yang sudah Ku karuniakan kepada nenek moyangmu; dan kamu akan menjadi umat-Ku, dan Aku akan menjadi Allahmu.”
Semua ini adalah tanda-tanda tambahan, yaitu tanda-tanda yang ditunjukkan di dalam dan di luar diri orang itu sendiri. Semua goresan dan cacat yang ditulis oleh dosa pada tubuh-tubuh umat Allah dicuci bersih; juga hati yang diperkeras oleh dosa akan dipahat keluar dari mereka itu lalu digantikan dengan sebuah hati yang baru yang lembut yang suka menuruti syariat-syariat dan hukum-hukum Allah.
Kapankah semua ini terjadi? -- Yaitu sesudah Allah mengambil keluar orang-orang suci-Nya “dari antara segala orang Kafir”, “keluar dari semua negeri”, lalu menghantarkan mereka itu ke dalam negerinya sendiri, demikianlah kata Alkitab. Demikianlah mereka akan tinggal di tanah itu yang dahulu telah dikaruniakan Allah kepada nenek moyangnya, lalu demikianlah mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia menjadi Allah mereka. Di sini anda saksikan, bahwa tak seorang pun dapat menjumpai Allah muka dengan muka lalu hidup bersama-Nya untuk selama-lamanya tanpa terlebih dulu memiliki tubuh yang bersih dan pengalaman hati yang sudah berubah.
Apakah akan menjadi seperti Yesus atau seperti Allah?
Zakharia 12:8 – “Maka pada hari itu Tuhan pun akan mempertahankan penduduk Yerusalem, dan yang terlemah di antara mereka itu akan jadi seperti Daud pada hari itu, dan rumah Daud pun akan seperti Allah, seperti malaikat Tuhan di hadapan mereka itu.”
Di samping memberikan kepada kita jaminan bahwa Tuhan akan mempertahankan umat-Nya, maka Ilham mempersamakan mereka dengan Daud dan dengan Allah. Bahkan mereka yang terlemah pun “akan kelak jadi seperti Daud; dan rumah Daud akan jadi seperti Allah”, “seperti malaikat Tuhan di hadapan mereka itu.” Alangkah besar dan indahnya pernyataan ini! Betapa suatu hak istimewa untuk dipersamakan dengan Allah sendiri!
Sekarang supaya seseorang dapat mengetahui apa yang dimaksudkan dengan “menjadi seperti Daud”, maka orang harus mengetahui jenis orang yang bagaimana Daud yang dahulu itu.
Untuk memulainya, ia adalah seorang gembala yang baik sekali, ia mempertaruhkan hidupnya sendiri bagi domba-dombanya. Anda masih ingat, bahwa untuk menyelamatkan domba-domba itu ia dengan beraninya mengejar singa dan beruang lalu membunuhnya dengan hanya tangan kosong. Dan untuk menyelamatkan kemerdekaan bangsanya serta kehormatan Allah yang Besar itu, pada suatu kesempatan yang lain, ia kembali mempertaruhkan hidupnya dengan cara menghadapi raksasa Goliath itu dengan beraninya. Disebabkan oleh kesetiaan Daud, maka Allah telah melepaskan dia dari binatang-binatang itu dan dari raksasa itu, lalu menjadikan dia raja atas umat-Nya!
Kesetiaan seseorang dalam perkara-perkara yang kecil menunjukkan kesetiaannya di dalam perkara-perkara yang besar juga. Kesetiaan selalu membawa peningkatan. Demikianlah, untuk menjadi seperti Daud seseorang harus menjadi sama setianya, sama dapat dipercaya, dan sama bersemangat bagi Kerajaan Allah seperti halnya Daud di masa lalu.
Sekarang supaya dapat kita ketahui apa yang dimaksudkan dengan menjadi “seperti Allah”, kita harus mempelajari apa yang sama dengan Allah. Pada mulanya Ia tidak saja mencipta lalu mengisi bumi dengan limpahnya dengan setiap perkara yang baik bagi semua makhluk ciptaan-Nya, namun Ia juga mendirikan sebuah taman (rumah) bagi manusia. Dengan demikian Ia telah membuat contoh rumah bagi semua manusia yang akan hidup kemudian. Ia mengajarkan kepada Adam bagaimana memelihara rumah itu dan bagaimana memelihara taman itu. Ia mengajarkan kepadanya berbicara dan membedakan antara alamiah binatang yang satu dengan yang lainnya, dan sesuai dengan itu memberikan nama kepada mereka. Allah mengaruniakan kepada manusia pengetahuan dan hidup dengan maksud supaya membuatnya berbahagia, dan berguna untuk menjadikan dunia ini sebagaimana yang sepatutnya. Walaupun sesudah kejatuhan pasangan yang suci itu ke dalam dosa Allah masih tetap menyayangi mereka seperti pada sebelumnya -- sama banyaknya, kenyataannya, bahwa segera Ia mulai mengajarkan kepada mereka bagaimana caranya untuk menebus diri mereka sendiri, dan kembali kepada rumah mereka yang abadi itu. Semenjak dari hari itu sampai kepada hari ini demikianlah Ia terus mengajarkan kepada semua keluarga manusia.
Untuk melaksanakan pekerjaan penyelamatan ini Allah mengutus ke bawah Roh Kebenaran itu, Ia mengutus nabi-nabi dan malaikat-malaikat, juga Putera satu-satunya itu -- semua guru penebusan. Ia sendiri turun ke Bukit Sinai dan sekalipun mereka membunuh hampir semua hamba-hamba-Nya termasuk Putera-Nya itu, namun perhatian-Nya yang tak pernah gagal terhadap bangsa manusia terus berlangsung sampai kepada hari ini. Sungguhpun adalah kesalahan-kesalahan kita sendiri, namun janji-Nya untuk membawa kita kembali ke dalam Eden untuk di sana hidup bersama Dia jika kita bertobat, masih tetap tegak meyakinkan bagaikan matahari.
Sekarang anda saksikan bagaimana Allah dipersamakan, dan jika kita hendak menjadi “seperti Allah”, maka demikian itulah pula kita harus jadi. Artinya, bahwa kita harus juga menyayangi satu terhadap lainnya dan memperhatikan berdirinya Kerajaan-Nya seperti halnya Dia menyayangi dan memperhatikan-Nya. Kita supaya tidak mementingkan diri sendiri seperti Dia. Kita harus dengan gembira mengajarkan kepada orang-orang lain semua yang telah diajarkan-Nya kepada kita. Kita harus berbuat seberapa bisa untuk memperbaiki keadaan kehidupan orang-orang lain. Kita harus membuat dunia ini lebih baik daripada keadaannya sekiranya kita tidak berada di dalamnya. Dalam minggu kejadian yang lalu Allah telah melaksanakan bagian-Nya. Sekarang kita harus melaksanakan bagian kita dari ciptaan itu jika kita hendak menjadi seperti Allah.
Apapun perkara yang baik yang mungkin kita punyai, apakah itu suatu perdagangan atau sesuatu karunia yang lain yang pantas dimiliki kita hendaknya setia di dalamnya dan dengan sungguh-sungguh mengajarkannya kepada orang seperti halnya Dia setia dan sungguh-sungguh mengajarkannya kepada kita. Jika kita melalaikan kewajiban ini, maka kita tidak saja akan gagal untuk menjadi seperti Allah, tetapi bahkan akan dituntut untuk mempertanggung-jawabkan kelalaian kita.
Sepanjang kehidupan saya, saya menemukan orang-orang yang amat mementingkan diri sendiri dan menakutkan sehingga orang akan menjauhi mereka dengan cara apa saja.
Tuhan mengajarkan kepada burung-burung bagaimana caranya hidup dan bagaimana membangun sarang-sarangnya, dan bagaimana memelihara anak-anaknya. Lalu tidakkah kita menolong orang-orang lain untuk membangun dan membuat yang lebih baik rumah-rumah dan kehidupan mereka? Anda ingat apa yang Yesus katakan, “Barangsiapa yang memberi minum meskipun secawan air sejuk saja kepada seorang dari yang kecil ini sebab murid namanya, sesungguhnya Aku berkata kepadamu, sekali-kali tiada akan hilang pahalanya.” Matius 10 : 42.
Sekiranya Allah bukan sebagaimana Ia adanya, maka Ia bukanlah Allah; dan jika kita terus menerus seperti halnya kita sebelumnya, maka kita tak akan pernah menjadi “seperti Allah.”
“Dalam pengadilan di atas, Kristus sedang memohon untuk sidangNya–memohon untuk orang-orang yang telah Ia bayar penebusan dosa dengan darahNya. Berabad-abad, zaman demi zaman, tidak pernah dapat mengurangi kemanjuran tebusan pengorbanan-Nya itu. Baik kehidupan maupun kematian, ketinggian atau pun kedalaman, dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang di dalam Kristus Yesus; bukannya sebab kita memegangNya begitu teguh, tetapi sebab Ia memegang kita begitu kuat. Jika keselamatan kita bergantung pada usaha kita sendiri, kita tidak dapat diselamatkan; tetapi hal itu bergantung kepada Seorang yang ada di belakang segala perjanjianNya. Pegangan kita kepadaNya tampaknya lemah, tetapi kasihNya adalah dari seorang saudara yang tua; selama kita pertahankan persatuan kita dengan Dia, tidak seorang pun dapat merampas kita dari tangan-Nya. AA 552.2